#6

"Nanti aku akan menelpon mu kembali, kau tahu bukan jika ibuku sudah berteriak seperti gozila. Jika aku tak cepat bergerak, dia akan menyemburku dengan api kemarahannya!" jelas Angelie di ujung telepon dan segera mengakhirinya.

*

*

*

Sedangkan Frans yang saat ini telah mendekam di penjara, terlihat masih menyimpan dendam amarah yang begitu besar pada Marry.

"Aku akan membalas mu ..." ucapnya sambil mengeratkan ke semua jarinya di jeruji besi.

"Terima nasibmu, tidak usah meratapi penyesalan!" terang penghuni sel lainnya yang berada dalam satu sel dengan Frans.

Ia adalah Harry, seorang narapidana yang terjerat kasus pembunuhan juga. Tapi kali ini ia membunuh seorang lelaki yang dulunya pernah melecehkan anak gadisnya.

"Siapa namamu, kemarilah dan duduk." ajak Harry dengan ramah.

Pria itu berumur sekitar 40 tahunan, badannya penuh dengan tato bahkan sebagian wajahnya juga bertato. Rambut putih rata serta memiliki kulit sawo matang dan kedua mata yang sipit.

"Kasus apa yang telah menyeretmu kemari?" tanya Harry.

"Aku telah membunuh!" sahutnya datar.

"Membunuh?"

"Kita sama!" timpal Harry dengan melipat kedua kakinya disana.

"Katakan siapa yang kau bunuh?" tanya Harry berkelanjutan.

"Muridku."

"Aku sangat tidak suka dengan sikap memaksanya!"

"Muridmu?"

"Apa salah dia?" Tanya Harry keheranan.

"Aku menghamili dirinya, dan ia memintaku untuk bertanggung jawab padanya!" jelas Frans singkat.

"Brengseek sekali rupanya dirimu, setelah mendapatkan apa yang kau mau dengan mudah kau membuang gadis itu dari hatimu!" cecar Harry .

"Hm, apa urusannya dengan dirimu!" sindir Frans dengan senyum sinisnya.

"Setidaknya aku lebih waras dari pada dirimu, sebaiknya kau jujur saja dalam persidangan esok untukmu. Bahwa kau memang tengah sakit, yah gangguan mental." tutur Harry dengan gamblang.

Ia tak perduli, bahwa nantinya Frans akan sangat tersinggung dengan segala ucapannya disana. Yang hanya ia tahu, ingin mengatakan hal sejujurnya.

"Beraninya kau menyebutku tak waras!" timpal Frans dengan bringas.

Dirinya kemudian bangkit sambil menyisingkan lengan bajunya hingga keatas, dan nafasnya kembang kempis tak beraturan. Tangannya bersiap untuk mengepal, dan terlihat gurat dari urat nadinya di genggaman tangan itu.

Tapi anehnya, Harry masih bersikap tenang dan seolah tak mau tahu apa yang hendak dilakukan oleh Frans .

"Pakkk." Sebuah pukulan tangan yang terhenti oleh tepisan satu tangan Harry yang berukuran lebih besar darinya.

"Kreek."

"Kreteeek!" satu plintiran tangan yang begitu kencang tanpa ampun.

"Aaarrrgggh ..." teriaknya di hening malam.

Malam itu, bahkan tak ada seorang pun yang akan mendengarkan teriakannya disana. Hanya teman sel lainnya saja yang akan mampu mendengarnya.

"Lihat dia, bermain-main dengan seorang Harry!"

"Mari kita bertaruh bahwa ia pasti kalah!"

Percakapan ke dua lelaki yang berada didepan sel Harry dan Frans. Mereka begitu asyik membicarakan keduanya disana, sambil memainkan sebuah tusuk gigi di mulutnya.

"Lihat dia tengah meringis kesakitan menahan tulangnya yang baru saja diremukkan oleh Harry!"

"Baiklah, itu bagus. Jatah makanmu akan menjadi milikku selama satu minggu ke depan."

Semakin asyik keduanya mempertaruhkan ke dua orang yang sedang berkelahi di sel depan.

Harry Harson adalah narapidana yang dikenal tak kenal pandang bulu, ia bahkan terkenal sebagai seorang napi yang paling menakutkan sepanjang tahun. Ia selalu membuat ulah selama dalam sel, bahkan sempat membunuh teman satu selnya beberapa bulan lalu. Dan setiap perbuatannya itu, berimbas pada masa hukumannya sepanjang tahun yang semakin bertambah berat.

Tetapi hal itu sama sekali tak di gubris olehnya, karena sekalipun ia pulang ke rumah tak kan ada orang yang akan menyambutnya dengan hangat. Karena baik istri dan putri Harry telah tiada keduanya.

Bahkan semenjak kejadian mengerikan itu menimpa dirinya, tak ada satupun dari keluarga Harry yang menganggapnya.

"Apa ini cukup bagimu!"

"Atau kau mau lebih menyakitkan lagi dari ini..." terang Harry dengan tegas.

Kedua rahangnya bergesekan disana, dan kedua matanya menatap sempurna pada netra Frans.

"Aku tidak takut padamu sedikitpun!" jelas Frans angkuh.

Mendengar tantangan Frans beberapa orang dari sel lain bersorak dan bergembira. Bahwa meski dirinya tengah berada dalam kondisi sulit, sama sekali tak menyerah sedikitpun.

"Yeah dia gila!" seru seorang narapidana tua.

Tanpa ampun, Harry Harson memberikan sebuah plintiran mematikan. Yah, seketika tulang tangan Frans bergeser pada tempatnya. Dan sudah dipastikan bahwa ia telah mengalami cidera tulang saat ini.

"BRENGSEK!" teriaknya disisa tenaga pada Harry.

"Aku akui nyalimu begitu besar. Tapi kau sama sekali bukan tandingan ku anak muda!"

"Sraaaakkkk" Harry menyingkirkan kaki Frans dengan menendangnya.

"Uhuk!" Frans terbatuk dan terus mengerang kesakitan hingga mengeluarkan keringat bercucuran.

Suka tidak suka, Frans harus rela melewati sepanjang malam dengan siksaan yang begitu menyakitkan baginya.

Hingga pagi datang, dan seorang penjaga sel tengah berkeliling untuk memeriksa semuanya. Baru Frans didapati tengah meringkuk kesakitan.

"Hei, bangunlah!"

"Ada apa denganmu anak muda!" serunya sambil mengetukkan sebuah pentungan hitam miliknya ke balik jeruji.

Bunyi yang begitu nyaring rupanya tak membuat tubuh Frans sedikitpun bergerak, wajahnya sudah mulai memucat dan tak dapat berkata jelas.

"Ini pasti ulahmu Harry!" tuduh seorang penjaga tersebut.

Penjaga itu lantas memanggil beberapa temannya untuk membantu Frans keluar dari sel itu.

Setelah beberapa saat kemudian tubuh Frans dikeluarkan, Harry dengan sinis mengatakan.

"Dia terlalu lemah untuk berada dalam satu sel denganku!" ucap Harry Harson sinis.

"Tutup mulutmu Harry!" sahut seorang penjaga lainnya.

Harry hanya sanggup menatap penjaga itu dengan seksama dan tajam, jika ia berdiri bebas disana maka dirinya sama sekali takkan mengampuni penjaga sel tersebut. Maka sudah dipastikan nasibnya akan berujung sial seperti Frans.

Diruangan medis, Frans yang hampir saja kehilangan kesadaran mendapatkan sebuah suntikan dan beberapa pengobatan lainnya. Dengan jarum infus yang tertancap ditubuhnya, ia kali ini mengedipkan ke dua matanya dan terbangun.

"Marry!"

"Tunggu aku, pasti aku datang!" ujarnya dengan ke dua mata yang masih terbuka dan tertutup seketika.

"Marry?" sahut dokter perempuan berparas cantik.

"Mungkin saja dia hanya mengingau dok!" terang asistennya.

"Bisa jadi." timpal Christina.

Chirstina adalah seorang dokter muda yang saat ini bertugas dalam sel untuk beberapa tahun ke depan.

"Pastikan ia sadar dalam waktu yang sudah aku tentukan." jelas Christina pada sang asisten.

"Baik dok, aku mengerti." sahutnya.

Setelah beberapa menit berlalu, Frans masih saja sibuk menyebutkan nama Marry di atas matras yang tak cukup tebal dan tipis.

Asisten dokter tersebut, kemudian memeriksa ke dua bola mata Frans dengan menyoroti matanya menggunakan cahaya.

"Dia belum sadar rupanya." ucapnya.

Saat asisten dokter itu membalikkan punggungnya, dia sangat terkejut bahwa tangannya telah ditarik oleh tangan Frans.

"Hah!" terkaget.

"Mau kemana kau Marry?" jelasnya.

Sambil terus mengencangkan genggaman tangannya disana, dan itu membuat perempuan yang bertugas sebagai asisten Christina hari itu sangat merasa risih dan kesakitan.

... Bersambung 🖤

...****************...

...Subscribe agar tidak ketinggalan setiap notifnya yah ❤️...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!