#19

Kediaman rumah Smith.

Setelah lama menunggu kepastian yang membuat hatinya begitu bimbang dan di ambang kesedihan, kini Riana harus menelan pil pahit itu dengan telak.

Vonis dokter telah menetapkan jika Smith tak bisa lagi tertolong nyawanya.

Dunia Riana seketika runtuh saat mengetahui hal tersebut, bahkan ia tak dapat lagi memandang wajah Smith karena begitu terpukul.

Jenazah Smith pun segera dikirim menuju rumah untuk segera disemayamkan. Suara sirene ambulance yang ditumpangi oleh Riana dan Smith begitu menggema.

Bahkan terlihat beberapa pemotor lainnya, membantu mobil pembawa jenazah Smith untuk membukakan jalan selebar mungkin.

Setibanya didepan rumah, tampak rumah Riana telah ramai dengan tetangga setempat dan satu orang kerabat jauh Riana dari bali. Ia membantu untuk menyiapkan segala sesuatunya untuk menyambut kedatangan jenazah Smith.

Isak tangis pecah ketika Riana turun dari mobil bewarna putih tersebut dengan wajah tertekan dan penampilan yang sedikit berantakan.

"Sayang sabarkan dirimu." jelas Putu kerabat dekat Riana. Dia adalah bibi sekaligus kakak kandung mendiang ibu Riana.

Tanpa berkata, Riana hanya memeluk erat tubuh Putu dengan isak tangis tak ada hentinya.

*

*

*

Menggunakan sebuah taxi online, Marry juga telah tiba dirumahnya. Dari kejauhan, ia menatap rumahnya dari balik mobil yang mengantarkannya tadi. Hingga mobil itu pergi dan berlalu ia masih saja mematung disana dengan kesendiriannya.

Menatap sebuah tenda putih menjulang tinggi tepat berdiri didepan teras rumahnya, bahkan terlihat begitu banyak orang telah berdatangan mengenakan baju senada hitam. Serta beberapa kiriman karangan bunga pun tiba berdatangan silih berganti.

Marry terlihat berjalan lirih , sambil terus memandangi papan demi papan yang dikarang indah oleh berbagai macam bunga. Disana tertulis nama sang ayah dengan lengkap, sambil dibubuhkan tulisan berduka cita.

Jantungnya tak lagi seimbang, bahkan terdengar degupnya begitu cepat.

Masih dengan tatapan nanarnya, Marry berjalan sambil mengitari mobil jenazah yang akan hendak membawa tubuh sang ayah turun dari sana.

"Sayang ..." suara yang tak asing baginya, bahkan sudah begitu melekat sepanjang hidupnya.

"Ayah." sahut Marry yang menoleh tepat ke arah samping mobil berwarna putih .

Saat itu Smith sadar jika sang putri masih memiliki kekuatan itu hingga detik ini.

"Maafkan ayah, karena terlalu memaksa Marry." jelasnya dengan suara sedikit menggema.

Dalam wujud pandangan Marry, sang ayah tak lagi sama seperti dulu. Bahkan wajahnya pucat pasih dan putih berseri , serta mengenakan pakaian khas yang biasa Marry temui jika tengah berinteraksi dengan makhluk lainnya yang tak kasat mata. Putih bersih .

"Tolong maafkan Marry juga ayah." Tangisnya kembali merebak disaat mengutarakan hal terpahit sepanjang hidupnya yang akan ia sesali selamanya.

Smith menggerakkan tangannya kepada Marry yang hendak mengusap air mata sang putri. Tapi sayang , usahanya itu tidak membuahkan hasil sedikitpun. Tangannya terlihat menembus tubuh Marry berulang kali tanpa henti.

Semakin terpuruk juga ia mendapati hal yang tak pernah terjadi sebelumnya antara dirinya dan sang putri. Keduanya begitu dekat dulu, tapi kini jarak dan waktulah yang terbatas menghalangi keduanya.

Dibalik kesedihannya, tiba-tiba saja Smith merasa bahwa ada tangan kecil yang sengaja menariknya.

Yah, itu adalah Abigail teman kecil Marry selama ini.

"Kamu siapa?" tanya Smith ragu.

Anak kecil tersebut kemudian menjabat tangan Smith .

"Aku , Ab!" sahutnya lantang khas dengan suara seorang anak laki-laki.

"Astaga , jadi kau nyata. Kali ini aku dapat melihatmu dengan jelas Ab!" tutur Smith dengan haru .

Hal yang dianggap tabu sebelumnya oleh dirinya, kini benar-benar bisa merasakannya langsung tanpa penghalang.

"Ab, jangan ganggu ayahku. Biarkan arwahnya tenang bersemayam." celetuk Marry pada kawan kecilnya yang sudah sangat lama menatap wajah Smith dengan sendu.

Bahkan makhluk kecil itu masih tak rela jika melihat Smith sekarang setara dengan dirinya.

Abigail mengangguk sedih.

Kini tiba saatnya semua orang berkumpul untuk mendo'akan jenazah Smith diruangan tamu dengan segala keyakinan mereka masing-masing. Riana masih dalam pelukan sang bibi Putu, dan saat ini masih dalam keadaan tak sadarkan diri .

*

*

*

"Dia telah mati." ucap salah seorang penelpon wanita yang menghubungi Martin dengan misterius.

... Bersambung 🖤

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!