#9

Pintu-pintu ruangan itu mulai terbuka satu persatu dengan cepat.

Sedangkan Marry dan Riana tengah bersembunyi disebuah gudang rumah paling belakang. Keduanya yakin, jika Smith takkan menemukan keduanya disana hingga hari esok.

Setelah puas berkeliling rumah dengan amarah yang masih tak terkontrol sempurna, ia pun memutuskan untuk duduk diruang tamu sepanjang malam.

Keesokan harinya.

Smith yang sangat tertidur pulas tak sadar jika ia telah menghabiskan waktu sepanjang malam disana.

"Akh."

"Dimana Marry dan Riana, kenapa pagi ini sangat sepi sekali." ucapnya sambil meregangkan seluruh otot tubuhnya.

Smith pasti akan mengalami kesakitan disekujur tubuhnya jika makhluk itu seketika meninggalkan tubuhnya. Tapi anehnya setiap pagi datang, Smith bersikap seperti sewajarnya saja.

*

*

*

Hal yang sama pula dirasakan oleh Marry, gadis itu mengajak sang ibu untuk kembali kedalam rumah karena yakin jika aura gelap dalam tubuh sang ayah akan menghilang jika dipagi hari.

"Ayo bu, percayalah padaku." ajak Marry sambil menggandeng tangan sang ibu .

Ia memberikan keyakinan pada Riana agar menyakini dirinya.

"Baiklah..."

Dengan wajah yang masih sangat ketakutan, Riana memberanikan dirinya untuk masuk kedalam rumah dengan sang putri.

"Dimana dia ..."

Seru Riana sambil memandangi keadaan sekitar rumah, pagi itu terasa senyap dan dirinya tak menemukan Smith didalam kamar. Masih dalam keadaan siaga dan berjaga-jaga, keduanya berjalan begitu lirih hingga tak membuat suara gaduh sedikitpun.

Hingga keduanya dikejutkan dengan kedatangan Smith dari arah belakang yang seketika merangkul kedua pundak mereka. Marry dan Riana berteriak satu dengan yang lain sambil berjingkit.

"Hei, tenanglah. Ada apa dengan kalian, kenapa sangat ketakutan." ujar Smith mencoba menenangkan keduanya.

Wajah Riana lebih ketakutan dibandingkan Marry, ia masih tak percaya jika yang berdiri dihadapannya kali ini adalah Smith suaminya.

"Ada apa sayang ..." panggil Smith dengan memegang pipi Riana.

Tapi sentuhan tangan Smith itu seketika ditepis oleh Riana dengan kasar, jiwanya begitu trauma akibat ulah Smith satu malam yang membuatnya hampir saja gila hilang kendali .

Smith tak tahu, kenapa Riana bersikap dingin kepada dirinya pagi itu. Marry yang sejak tadi menatap sang ayah penuh ketelitian, mencoba menarik tangan sang ayah untuk mengikuti dirinya.

"Duduklah ayah..."

"Apa yang ayah rasakan hari ini?"

"Badan ayah terasa sangat sakit sayang, apalagi leher ayah rasanya sangat kaku." terang Smith dengan wajah yang berantakan.

Marry mengangguk perlahan mendengar cerita Smith, ia yakin jika ayahnya kali ini tidak dalam pengaruh buruk.

Seketika, Marry menceritakan segala hal yang telah terjadi semalam suntuk . Smith seakan tak percaya jika dirinya mampu berbuat seperti itu pada kedua orang yang sangat ia cintai.

Lantas Marry menunjuk sebuah pisau yang malam itu digunakan Smith untuk menakuti keduanya. Dan benar saja, Smith kembali terkejut dengan hal yang berbau mistis tersebut.

Ia tak pernah mengalami kejadian mengerikan ini sepanjang hidupnya. Dan ini kali pertama dirinya dipermainkan dengan makhluk tak kasat mata.

"Maafkan Marry ayah, semua ini salahku."

"Aku membawa buku itu pulang bersama denganku , dan mengakibatkan semua hal ini terjadi begitu saja." imbuhnya penuh sesal.

"Buku?"

Marry pun membawa buku itu kehadapan sang ayah, dengan menutupinya mengenakan sebuah kain hitam membelit seluruh buku tersebut.

"Baiklah, mari kita kembalikan buku ini ke tempat asalnya." ajak Smith pada sang putri.

Hari itu, matahari begitu terik dan hawa panasnya begitu menyengat ke atas permukaan kulit. Marry memutuskan untuk mengembalikan buku itu ke perpustakaan sekolahnya.

"Paman ijinkan Marry masuk, aku hanya ingin mengembalikan buku ini." pintanya pada seorang penjaga sekolah.

Karena sekolah masih ditutup semenjak peristiwa Frans, tak ada satupun murid ataupun guru untuk mendekati lokasi penemuan mayat Maria.

"Maaf nak, paman tidak bisa mengijinkan dirimu masuk." terangnya tegas.

Marry putus asa seketika, karena tak ada pilihan lain selain mengembalikannya kesana. Di tengah rasa pesimisnya, tiba-tiba saja Abigail mendatangi dirinya.

Ia membisikkan pada Marry, jika dia yang akan mengembalikan buku itu kedalam sana.

"Ab, kemana saja kau?" tanya Marry penasaran.

Karena kemarin sepanjang hari, Abigail sama sekali tak menampakkan batang hidungnya sama sekali dihadapan Marry. Ternyata hal itu ia lakukan untuk bersembunyi dari aura negatif yang begitu buruk dan menakutkan dirumah Marry kemarin.

"Aku tidak percaya jika kau penakut Ab!" serunya menggoda teman kecilnya tersebut.

Marry pun berjalan lebih dekat ke arah perpustakaan sekolahnya.

"Hei, jangan masuk nak !" teriak sang penjaga sekolah yang sama sekali tak dihiraukan oleh Marry.

Ketika ia tiba tepat didepan perpustakaan yang masih di tertempel garis polisi, Abigail kemudian mengambil alih buku itu dari tangan Marry.

"Berhati-hatilah Ab!" pesannya.

Sedangkan penjaga sekolah yang sejak tadi berlarian mengikuti Marry dari belakang tiba-tiba terhenti di ujung sebuah pohon.

"Hah ..." ia terkejut.

Sebuah benda tengah melayang-layang di udara tanpa ada seorangpun yang membawanya disana.

Ia dengan cepat menggosok matanya berulang kali dan membetulkan pandangan matanya.

"Tak salah lagi, itu adalah kelakuan hantu sekolah ini ..."

"Dih, takutnya!"

"Nak, cepat kembalilah. jika tidak, ia akan membawa mu pergi dari tempat ini." teriaknya memanggil Marry.

Marry justru tertawa cekikikan di ujung sana, karena lelaki tua itu tengah ketakutan melihat tingkah Abigail.

"Dia malah ketawa, apa mungkin ia juga gila?" serunya sambil memutar balik tubuhnya.

"Ab ... Abigail?" teriak Marry menyerukan namanya berulang kali karena dirinya tak cepat keluar dari ruangan itu.

"Kemana dia."

"Apa aku susul saja dia kedalam."

Marry segera memasuki ruangan perpustakaan itu demi menemukan Abigail yang sejak tadi tak kunjung keluar dari sana.

Didalam ruangan itu, hanya langkah kaki Marry yang mengeluarkan bunyi dengan begitu halus. Tanpa ada seorangpun didalam sana, setelah cukup lama berputar-putar mencari keberadaan Abigail kaki Marry tiba-tiba saja terhenti di satu lorong kumpulan buku sejarah.

Seolah ada yang tengah berlari mempermainkan dirinya, Marry pun membungkukkan badannya hingga sejajar dengan cela rak buku tersebut.

Bayang kaki hitam yang sejak tadi mengintainya, tengah asyik berlarian di lorong sebelah.

Sambil merayap, Marry pun mengikuti kemana arah larinya bayangan hitam itu hingga sampai di depan sebuah jam dinding milik sekolah yang memiliki ukuran begitu cukup besar.

Marry berdiri dan menatap jam itu tengah berdenting berulang kali dengan bunyi yang cukup melengking. Disana, ia pun tak dapat melihat tanda keberadaan Abigail.

"Kemana dia ..." batin Marry sambil terus mengawasi keadaan disekitarnya. Marry terus memutar tubuhnya dan arah matanya keseluruh penjuru ruangan perpustakaan itu, hingga tak ada cela sedikitpun bagi sosok yang sejak tadi mengikutinya.

*

*

*

"Dammm!"

Sebuah kepala menjulur ke bawah tepat dihadapan wajah Marry dengan bersimpah darah, wajah itu begitu pekat dengan warna hitam. Bahkan rambutnya menjuntai panjang menutupi sebagian wajahnya.

... Bersambung 🖤

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!