"Asal kamu tau, kamar ini dipenuhi kamera tersembunyi! Jadi, ku pastikan semua adegan kita akan terekam indah. Setiap desahanmu akan terekam sampai akhir hayat. Ha....ha....!" Dirga tertawa menakutkan. Menatap lapar ke arah Nia, sembari melepas satu per satu pakaian yang melekat di tubuhnya, lalu melempar asal. Nia beringsut ke kepala ranjang, mencoba menghindar selagi ia bisa.
Nia mulai menyadari apa sebenarnya tujuan Dirga membawa dirinya ke rumah ini. Tapi kenapa? Kenapa Dirga sekejam ini padanya? Kemana perginya Dirga yang dulu selalu tersenyum lembut padanya?
Air mata semakin membanjiri pipi Nia yang berubah pucat pasi menahan takut. Tubuhnya ikut bergetar hebat di ikuti gelengan kepala, menolak apa yang akan dilakukan Dirga padanya.
"Jangan kak! Nia mohon jangan lakukan ini pada Nia! Nia janji akan pergi jauh dari hidup kak Dirga!" mohon Nia sepenuh hati, kedua telapak tangannya di satukan di dada. Bibir gemetar luar biasa, hilang sudah Nia yang ayu nan anggun tadi.
"Cih....." Dirga meludah sembarangan. Wajahnya semakin menggelap, di ikuti tatapan menakutkan penuh nafsu yang berhasil dibisikkan setan. Semakin melihat Nia ketakutan, ada kepuasan tersendiri, bisa membuat wanita cacat itu trauma seumur hidup. Memang itu tujuan utama Dirga, yang sudah gelap mata.
Kekesalan Dirga semakin bertambah, bukan tanpa sebab, ia tidak bisa terima sahabat baiknya akan dimanfaatkan Nia. Oleh sebab itu, Dirga tidak akan memberi kesempatan lagi, kali ini Nia harus di hancurkan sehancur-hancurnya.
Kreeeaaakkkk.....
Bunyi sobekan kain.
"Tidakkkk.....! Jangan...!" tangis Nia semakin pecah. "Tolong......! Tolong......!" Nia berteriak mencoba meminta pertolongan. Memohon pada Dirga rasanya mustahil, karena laki-laki itu sudah berkabut nafsu.
Paha putih mulus yang selama ini, di tutup rapat, terpampang nyata. Semakin menggiurkan Dirga. Jantung Dirga juga ikut bekerja cepat, ini kali pertama ia akan memperkosa wanita yang diyakini tidak suci lagi.
Nia mencoba menutup bagian paha yang sudah terekspos dengan satu tangannya. Sayangnya, Dirga lebih berkuasa, ia kembali menarik paksa jilbab Nia. Helaian demi helaian rambut terurai begitu saja.
Detik berikutnya, mahkota yang di jaga Nia di nikmati begitu saja oleh Dirga, si laki-laki gila. Rambut bergelombang, hitam nan mengkilat sempat membius. Jakun Dirga naik turun menatap kagum betapa cantiknya wajah cabi bermata sendu yang sedang menangis pilu. Sungguh ia melihat sosok yang berbeda, ternyata Nia cantik luar biasa.
Kekaguman itu tidak berlangsung lama, rasa benci kembali melingkupi hati, Dirga kembali merobek paksa baju yang dikenakan Nia, sehingga menyisakan pakaian dalam, yang semakin membuat nafsu Dirga bergelora.
Kedua tangan menyilang di dada, menutupi aset berharga yang Nia punya. Selagi ada daya, Nia berusaha menolak sentuhan demi sentuhan yang diberikan Dirga. Tendangan demi tendangan, coba Nia lakukan. Namun apalah arti tenaga gadis mungil itu, sangat tidak sebanding dengan kekuatan Dirga. Malah Dirga semakin leluasa menjamah tubuhnya, saat kedua tangan Nia berhasil ia kunci ke atas. Sedikit pun Nia tidak menikmati sentuhan Dirga, yang ada ia merasakan jijik yang teramat sangat
Nafsu yang sudah di ubun-ubun, tidak lagi bisa dikendalikan. Dirga menindih tubuh Nia yang mungil. Dengan kasar melakukan penyatuan. Akhirnya satu hentakan kasar merenggut segalanya. Termasuk membunuh mental Nia.
"Sakitttttt!!!" ucap Nia lirih sambil memalingkan wajah ke samping di ikuti linangan air mata penuh kehancuran. Sakit bercampur benci yang teramat sangat, membuat Nia enggan menatap mata Dirga yang di balut kenikmatan.
Dirga baru saja menyadari satu fakta, bahwa Nia ternyata masih perawan. Dia lah orang pertama yang menyentuh Nia. Ada kepuasan tersendiri. Karena selama bermain dengan Geby, ia tidak mendapatkan itu.
Tidak cukup sekali pelepasan, Dirga melakukan hingga berkali-kali. Sampai-sampai ia tidak menyadari jika Nia sudah jatuh pingsan. Sudah pelepasan yang ke tiga, barulah Dirga mencabut diri, berguling menjatuhkan tubuh di samping Nia, yang polos tanpa sehelai benang pun. Senyum kepuasan terbit di wajah Dirga, tanpa sadar ia pun tertidur sambil memeluk Nia.
***
Ditempat yang berbeda, Bara dan Geby baru saja sama-sama mendayung lautan bergelora. Niat Bara menyudahi hubungan gelap bersama Geby, kandas sudah, akibat kembali termakan bujuk rayuan wanita berbisa.
"Kamu serius memperkenalkan wanita itu ke keluargamu?" tanya Geby tanpa embel-embel, karena saat ini mereka hanya berdua.
"Bukan urusanmu!" Bara kembali bersikap dingin. Sangat berbeda dengan Bara beberapa menit tadi.
Geby tidak ambil pusing, kembali ia mendaki, mengajak Bara menikmati malam sepuasnya.
***
Buk Fatimah sebentar-sebentar keluar masuk kamar, ia kembali mengecek Nia apakah sudah pulang. Sekarang sudah lewat jam dua belas malam. Rasa bimbang pasti menyambangi hati, tidak biasanya Nia selarut ini belum kembali.
Berulang kali, buk Fatimah memutar kursi roda ke ruang tamu, mengintip keluar rumah lewat kaca jendela, siapa tau Nia ada di sana. Namun hasilnya nihil. Wajah gelisah jantung pun terasa merenggang. Nia satu-satunya anak yang dimiliki Buk Fatimah.
Satu jam berlalu, terdengar suara ketokan pintu. Gegas buk Fatimah yang hampir terlelap melajukan kursi roda ke arah pintu. Sebelumnya, ia mengintip siapa gerangan yang ada di luar. Buk Fatimah memicingkan mata, sebabnya dari arah belakang, orang yang berdiri sama sekali tidak mencerminkan Nia, apalagi baju yang ia kenakan, kemeja laki-laki berwarna biru muda.
"Siapa?" Buk Fatimah buka suara,memastikan siapa orang yang berada di depan pintu.
"Nia buk...." ucap Nia kepayahan.
"Nia..." cepat buk Fatimah memutar kunci, dan membukakan Nia pintu.
"Bukkk.......!" begitu pintu dibuka Nia langsung menghambur memeluk kaki buk Fatimah.
"Astagfirullah...., Nia kamu kenapa sayang?" penampilan Nia yang berantakan, mata sembab, dan tingkah Nia yang tidak biasa, membuat jantung buk Fatimah berdebar hebat. Pikiran-pikiran jahat mulai berseliweran di kepala.
"Maafin Nia buk......, maafin Nia....." Tangis Nia semakin menjadi.
Deg ......
Buk Fatimah yakin hal itu sedang menimpa Nia. Feeling seorang ibu tidak bisa dipungkiri. Setetes air mata turut mengalir malam ini. Kedua nya menangis meratapi nasib malang yang selalu menimpa mereka.
Berurai air mata, Nia menceritakan semua kejadian dari awal, tanpa satu pun yang ia lewatkan. Buk Fatimah menyimak semuanya dengan penuh kesakitan. Diakhir cerita Nia, ia mengelus sayang kepala Nia, keduanya saling peluk, saling memberi kekuatan. Sedikit pun buk Fatimah tidak menyalahkan Nia. Ia sangat mengenal bagaimana Nia. Jadi ia sangat yakin, di sini Nia hanya korban. Namun untuk melawan, siapa lah mereka.
"Kita pindah...!" kata itu yang akhirnya buk Fatimah ucapkan, dan diangguki oleh Nia. Hanya itu satu-satunya jalan, agar mereka terbebas dari bahaya yang masih mengintai.
Bersambung .......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Elsha Unaaha Elsha
😢😭
2023-08-05
0
Maliqa Effendy
kalau udah kejadian,mau ngomong apa...polos boleh,tapi bodoh jangan,Sania
2023-08-04
1
Senajudifa
masukan aku kedlm novelmu thor biar aku yg akan membunuh dirga bara sm sigebrot itu
2023-04-09
0