Jantung Riana berdetak sepanjang waktu, dan sebuah keringat dingin mengalir di wajahnya saat itu.
"Pergilah, karena aku tak mengganggu dirimu sama sekali ." pinta Riana dengan wajah yang tegang.
"Srk srk srk." suara aneh kembali terdengar .
Kini suara itu berada tak jauh dari ranjang tidurnya, dan ia sadar bahwa suaminya masih tertidur dengan lelap disana.
Karena begitu khawatir dengan Smith , Riana lantas keluar dari kamar mandi dengan memegang erat terus benda tumpul yang berada ditangannya.
"Hihihi Riri ..." suara lirih berbisik di telinganya dengan jelas, dan hampir semua bulu kuduk Riana berdiri.
Ia berjalan dengan langkah paling pelan, hingga nyaris tak menciptakan bunyi yang berarti.
Tangan Riana, mulai meraba ujung selimut yang tadi dikenakan oleh Smith. Karena lampu kamar dalam keadaan gelap, maka Riana tak dapat melihat dengan jelas posisi Smith.
"Sayang ..." panggilnya lembut sekali.
Berulang kali tangannya meraba di atas ranjang, tapi sama sekali tak menemukan ujung tubuh sang suami disana.
Riana yang tampak bingung, kemudian mengitari ranjang tersebut dengan cepat hingga meraih ke arah ujung lainnya untuk mencari keberadaan Smith.
Seketika lampu kamar menyala dengan cepat. Di iringi dengan suara decitan pintu yang begitu nyaring.
"Siapa disana..." Riana berjaga dengan siaga.
Tak ada yang menyahuti ucapannya saat itu, hingga pada akhirnya sosok besar dibalik punggungnya membuatnya ia begitu terkejut setengah mati.
"Ada apa ..."
"Astaga!"
"Sayang, dari mana saja dirimu!" ucap Riana terkaget bukan kepalang.
"Kau yang dari mana saja?"
"Bukankah kau tau ini jam istirahat!" ujar Smith kasar.
Riana hanya tertegun ketika Smith meluapkan segala kekesalannya terhadap dirinya. Hal itu tidak pernah terjadi sepanjang pernikahan keduanya.
Seakan tak percaya, Riana mendekati Smith untuk mengusap pipinya.
"Hentikan!" tepis Smith .
Semakin aneh rasanya Riana melihat tingkah sang suami yang jauh berbeda dari biasanya.
"Aku akan kembali ..." tuturnya yang bergegas menuju kamar Marry.
Masih dengan wajah yang gugup, dan hati yang begitu gelisah Riana berjalan lebih cepat menyusuri lantai atas rumahnya.
"Marry, sayang." panggilnya dengan lirih sambil membuka pintu kamar sang putri.
Tapi setelah ia masuk kedalam kamar sang putri, tidak menemukan Marry disana.
"Dimana dia," gumam Riana seorang diri.
Hingga sebuah remahan biskuit milik Marry menjadi sebuah pertanda keberadaan sang putri.
Remah kecoklatan itu tercecer rata di atas lantai menuju kolong tempat tidur.
"Sayang!" seru Riana cepat.
Betapa terkejutnya ia ketika mendapati Marry justru tertidur dibawah sana sambil menggigit sebuah biskuit.
"Hei, bangunlah sayang." pinta Riana.
Marry begitu terkejut ketika sang ibu menyentuh pundaknya di ujung tempat tidur.
"Dug." kepala Marry terbentur di bawah kolong tempat tidur.
"Astaga, siapa yang melakukan ini padaku!" ucap Marry keheranan.
"Kemarilah sayang, ibu akan bersihkan rambutmu." terang Riana.
Dengan penuh kasih sayang, Riana mengusap rambut Marry yang penuh dengan sebagian debu.
"Kenapa ibu kemari, dimana ayah?" tanya Marry .
"Ssst, dia ada dikamar." sahut Riana.
"Dia sangat terlihat aneh." terangnya.
Marry mencoba memperhatikan wajah sang ibu yang begitu cemas dan ketakutan.
"Tenanglah bu, Marry akan melihat ayah ."
Keduanya berjalan menuju kamar utama rumah itu dengan langkah mengendap-endap. Dan benar saja, setibanya disana Marry dan sang ibu tidak menemukan keberadaan sang ayah.
Kini Smith tengah berada di depan ruang tv dengan keadaan remang-remang tanpa cahaya yang begitu terang.
Dia terdengar tengah berinteraksi dengan seseorang malam itu, tapi sosok itu tak dapat dilihat dengan mata telanjaang.
"Tidak, tolong jangan paksa aku lakukan hal itu!" tolak Smith berulang kali hingga membuatnya terlihat begitu frustasi disana.
Hingga akhirnya ia menyadari kedatangan Marry dan Riana yang telah lancang menguping pembicaraan antara dirinya dan makhluk tersebut.
"Kenapa kalian lancang mendengarkan semua ini." ujar Smith masih dalam keadaan terduduk tanpa menoleh sedikitpun ke arah keduanya.
*
*
*
Hal itu membuat Smith begitu murka, dan kali ini berbalik ke arah sang istri dan anak dengan memegang sebuah benda tajam di tangannya.
"Sayang ..."
"Ayah!"
Teriakan kedua orang terkasihnya saling bertabrakan, tapi tak dihiraukannya sama sekali.
"Jangan lakukan itu pada kami sayang!" ucap Riana mencoba menghentikan langkah Smith dari kejauhan.
Sementara Marry yang telah mengetahui segalanya dibandingkan sang ibu, masih mencoba mencari tahu keberadaan makhluk yang menguasai tubuh sang ayah.
"Keluarlah!"
"Jangan sembunyi dibalik tubuh ayahku!" sentak Marry memanggilnya.
"Marry ..."
"Aku tak pernah mengajari dirimu untuk berulah tak sopan seperti itu!" tegas Smith sambil terus berjalan menghampiri keduanya dengan tatap mata dendam.
"Dia tak baik ayah, jadi aku tak perlu bersikap sopan padanya!" terang Marry .
Kini keduanya berada di posisi tersudut, di ujung pintu ruangan rumah itu baik Marry dan Riana tak dapat mengelak lagi dari tatapan Smith yang begitu mengerikan.
"Hentikan Smith ,aku mohon padamu!" pinta Riana dengan hati bergetar sambil memeluk erat Marry.
"Semua telah berakhir!" serunya dengan mengerikan.
Sampai tiba saatnya, mereka berdua terlepas akibat sebuah bel rumah berbunyi dan Smith meninggalkan keduanya disana.
"Brengsek!" ujar Smith.
"Tunggu aku akan datang kembali." ancam Smith.
Dengan nafas lega, Riana yang hendak berputus asa kini dapat menghirup nafasnya dengan leluasa sekali lagi.
"Dia bukan ayah bu." jelas Marry dengan mata berkaca-kaca.
Sosok yang begitu menyeramkan telah menguasai tubuh sang ayah, Marry tak dapat berbuat banyak kecuali makhluk tersebut bisa berinteraksi langsung dengan dirinya.
"Bagaimana caranya agar ayah bisa duduk dengan tenang bu, Marry sangat membutuhkan konsentrasi ayah penuh saat ini." jelasnya.
Sedangkan Smith dengan perasaan yang tak menentu, beralih membukakan pintu untuk tamu malam itu.
"Anda mencari apa semalam ini ?" ujarnya datar, tapi tangannya masih menyembunyikan sesuatu disana.
"Aku ingin bertemu dengan Riana." terang seorang perempuan paruh baya yang tinggal sebatang kara di rumah paling ujung cluster tersebut.
"Dia tidak ada, pergilah." usir Smith dengan kasar.
"Tapi, aku sangat membutuhkan Riana malam ini." tutur perempuan paruh baya yang akrab dipanggil bibi May oleh Riana dan Marry.
Smith menutup daun pintu itu dengan segera, ketika May belum usai menyelesaikan perkataannya.
May yang bingung, memperhatikan sikap Smith yang sama sekali berbeda dan bertolak belakang dengan kesehariannya.
"Mungkin keduanya tengah bertengkar malam ini." gumam May sambil berjalan pulang .
Setelah usai menutup pintu, Smith kembali ke lantai atas rumahnya untuk mencari keberadaan Marry dan Riana disana. Setibanya diatas ia tak dapat menemukan keduanya. Ia merasa kesal dan wajahnya tergugat amarah yang mendalam, ia lalu mengelilingi setiap kamar dengan sekali tendangan kaki yang begitu kencang untuk membukanya.
"Sialan, dimana mereka!"
... Bersambung 🖤
......................
...Yuk, subscribe like dan komen 😉👍...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Ria Vtria
huhhhh.... 😧 tegang eeyyyyhh
2023-04-03
2