#17

"Pulanglah sayang ..." suara lirih bahkan selembut angin tapi tak kasat mata.

Suara itu menggema di ujung daun telinga Marry. Lalu menghilang begitu saja, tanpa Marry menyadarinya terlebih dahulu .

*

*

*

Hari kebebasan Frans .

Hari ini pria itu telah terbebas dari segala belenggu hukum yang menjeratnya, bahkan sejumlah uang denda pun telah di tutup oleh Sesilia kakak perempuan Frans.

Sesilia sengaja datang bersama dengan putranya untuk menjadi Frans dari balik jeruji besi.

"Frans ..." sapanya dengan wajah pucat dan terbatuk tiada henti .

Bukan menyambutnya dengan baik, lelaki itu tampak menyeringai puas akibat sakit yang diderita Sesilia.

"Ada apa lagi kesini?"

"Mau ngetawain aku lagi !" ejeknya sembari terus tertawa tiada henti.

"Sudah sakit-sakitan juga masih aja jalan-jalan, bentar lagi bau tanah kan loe!" sarkas Frans.

Tepat dibelakang sang ibu, Stefan seakan menunggu momen antara dirinya dan sang paman tanpa jarak penghalang apapun disana.

"Frans anda bebas tak bersyarat hari ini juga!" terang salah satu anggota polisi yang tengah membukakan sel miliknya.

Masih terdiam dengan menatap wajah petugas tersebut seakan tak percaya.

Ia pun keluar dari balik jeruji besi tersebut sambil sesekali membenarkan bajunya yang terlihat begitu kusut dan mulai menaikkan kerah dari baju orangenya.

Tampak acuh dan tak perduli, ia lantas membelakangi Sesilia dan sang anak begitu saja dan hendak beranjak pergi.

"PAMAN!"

"Berterimakasihlah pada kakak perempuanmu ini !" tegas Stefan dibalik wajahnya yang tengah tertunduk dan menahan seluruh emosinya.

Sekali lagi, dia masih tidak perduli dengan keadaan disana. Sampai akhirnya Stefan memutuskan untuk berjalan lebih dekat padanya.

"Kau boleh tidak pernah menghargai diriku, tapi tidak dengan ibuku!"

Pemuda tersebut kini sejajar dengan tubuhnya, bahkan gesekkan antara kedua rahangnya begitu menyeramkan. Stefan juga menarik baju bagian pundak Frans sekuat mungkin untuk naik ke atas.

"Aku sama sekali tak pernah takut denganmu bocah ingusan!"

"LEPASKAN!"

"Sekali lagi dengarlah, kalian berdua takkan pernah ada artinya bagiku. Cih !" sarkas Frans dengan berdecih.

"Bagh bugh !" dua kali tinjuan Stefan yang begitu kuat bahkan mungkin menggunakan segenap kekuatan miliknya, mampu membuat tubuh Frans hingga tersungkur di lantai.

Sesilia shock melihat pertikaian keduanya. Ibu beranak satu tersebut bahkan tidak berani menatap sang anak yang sudah benar-benar mengamuk.

Ia melihat keadaan disekelilingnya saat itu, untuk berusaha mencari pertolongan bagi keduanya.

"Kau memang manusia yang tak memiliki otak!"

"Oh ya, bahkan mungkin hatimu saja tidak pernah ada dalam posisinya bukan!"

"Maka terima ini dengan baik, semua luka demi luka yang kau gores dalam batin ibuku akan terbalaskan hari ini juga!" .

Stefan mengungkapkan seluruh rasa kecewanya yang sudah sangat lama ia pendam bagi Frans demi menepati janjinya pada sang ibu.

Pukulannya terus menghujam seluruh bagian wajah dan tubuh Frans bertubi-tubi. Tanpa ampun dan memberikan satu tarikan nafas untuk pamannya, ia berulang kali meninju tanpa henti.

Darah bercucuran keluar dari hidung dan mulut Frans, tapi tak membuat hati Stefan lantas iba dengan keadaan itu. Masih duduk tepat diatas tubuh Frans, Stefan mengunci lelaki itu agar tidak bisa memberontak kepada dirinya sedikitpun.

"Hei kak , hentikan bocah bodohmu ini." ucapnya dengan rintihan kesakitan, tapi tetap tidak meninggalkan kesan sombongnya.

"Uhuk!" bahkan sampai terbatuk dengan mengeluarkan darah juga.

*

*

*

"Nak berhentilah, ingat dia pamanmu nak!"

Pinta Sesilia dengan lembut.

"Aku rela mati untuk orang sepertinya bu, tidak akan ku biarkan bibir jahatnya lagi menghina ibu lebih jauh." sela Stefan masih dengan tatapan mata yang menghunus Frans.

Pemuda itu lantas memberitahukan segalanya pada Frans.

"Jika bukan karena wanita lemah lembut ini, mungkin saja kau sudah membusuk selamanya disana. Bukanya kau berterimakasih dengan layak kepada kakakmu, kau bahkan masih sempat menghinanya berulang kali tanpa henti." .

"Apa memang hatimu seperti iblis yang sama sekali tak memiliki rasa tulus dan kelembutan Frans!" Teriak Stefan dengan keras diakhir kalimat.

Frans tersenyum dengan lebar, meski gigi putihnya tertutup dengan warna merah segar yang berasal dari darahnya sendiri.

... Bersambung 🖤

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!