#5

Semua menatap ke arah suara benda itu berasal, sedangkan Angelie sudah sangat panik dan ketakutan ketika mendengar itu dari kamar Marry.

"Sayang, kenapa denganmu?" tanya Paula yang telah didekap sekuat mungkin oleh putrinya.

Semua yang berada disana saling menatap satu sama lain, karena di rumah itu tak ada orang lain kecuali mereka.

"Tenanglah, aku akan memeriksanya." terang Marry dengan mantap.

"Ayah akan ikut denganmu!" tegas Smith.

Ia selalu paling terdepan jika sang putri mengalami hal yang tidak menyenangkan atau bahkan hal buruk sekalipun.

Berjalan sambil mengendap-endap, keduanya menuju kamar Marry sambil memegang sebuah rolling pin milik Riana.

"Ssstttt, tunggu dan diamlah disini." pinta Smith sambil berbisik lirih.

Tapi, aura hitam itu sudah Marry rasakan semenjak ia dibawah tadi. Dan kini aura itu semakin kental melekat dihatinya dengan kuat.

Dengan wajah bersiap, Smith masuk terlebih dahulu dari sang putri. Tapi kamar itu masih terlihat kosong tanpa penghuni, kali ini dirinya mencoba berjalan ke arah jendela kamar Marry dan menyibak korden putih panjang disana. Smith tetap tak menemukan dimana suara benda itu berasal.

Saat ini, dia menuju ke bawah kolong tempat tidur Marry. Dengan teliti ia lihat lorong itu dengan baik, tapi sayang juga tak menemukannya.

"Tidak ada sayang." ucap Smith pada putrinya.

"Tidak mungkin." gumam Marry ragu.

Semakin kuat aura itu menarik Marry agar segera memasuki kamarnya.

Dan, setelah ia masuk. Benar saja, sebuah cairan bewarna merah telah menetes tepat di atas kepalanya. Dengan perlahan ia meraba ujung rambutnya dan setelah ia cium itu adalah sebuah darah segar.

Marry pun memalingkan pandangannya ke atas dengan segera, dalam keadaan terkejut tapi Marry tetap terlihat tenang oleh sang ayah.

"Sayang."

"Marry?" panggil Smith yang melihat putrinya terdiam tapi mendongak ke atas sejak tadi.

Bahkan tetesan darah itu sama sekali tak nampak oleh pandangan Smith.

Sebuah makhluk bewarna hitam gelap pekat yang memiliki wajah begitu buruk dan remuk telah melekat pada langit-langit kamar. Ia memiliki beberapa gigi yang runcing dan ke empat taringnya hingga menembus sebagian wajahnya.

Saat Marry melihatnya, ia semakin membuka mulutnya dengan ganas dan lebar. Tapi sama sekali tak membuat Marry gentar.

"Katakan, siapa dirimu?" tanya Marry .

Melihat sang putri tengah berinteraksi disebelahnya, Smith kemudian berjaga-jaga disekitarnya dengan sigap.

Tidak menjawab, makhluk itu hanya meraung berulang kali dengan ganasnya.

"Pergilah, aku tak menginginkan dirimu disini." tegas Marry.

Marry tahu, makhluk itu sama sekali tak memiliki aura baik sedikitpun. Hanya cahaya gelap dan aura hitam yang mengelilinginya. Dan Marry sangat tidak ingin berurusan dengan makhluk sepertinya.

Mendengar ucapan Marry yang memiliki konotasi pengusiran terhadap dirinya, ia merayap ke kanan dan ke kiri sambil terus mengikuti kemana arah mata Marry memperhatikan.

"Jangan berani kau menyentuhnya!" jelas Marry yang mengetahui isi pikiran makhluk tak kasat mata tersebut.

Makhluk besar itu ingin masuk ke dalam tubuh Smith, dirinya tahu bahwa sang ayah memiliki jiwa yang lemah dan sangat mudah untuk di kuasai oleh makhluk sepertinya.

*

*

*

"Aku bilang tetap disana!" pintanya sambil setengah berteriak.

Tapi makhluk itu tetap tidak menghiraukan permintaan Marry sehingga membuat gadis belia itu murka. Marry lantas mengambil sebuah buku, yang ia yakini dapat membantunya dalam hal perlindungan.

Sambil menatap sampul buku tersebut, makhluk itu sudah sangat ketakutan disana.

"Tolong jangan buka buku itu!" ujarnya dengan suara serak basah dan besar menggelegar.

"Pergilah cepat dari sini, aku tak menginginkan kehadiran mu!" usir Marry kesekian kalinya.

Hanya dengan sebuah ancaman, makhluk itupun seketika sirna. Dan keadaan yang tadinya begitu mencekam seketika sirna.

Marry telah memiliki firasat, bahwa makhluk itu tadi adalah sebuah kiriman dari seseorang yang sangat tidak menyukai keluarganya.

"Sayang ..."

"Marry!" teriak Riana cemas.

"Kalian baik-baik saja." ujarnya sambil terus menaiki anak tangga dengan cepat.

"Berhati-hatilah Ana," teriak Paula dari bawah.

Ana adalah panggilan akrab Paula untuk istri sang adik tercinta.

"Sayang ..." seru Riana sambil mendekap keduanya.

"Tak apa, Marry sudah mengatasi semuanya sayang!" imbuh Smith dengan memberikan usapan hangat disana bagi Riana.

Setelah keadaan mulai membaik, dan Angelie sudah dapat berbicara lagi. Paula dan Martin memutuskan untuk segera pulang dan berpamitan.

"Haaaah, hari yang begitu menegangkan disini." ujar Paula sambil memeluk erat tubuh Riana.

"Maafkan kami kak, maaf." timpal Riana dengan penyesalan.

Keduanya begitu menyesali dengan apa yang terjadi di rumahnya hari ini. Karena telah membuat Paula sekeluarga tak nyaman berada disana.

"It's ok sayang." tutur Paula dengan lembut.

Sedangkan Angelie dan Martin sudah lebih dulu berjalan ke arah mobil dan berpamitan pada Smith, tak banyak berbicara lagi Angelie saat itu. Dia hanya menatap wajah Marry dengan kesal, setelah apa yang sudah dilakukannya hari ini.

Di tengah perjalanan, Angelie memutuskan untuk menceritakan hal mengerikan itu pada ibunya.

"Apa kau tahu apa yang aku lihat sewaktu dikamar Marry bu?" jelas Angelie memulai topiknya.

"Ada apa sayang?" timpal Paula dengan terkejut didepan bangku penumpang.

"Marry adalah seorang penyihir ." terangnya sambil bergidik ketakutan.

"Astaga, lihat putrimu. Dia sangat tidak sopan sayang." imbuh Paula yang tengah melakukan protes terhadap Martin.

"Dia juga putrimu, kenapa kau dari tadi menyebutnya putriku saja!" protes Martin dengan kesal.

"Kenapa mereka malah asyik bertengkar." gumam Angelie kesal, sambil melipat kedua tangannya ke dada dan meniupkan bibirnya pada rambut poni miliknya.

"Jangan katakan hal itu lagi Angelie, berjanjilah pada ibu!" pinta Paula dengan sebuah perjanjian.

"Jika kau melanggarnya, maka jatah uang jajanmu tidak akan pernah ibu turunkan lagi,"

"Ibu tak pernah mengajari dirimu untuk tidak sopan kepada orang, terlebih itu saudaramu sendiri." tutur Paula panjang lebar.

Dan tanpa ia sadari, putrinya tersebut malah asyik menirukan gaya berbicaranya dengan bahasa tubuh gemulai.

"Angelie ..." sahut Martin sambil melihat ke arah kaca .

"Baiklah, kalian menang." protes Angelie .

Meskipun begitu, baik Paula ataupun Martin sangat mendidik Angelie dengan keras dalam semua hal.

Setibanya dirumah, Angelie yang sedari tadi tak sabar untuk mengecek ponsel miliknya segera menelepon teman lelakinya yang ia sebut kekasih pada pandangan pertama.

"Yah, kau tahu dia sangat gila!" ucap Angelie dengan kesal sambil berbaring di atas tempat tidur.

"Kenapa memangnya?" tanya Morgan.

Morgan adalah cinta pada pandang pertama Angelie sejak keduanya duduk di bangku SMP.

"Angelie ... cepat bersihkan dulu tubuhmu sayang!" teriak Paula dari bawah.

Dengan cepat Angelie menjawab teriakan Paula.

"Iya bu ...!" Teriaknya sambil menutup ponsel miliknya dan menjauhkannya sebentar.

... Bersambung 🖤

...****************...

...Suka?...

...Tekan subscribe ya agar tidak ketinggalan❤️...

...Udah baca?...

...Tekan like jgn lupa ❤️...

...greget pas baca?...

...Yuk komen ❤️...

Terpopuler

Comments

LichaLika

LichaLika

Semangat 💪❤️😘

2023-03-27

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!