Marry sedikit terkejut sambil memegang dadanya.
"Katakan dimana Ab!"
Gadis itu dengan berani dan lantang menanyakan keberadaan teman kecilnya tersebut.
Seketika hantu tersebut membuka satu tangan kanannya, yang memiliki begitu lebar seperti kepakan sayap seekor burung elang. Dan terlihat Abigail tengah terlungkup disana sambil tertidur, rupanya dengan sengaja arwah itu menyedot seluruh kekuatan Abigail dengan paksa. Sehingga membuatnya begitu lemas dan tak berdaya dalam kekuasaannya.
"Ab ..." sahutnya lirih dengan wajah terkejut.
"Cepat lepaskan Ab, apa maumu?"
Sontak makhluk tersebut menghentakkan tubuh Abigail ke lantai. Dan meninggalkan keduanya begitu saja diruangan.
*
*
*
"Sial, kenapa dirimu begitu lama untuk datang menghampiri ku!"
Suara Frans yang tengah berseteru dengan seorang wanita paruh baya.
Ia memiliki rambut berwarna putih kehitaman dan kulitnya putih bersih. Wanita tua itu bahkan memiliki beberapa aksesoris yang mencolok seperti gelang tangan dan cincin giok dalam jumlah banyak . Kesepuluh jarinya hampir penuh dengan cincin batu miliknya.
"Jangan menggerutu seperti itu bodoh!" hardiknya dengan kedua mata yang memiliki netra ke abuan.
Wanita setengah baya itu memiliki nama Debra, orang akrab memanggilnya dengan sebutan madam.
"Apa yang kau inginkan lagi dari ku kali ini?"
Debra tengah bernegosiasi dengan Frans di kala jam besuk , ia telah lama membantu Frans untuk mengatasi arwah-arwah yang usil mengganggu dirinya sejak kematian mantan kekasihnya dulu.
"Cepat hancurkan keluarga ini dengan caramu!"
"Kau kan dukun sakti mandraguna."
"Bodoh, aku bukan dukun. Aku lebih suka jika orang menganggap diriku sebagai paranormal." imbuhnya dengan mengetuk kepala Frans mengenakan tongkat kecilnya yang memiliki pentolan hitam berbentuk wajah singa di ujungnya.
Frans hanya bisa mengusap kepalanya sambil terus menatap kesal wanita yang sangat memiliki jasa dalam hidupnya untuk mengusir para arwah.
"Kau ingin membayarku dengan apa, jika kau saja membusuk disini ..."
"Aku akan membayarnya nanti setelah aku bebas dari sini." ujarnya enteng.
"Tidak, tidak ..."
"Begini saja kalau begitu, cukup bayar aku dengan satu orang tumbal saja."
"Itu cukup bagiku!"
Debra beberapa kali menghentakkan tongkat kecilnya yang memiliki kesaktian luar biasa, tongkat itu bukan sembarang tongkat.
Tiga puluh tahun silam yang lalu, ia di temukan Debra dalam sebuah mimpi. Dan mimpi itu tengah membawa Debra pada sebuah ke pemakaman umum yang begitu banyak memiliki pepohonan bringin besar.
Tak khayal, seperti memang telah memiliki kontak batin dengan Debra tongkat sakti itu menarik mata batin Debra pada sebuah makam tua yang memiliki usia ratusan tahun lamanya.
Flashback Debra .
"Cepat bongkar!"
Debra yang saat itu datang bersama dengan dua orang penggali makam, memerintahkannya untuk membongkar makam tua itu.
Bahkan dirinya mengakui sebagai kerabat jauh dari pemilik makam tua itu. Agar bisa mendapatkan persetujuan untuk menggalinya kembali.
Ketika dibongkar jauh kedalam, disana telah ditemukan tongkat kecil itu yang masih digenggam erat oleh tulang tengkorak tangan manusia yang hanya tinggal tulang belulang saja.
Dan sampai hari itu, keduanya tak pernah terpisahkan satu sama lain .
*
*
*
"Lalu siapa yang akan aku buat tumbal padamu."
"Terserah, itu bebas. Aku harus persembahkan darah sebelum memulai ritual ini untukmu!"
"Kalau begitu ambil saja nyawa kakakku Sesil !"
"Wanita itu bahkan tidak pernah berguna sepanjang hidupku." elak Frans yang tak mengakui hubungan darah diantara keduanya.
Debra tersenyum puas akhirnya telah mendapatkan persembahan untuk tongkat saktinya.
"Entah kapan aku melayani orang gila sepertimu!"
"Tapi, tak apa. Kegilaan mu itu membuatku begitu beruntung bodoh." jelas Debra .
Wanita itu kemudian meninggalkan Frans dengan jalan yang sedikit tertatih, setelah mendapatkan sebuah nama anak gadis incaran Frans.
Kediaman Debra.
Di rumah tua, Debra hanyalah tinggal seorang diri. Wanita itu tak pernah menikah ataupun memiliki seorag anak, dan Debra adalah satu-satunya keturunan dari keluarga Abraham.
Sepeninggal kedua orangtuanya, Debra hidup sendiri dengan di asing kan oleh seluruh tetangga disekitarnya. Bahkan penampilan Debra yang begitu menyeramkan acap kali mendapatkan cibiran.
Yah, ia sering mengenakan gaun panjang menjuntai hingga menyeret lantai. Dan gaun itu memiliki beberapa warna , serta selendang yang selalu dikenakan Debra untuk menutup sebagian rambutnya itu sudah sangat lusuh.
Seperti kebanyakan orang lainnya, Debra tetap melakukan aktivitasnya dengan baik. Dirinya selalu pergi ke swalayan hanya untuk membeli beberapa roti dan susu sebagai stok makanannya dirumah.
"Kapan rumah ini terlihat bersih, aku jijik melihatnya!" umpat Debra kesal.
Rumah itu sangat berdebu, dan terkesan berantakan sekali jika dipandang. Semua bungkus roti berserakan dilantai dari ujung hingga dalam.
"Dasar bodoh, ini semua kelakuanmu sendiri ..."
"Hahahaha" ucapnya menghardik dirinya sendiri.
Hal yang sering terjadi pada wanita tersebut, ia sering mengomel sepanjang waktu seorang diri.
"Menyingkirlah Alfonso ..." teriaknya pada seekor kucing peliharaannya .
Kucing bewarna hitam pekat dan memiliki belang putih pada bagian wajah saja itu, selalu menemani hari-hari Debra. Dan wanita itu telah memberi nama Alfonso pada kucing kesayangannya.
Setelah membentak Alfonso dengan mengetuk kepalanya, kucing itu lantas mengeong sesaat dengan tatapan mata ketakutan dan bersembunyi di balik sebuah kursi.
"Aku hanya ingin memakan rotiku, tunggulah sebentar aku akan membagimu nanti ."
Ia pun dengan sabar memotongkan roti-roti tersebut hingga beberapa bagian kecil untuk Alfonso.
"Makanlah, aku akan bekerja hari ini." dengan mulut yang penuh Debra berjalan menuju ruangan kamar pribadinya.
Ia mulai terlihat duduk di atas bangku tanpa alas apapun, kakinya menyilang dan mulutnya mulai komat-kamit disana. Di hadapan sebuah kolam kecil yang berisikan air bewarna biru , Debra menyebutkan nama Marry secara lengkap.
Dan benar saja, kolam biru itu seketika berasap dengan kepulan begitu pekat. Hingga sebuah gambar nampak disana, wajah Marry terlihat sempurna diatas air tersebut.
"Oh, jadi dia gadis yang tengah bermain api dengan laki-laki gila itu!"
"Tapi, tunggu sebentar. Tubuhnya memancarkan cahaya bewarna ke jingga jinggaan , apa dia adalah anak indigo?"
Selain dapat mengirimkan beberapa pesakitan hingga hal buruk lainnya, Debra juga dapat melihat orang yang memiliki kekuatan spesial seperti dirinya.
"Jelas sangat sulit jika aku mengirimkan itu padanya, tubuhnya begitu kuat untuk menolak aura buruk,"
"Cermin, tunjukkan wajah lain dari penghuni rumah tersebut." ujarnya memerintahkan air biru miliknya.
Kali ini, cermin itu menunjukkan wajah Smith yang tengah mencuci mobilnya. Debra mengetahui jika hanya dia orang yang tepat untuk menjadi boneka mainannya.
"Baiklah, mari kita mulai saja!"
Mengenakan sebuah boneka yang terbuat dari jerami, mulut Debra kembali komat-kamit sambil terus menyemburkan beberapa kali air dari dalam mulutnya. Tangannya terlihat mengangkat sebuah jarum kecil yang kemudian ditusukkan kedalam boneka jerami miliknya.
... Bersambung 🖤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments