Mengatakan Semuanya

Sudah saatnya pak Ramlan mengatakan semuanya pada Dirga. Mungkin dengan berterus terang, Dirga akan mempertimbangkan permintaan pak Ramlan dan setidaknya, Dirga akan bersikap baik pada Nia. Apa pun resiko kedepan, pak Ramlan sudah siap dengan konsekuensinya, termasuk mempertaruhkan kesehatan Dirga.

Sebelum memulai cerita, pak Ramlan menarik nafas dalam. Mata tua menatap penuh keseriusan pada Dirga, putra satu-satunya.

"Kamu ingat, anak om Rahmat?" Pak Ramlan memulai cerita. Dirga tampak berpikir keras, mencoba mengingat-ingat orang yang barusan di sebut pak Ramlan.

"Om Rahmat...? Rahmat yang mana ya pa...?" Mencoba mengingat-ingat, tapi tidak berhasil.

"Om Rahmat yang istrinya satu kampung sama almarhum mama mu" Pak Ramlan memberi clue agar Dirga bisa mengingat.

"Maksud papa om yang anaknya lucu itu kan..?"

"Ia yang dulu suka nempelin kamu kalau kita ketemu keluarga"

Terbayang kejadian sepuluh tahun yang lalu, saat itu Nia yang berusia sepuluh tahunan selalu mengikuti kemana Dirga duduk, membeli eskrim bersama serta banyak kenangan lainnya. Umur yang terpaut sepuluh tahun, menjadikan Nia dan Dirga bagai kakak dan adik.

Salah satu faktor yang menjadikan mereka sesekali kumpul, dikarenakan mama Dirga dan buk Fatimah berteman dekat. Malah dulunya, mereka sama-sama pergi dari desa untuk merantau ke kota ini.

Dirga nampak berpikir sejenak, mencoba mengaitkan apa hubungan om Rahmat dan Nia yang sekarang. Apa Sania yang dimaksud adalah orang yang sama.

"Lalu, apa hubungan Sania dan om Rahmat?" tanya Dirga tak sabar ingin tau fakta yang sebenarnya.

Pak Ramlan kembali menatap dalam Dirga, sebelum benar-benar mengatakan hal sebenarnya.

"Sania adalah anak om Rahmat mu"

"Apa?" Dirga menganga tak percaya. Mana mungkin, apalagi Sania yang Dirga kenal dulu gadis cantik juga sempurna. Dulu Nia belum berhijab, pertemuan terakhir mereka mungkin saat Sania di bangku SMP. Sedangkan Nia yang sekarang, berhijab juga cacat kalau pun orang yang sama, pasti Dirga kesulitan mengenalinya.

"Papa sudah pernah bilang, tangan Nia itu bukan cacat bawaan, melainkan karena kecelakaan. " pak Ramlan menjeda ceritanya. Menarik nafas dalam bersikap meluahkan semua yang terasa mengganjal di jiwa. "Dirga....! Papa ingin menyampaikan satu kebenaran yang selama ini papa sembunyiin dari kamu"

Dirga mengerutkan kening, "Kebenaran?"

"Ia...., sebenarnya apa yang ada di dalam mimpimu benar adanya"

Deg....

Dirga sedikit shock, spontan tubuhnya melemas tersandar ke sandaran bangku.

"Sekitar lima tahun lalu, kamu pernah tabrakan. Dalam kecelakaan itu, tanpa sengaja yang jadi korban adalah om Rahmat mu sekeluarga" pak Ramlan menerawang jauh kejadian lima tahun lalu. " Pak Rahmat meninggal di lokasi ke jadian. Istrinya mengalami lumpuh di karenakan kakinya sempat terjepit kursi mobil. Sedang Nia, harus mengalami putus tangan"

Jedwaaarrrrrr.....

Bagai tersambar petir di siang bolong. Mata Dirga melotot sempurna, dengan mulut ikut menganga. Bagai gerakan slow motion ia memutar pandangan ke arah Pak Ramlan. Ingin mencari kebenaran dari ucapan pak Ramlan barusan. Tidak ada kebohongan, semua benar.

Pak Ramlan melihat Dirga mulai bereaksi tak nyaman. Ia menyugar kasar rambutnya. Kening Dirga juga berkerut hebat, bulir-bulir keringat bermunculan di keningnya, bagai menahan rasa sakit yang teramat.

"Ga....! kenapa ? sakit?" pak Ramlan berdiri panik, ingin menyentuh pundak Dirga. Tapi, niatnya urung, Dirga mengangkat satu telapak tangan, menolak di sentuh.

Dirga mulai tidak bisa berpikir jernih, kilasan kejadian semalam saling adu dengan kebersamaan Dirga dimasa lalu yang begitu menyayangi Nia, ditambah peristiwa tabrakan yang kembali membayang. Bunyi mobil yang berdentum hebat, serta suara teriakan kesakitan, terngiang kembali dirungu Dirga.

Betapa jahatnya Dirga selama ini, apalagi semalam, ia melampiaskan kemarahan dengan memperkosa Nia. Bagaimana kasarnya ia merenggut kesucian Nia. Teriakan kesakitan Nia masih begitu jelas terbayang di matanya.

"Ihhhhh.....! Agggghhhhh......!" semakin banyak kejadian demi kejadian buruk yang berputar di kepala, tangisan Nia, serta Nia kecil di masa lalu, membuat hentakan kuat di kepala Dirga terasa semakin menyiksa jiwa dan raga.

Ternyata kekhawatiran pak Ramlan selama ini benar adanya. Dirga belum mampu mengendalikan trauma akibat kecelakaan hebat waktu itu. Kecelakaan yang secara tidak di sengaja menghilangkan nyawa pak Rahmat, membuat istrinya lumpuh, termasuk mengakibatkan kecacatan di tangan Nia.

Sebab itulah dokter menyarankan pak Ramlan untuk membuat Dirga melupakan kejadian kecelakaan itu, dengan mengatakan bahwa semua hanya mimpi yang tidak pernah terjadi.

"Aaaarrrg....., sakit pak!"

Brak.....

Kursi yang di duduki Dirga terjungkal bersamaan dengan tubuh Dirga ambruk kelantai.

"Ga....!" Pak Ramlan gopoh meraih Dirga yang sudah kejang-kejang di lantai.

Tubuh Dirga yang besar tidak memungkinkan untuk diangkat sendirian oleh pak Ramlan. Oleh sebab itu, dia harus segera mendapatkan bantuan, satu-satunya dengan cara menelpon ambulan.

Tiga puluh menit menunggu, ambulan pun tiba. Pak Ramlan melarikan Dirga kerumah sakit terdekat, guna mendapatkan penanganan yang tepat. Kondisi Dirga memang tidak lagi kejang, hanya saja sekarang ia dalam kondisi pingsan. Penyebabnya adalah ketidak mampuan sistem syaraf otak untuk di ajak berpikir keras atau dalam kondisi tertekan karena dulu pernah mengalami kejadian yang terlalu mengguncang jiwa.

***

Bara baru saja kembali dari apartemen Geby, setelah puas menghabiskan malam panjang bersama, sepuasnya. Ada rasa sedikit sesal, setiap kali habis bermain bersama Geby, apalagi dia merasa sudah mengkhianati Dirga, namun apa daya, ia tak kuat dengan rayuan maut yang di ciptakan Geby, si perempuan murahan.

Setiba di loby apartemen, belum ada kecurigaan apa pun, dikira Nia sudah stay di apartemennya. Bara masuk dengan wajah lempeng-lempeng saja, mungkin Nia sedang sibuk di dapur, Bara langsung masuk ke kamar untuk membersihkan diri.

Perut yang lapar, penampilan juga sudah rapi, Bara mengayun langkah menuju dapur. Matanya memindai mencari sosok mungil yang dalam beberapa hari selalu ada di depan mata. Sayangnya, pindaian itu tidak menemukan apa pun. Ruang apartemen Bara tidak terlalu luas, saat melewati ruang tamu Nia juga tidak ada di sana. Lalu ke mana dia? Apa Nia sengaja tidak masuk kerja karena kejadian semalam? Parahnya, semalam Bara juga ikut-ikutan berkata yang tidak pantas ke Nia. Padahal sejatinya, kata-kata itu, ia sematkan untuk menyindir Geby.

Bara mencoba menghubungi nomor Nia, ternyata nomor itu sedang di luar jangkauan. Tidak puas sekali, bara melakukan lagi panggilan. Sayangnya ucapan operator tetap sama. Hape Nia dalam ke adaan tidak aktif. Bara yang kesal membanting apa saja yang ada di sofa tempat ia duduk sekarang. Termasuk pot bunga yang bertengger di atas meja, ikut jadi sasarannya, beling berserakan di lantai akibat bantingan yang cukup kuat.

***

Di kota kecil.

Nia dan buk Fatimah baru saja tiba di kampung halaman. Dari terminal bis menuju kampung, mereka naik ojek. Dua ojek dipesan. Membawa buk Fatimah dan Nia serta dua koper baju mereka. Kondisi yang tidak memungkinkan, tidak banyak barang yang bisa di bawa. Mereka hanya membawa barang-barang yang benar-benar di perlukan.

"Eh.....buk Fatimah....! Baru sampai buk? Apa kabarnya? Masyaallah....udah lama ya nggak mudik, lima tahunan kali ya...?" seorang tetangga datang menyambangi buk Fatimah dan Nia yang sibuk turun dari ojek.

"Ia baru sampai Cik, Alhamdulillah kami sehat. Cik Uut apa kabarnya? buk Fatimah melirik Nia yang tampak pucat, namun memaksakan senyum.

"Alhamdulillah saya juga baik" mereka saling bersalaman. Melepas rindu karena lama tak bertemu.

"Ini Nia kan...?" tanyanya saat Nia menyalami Ci Uut.

"Ia, ini Nia, anak saya satu-satunya" balas buk Fatimah lagi. Sengaja ia yang menjawab, dikarenakan Nia yang tampak tak nyaman, dan detik berikutnya jatuh pingsan.

Bug......

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Mom La - La

Mom La - La

mungkin fisik Niax mulai lemah akibat hamil?

2023-04-13

2

Senajudifa

Senajudifa

mampus aj km dirga

2023-04-12

0

Faizal Aqila

Faizal Aqila

lanjutttty

2023-04-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!