Kecelakaan

Tling....

Satu pesan masuk di hape Sania yang teronggok di atas kasurnya. Nia baru saja akan pergi berlayar ke alam mimpi, setelah seharian ini melewati drama kehidupan yang melelahkan.

Tangan meraba-raba sprei, mata terpejam yang rasanya di kunci lem panci, susah bukak nya. Sedang otak setengah sadar dan setengah lagi sudah ingin masuk ke dunia lain.

Dapat....., benda persegi akhirnya berhasil di raih jemari Nia. Dengan mata menyipit Nia mencoba melihat siapa yang mengirim pesan semalam ini. Nyatanya nomor baru, belum ngeh siapa yang mengirim. Baru membaca baris pertama.

'Tata tertib ' Boleh jadi teman kelasnya yg mengirimi tata tertib ujian semester yang sebentar lagi dilaksanakan. Nia menggulir pandang mencoba menyelusuri tulisan lebih bawah lagi.

•Jam 06.30 sudah harus tiba di apartemen✓ "lho...kok ujian di apartemen?" Nia yang belum sepenuhnya loading melebarkan pupil, sedetik berikutnya rasa ngantuk menguar pergi begitu saja. "Sejak kapan gedung kampus berpindah ke apartemen?" Nia makin penasaran dengan kelanjutan isi pesan teks.

•Tidak membawa/mengundang orang luar ikut masuk ke apartemen ✓. "ini lagi ..., maksudnya apa coba? Biasanya dilarang bawa hape atau contekan, ini kok bawa orang luar?" Semakin membingungkan. Kurang puas membaca sambil tiduran, Nia memutar badan ke posisi tengkurap. Bantal di jadikan penyanggah dagu. Lanjut mata membaca isi pesan berikutnya.

•Menyiapkan sarapan setiap hari tanpa terkecuali✓ "menyiapkan sarapan setiap hari?" Nia mengulang isi teks yang semakin ambigu. Sejak kapan Nia masuk jurusan tata boga?Sedetik, masih loading, dua detik mulai sedikit nyambung, tiga detik, fix mata Nia membola membaca poin yang ini, baru ia teringat kejadian tadi siang, yang mana mulai besok dia harus bekerja di apartemen orang aneh.

Nia menelungkup kan wajah di bantal, kenapa lah kesialan selalu saja menghampiri dirinya. Menyiapkan sarapan setiap hari itu sama artinya ia bekerja full selama seminggu, tanpa libur. Membayangkan saja membuat Nia ingin nangis. Poin ini menjadi catatan penting untuk Nia, besok ia akan meminta bos anehnya untuk merevisi kembali. Kalau begini untung di dia, sakit di Nia. Nia kembali melanjutkan membaca aturan yang dikirim bos gilanya.

•Menyiapkan pakaian kerja ✓ "eh.....kok makin kesini makin aneh sih....? waras nggak sih yang buat aturan? Kayak yang gue istrinya aja" Nia mendumel sendiri. Bantal yang ada di samping jadi sasaran. Nia memukuli bantal, melampiaskan kesal tak berlawan. "Dasar bos aneh!" umpat Nia, sekarang matanya benar-benar kehilangan nafsu tidur. Terlanjur kesal Nia malas ingin melanjutkan membaca isi pesan aturan gila. Nia menghempas hape ke sisi tubuhnya.

***

"Baru pulang...? Selarut ini?" pak Ramlan melihat penunjuk jam dipergelangan tangan, jarum pendek tepat mengarah diangka sebelas. Padahal jam kantor berakhir jam lima sore. Kalau pun lembur, tidak mungkin juga setiap malam. Pak Ramlan sengaja menunggu Dirga pulang. Ada hal penting yang akan ia sampaikan. Ini menyangkut masa depan Dirga.

Dirga menahan langkah, tepat diruang keluarga, di mana pak Ramlan berada dengan TV yang masih menyala. "Bicaranya besok aja!, sekarang aku capek" Dirga bersikap acuh, lebih tepatnya masih ingin mendiamkan pak Ramlan. Rasa kecewa atas perjodohan masih sangat melekat diingatan. Apalagi kejadian hari ini memperburuk pandangan Dirga terhadap Nia.

Sejak perjodohan batal, pak Ramlan sengaja mendiamkan Dirga, terlebih Nia yang memutuskan tiba-tiba berhenti bekerja, pasti atas desakan Dirga. Namun yang namanya orang tua, pasti lebih memilih menekan rasa kecewa demi kebahagiaan sang putra.

"Duduklah dulu! Papa ingin bicara!" tunjuk pak Ramlan pada sofa kosong yang ada di sebrang meja. Dirga memutar bola mata malas. Mau tak mau ia duduk juga. Diletakkannya tas kerja di lantai dekat kaki meja.

Belum memulai obrolan, Pak Ramlan menatap dalam wajah anak satu-satunya. Kini banyak yang berubah dari Dirga. Dirga yang sekarang tidak sama lagi dengan Dirga sebelum kecelakaan itu. Merasa hanya diperhatikan akhirnya Dirga angkat bicara. "Mau ngobrolin apa sih...pa....? Udah malam, ngantuk..."

"Papa sebenarnya tidak ingin ikut campur, masalah pribadimu" Dirga membuang pandangan, jengah. Menganggap apa yang dibicarakan pak Ramlan barusan tak sesuai kenyataan.

"Namun papa juga nggak bisa ngebiarin kamu terus-terusan berkubang dalam kemaksiatan. Papa tau apa yang kamu lakukan dengan jalangmu itu"

"Stop!!!" Suara Dirga naik beberapa oktaf. Mukanya tiba-tiba memerah menahan amarah. Kalau papa mengajak aku duduk di sini hanya untuk mendengar hinaan papa terhadap Geby, lebih baik mulai sekarang papa nggak usah masuk campur atas pilihan hidupku!" Geby dihina membuat Dirga meradang. Memberi ultimatum pada pak Ramlan untuk tidak lagi mencampuri urusannya kedepan.

"Papa belum selesai bicara Dirga!!!" bentak pak Ramlan tak kalah geram.

"Apalagi pa...? Hem.....? Belum cukup? Ada restu papa atau pun nggak, aku akan tetap bersama Geby" sahut Dirga tak mau menurut.

"Ok ...., tapi kamu jangan menyesal membuang permata demi debu tak berguna itu" setelah mengatakan itu pak Ramlan langsung beranjak pergi. Dirga sudah keterlaluan, luka di hati pak Ramlan amatlah dalam atas perlakuannya.

Dirga mengacak kasar rambutnya, merasa kesal. Lagi-lagi pak Ramlan menjelekkan Geby di depannya. Entah berlian seperti apa yang pak Ramlan maksudkan.

***

Bunyi sirine ambulan dan mobil patroli polisi mengaung nyaring tengah malam ini. Mendatangi lokasi kecelakaan dipertigaan jalan.

Hujan deras mengakibatkan jalan licin dan berkurangnya jarak pandang. Dirga yang capek mengantuk setelah sebelumnya lembur dikantor, sempat terlelap sebentar hingga hilang fokus saat menyetir. Baru sadar saat mendengar nyaring klakson mobil dari arah berlawanan. Dan...

Brakkkkkkk.........

Tabrakan mobil tidak bisa dihindari. Dirga yang terlempar keluar, dikarenakan tidak menggunakan safety belt, sempat melihat korban laki-laki berumur empat puluhan, merintih kesakitan. Ia juga terlempar dari dalam mobilnya. Kepalanya berlumur darah. Dirga yang juga terluka, mencoba mendekat untuk memberikan pertolongan. Ternyata dalam mobil itu masih ada dua penumpang perempuan yang juga turut jadi korban. Bahkan tangan anak gadis perempuan yang diperkirakan masih SMP, terjepit dengan badan mobil yang terhimpit tiang listrik.

Dirga mengencangkan langkah, berteriak-teriak meminta pertolongan.

"Tolong...! tolong.....!" hatinya terlalu sakit menyaksikan kecelakaan ini.

"Tolooongggg..........."

Bug......

Dirga terjatuh dari atas tempat tidur. Keringat membasahi seluruh tubuhnya. Pelan ia mendudukkan diri. Dirga masih mengatur nafas yang terasa sesak. Seakan kejadian kejadian dalam mimpi itu benar-benar nyata, Dirga mengalaminya sendiri.

Pak Ramlan saat ini mengintip di balik pintu kamar Dirga. Tadi ia sempat mendengar teriakan Dirga. Ia yakin, Dirga kembali mengalami mimpi buruk. Tapi niat masuk kekamar urung, teringat betapa sakitnya hatinya saat dilawan Dirga.

Bersambung.....

Terpopuler

Comments

Vindi Anisa

Vindi Anisa

jangan2 Dirga ada sangkut pautnya dengan cacatnya sania

2023-09-12

1

aprian adibrangga

aprian adibrangga

untung di kamu rugi di dia

2023-04-03

0

mom mimu

mom mimu

satu iklan meluncur... 💪🏻

2023-04-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!