Beringas

Api kebencian semakin menyala, tak kala Dirga melihat fakta Nia lah wanita yang di gandeng Bara, sahabatnya. Apa yang menjadi praduga Dirga selama ini, semakin nampak kebenarannya, Sania bukan wanita lugu nan polos. Melainkan ****** yang terobsesi mengeruk uang lelaki kaya.

Tatapan Dirga memindai penampilan Sania, seratus delapan puluh derajat berbeda dari yang ia kenal selama ini. Tidak cukup di situ, Dirga juga menyorot tajam tangan Nia yang bergelayut mesra di lengan Bara. "Dasar wanita munafik! Wanita ular, jelas sudah semuanya. Entah apa yang membuat papa menutup mata, bisa-bisanya memandang wanita ****** ini sebagai calon istri idaman" monolog Dirga dalam hati penuh benci.

"Pak Bara juga di sini?" Geby menyapa sok ramah, tersenyum manis kentara dibuat-buat, dalam hati ia mengumpat habis-habisan Nia yang dianggap wanita murahan. Wanita yang telah merebut Bara dari dirinya. Ternyata menjadi pembantu hanya sebatas kedok. Geby memindai penampilan Sania dari ujung kepala sampai ujung kaki, tidak ada lagi Sania yang kumuh, tergantikan sosok cantik ayu nan berkelas.

"Seperti yang kalian lihat" Bara merentang satu tangan yang terbebas dari Nia. Senyum manis juga ia kembangkan.

"Wow.....ada....ca...eh...maksudku Nia" Dirga berpura-pura baru menyadari keberadaan Nia. Senyum jijik jelas terukir dibibir tebalnya.

Nia tersenyum kaku, cepat membuang pandangan ke samping. Matanya tidak kuat beradu tatap dengan mata Dirga yang meremehkan dirinya. Jelas Nia tidak nyaman berada di situasi seperti ini. Dirga pasti semakin membenci dirinya, dan menganggap dia wanita murahan seperti yang selalu Dirga katakan. Tapi mau bagaimana lagi, Nia hanya mampu mengikuti permainan Bara.

"Beb..., dia ini bekas pembantu mu kan....? Yang.....ca....cat itu" sindir Geby dengan mata penuh olok ke Nia.

"Ia...benar sekali. Dia Sania cacat yang berkedok pembantu. Padahal aslinya ******..." ucap Dirga pedas di tengah keramaian pengunjung. Bahkan ada beberapa pengunjung sempat mendengar ucapan Dirga barusan.

Nia menunduk, benar-benar tidak nyaman, dia kembali di permalukan, malah sekarang di tempat umum seperti ini. Anehnya tidak sedikit pun Bara berniat membela Nia, ia lempeng-lempeng saja. Padahal jelas Bara mendengar apa yang di katakan dua manusia tidak berperasaan itu.

"Berapa Lo boking dia?" Dirga menunjuk Nia dengan dagunya. Diiringi tawa mengolok. Sudah biasa membahas ****** bersama Bara, Dirga menganggap ucapannya biasa saja.

Bara malah terkekeh, ikut tertawa bersama Dirga dan Geby. "Nggak mahal, hanya tiga puluh juta" ucapnya biasa, tanpa perasaan dan tidak sadar ikut merobek harga diri Nia. Nia menatap tak percaya pada Bara.

"Wow.....segitu Lo bilang nggak mahal, kalau gue di kasih geratisan aja nolak" Dirga tertawa lebar, merasa puas bisa membalas sakit hati ke Nia, terlebih Bara juga fine-fine aja, terlihat mau di ajak kerja sama.

"Serius Lo....? kalau gue kasih gratis nggak mau?" uji Bara ditengah candaan mereka.

"Serius....makanya dirumah dulu langsung gue pecat. Kerjaannya nggak becus, suka ngegoda bokap gue. Kebayang nggak tu? Bagi gue, Geby wanita yang paling cocok buat ngedampingin, buat dijadiin istri" ucap Dirga bangga, tatapan penuh damba pun ia layangkan pada Geby yang tersenyum sumringah mendengar pujian Dirga. Ia serasa dilambungkan ke langit ketujuh.

Merasa sudah tidak tahan lagi, pelan Nia melepas gandengan tangannya dari lengan Bara, lelaki aneh dan tidak punya perasaan. Padahal ia kesini jelas tadi Bara yang memaksa mempertemukan dia pada orang tua Bara. Diperkenalkan sebagai calon istri. Meski Nia tidak tau apa motif Bara, Nia terpaksa menerima. Karena Bara sempat menggunakan ancaman saat Nia menolak. Tapi apa, Bara juga sama. Lelaki jahat bermulut pedas.

"Permisi!" ucap Nia ditengah tawa manusia-manusia gila. Sekuat tenaga Nia menahan air mata yang sudah menggenang di pelupuk mata. Sekali saja ia berkedip, dipastikan air mata itu akan lolos begitu saja.

Cepat Nia berjalan keluar restoran. Berniat akan pulang. Tidak lagi menghiraukan orang-orang yang menatap Nia dengan tatapan beraneka ragam.

Tes....

Akhirnya air mata lolos tanpa diminta. Nia menghapus kasar, dengan punggung tangannya. Sedikit berlarian, Nia melangkahkan cepat keluar dari restoran. Dadanya terasa sesak, merasa sakit yang teramat.

"Kita nyantai bareng!" ajak Dirga pada Bara yang masih menatap kepergian Nia.

"Boleh" Bara melepas pandangan dari Nia, seiring pintu restoran yang kembali tertutup.

Mereka memilih satu meja dan duduk bertiga. Dirga merogoh kocek celananya, mengambil hape dan berpura-pura membaca pesan.

"Sorry...gue harus cabut sekarang! Bokap sedang sakit dirumah" Dirga beralasan.

"Tapi kita kan belum makan beb" wajah Geby berubah kesal. Bibir seksi mengerucut, merasa di PHP Dirga.

Dirga melirik Bara, "bro tolong temenin Geby makan ya...! Gue benar-benar harus pergi" Dirga memandang Bara dengan sorot mata memohon.

Bara hanya merespon dengan mengedikkan bahu serta alis yang di naikkan ke atas, petanda 'terserah'.

"Gue cabut....!" Cepat Dirga berdiri, tanpa menoleh, langsung pergi begitu saja.

Geby memasang wajah sumringah, akhirnya ia bisa leluasa berduaan bersama Bara.

***

Dirga menekan dalam pedal gas mobil. Secepat mungkin mengejar Nia yang baru saja meninggalkan restoran. Ia tidak akan membuang kesempatan ini. Dendamnya masih terlalu membara untuk di padamkan.

Di gelapnya malam, Nia berdiri seorang diri dipinggir jalan yang jaraknya masih dekat dengan restoran tempat ia makan malam bersama keluarga Bara. Wajahnya memprihatinkan, masih berurai air mata dan isak tangis. Sekarang Nia kebingungan, dengan apa ia akan pulang, sedang satu rupiah pun ia tidak memegang uang. Tas miliknya masih tertinggal di apartemen Bara tadi.

Sebuah mobil tiba-tiba berhenti di hadapannya. Dirga turun dengan wajah yang sulit di baca. Menghampiri Nia, lalu menariknya untuk masuk ke dalam mobil.

"Lepas!" suara Nia serak, berusaha untuk menolak. Namun tenaga Dirga bukan tandingannya.

Dirga membuka pintu mobil bagian belakang, lalu mendorong kasar tubuh Nia.

"Au......!" Nia tersungkur, kepala membentur dinding mobil. Setelah pintu di tutup. Bara memutari mobil. Lalu masuk ke kursi kemudi. Tidak lupa ia me lock semua pintu, agar Nia tidak bisa kabur.

"Hentikan! Aku mau turun! Teriak Nia. Tangan kosong digunakan untuk memukul bahu Dirga.

"Diam!!!" teriakan nyaring di ikuti raut wajah yang menggelap. Tangan Dirga mencengkram kuat lingkaran setir. Membuat nyali Nia ciut. Nia diam, namun rasa bencinya semakin menggunung.

Dirga membelokkan mobil ke sebuah rumah minimalis satu lantai. Nia mengamati rumah yang terlihat sepi tidak berpenghuni. Dia belum pernah ke sini. Rumah siapa itu ia juga tidak tau. Sejurus kemudian Dirga membuka kasar pintu mobilnya. Rasa takut kembali menggerogoti. Dirga kembali menarik paksa Nia, agar turun dan ikut masuk bersamanya.

"Enggak! Lepasinnn!!! Lepasinnn.....!" Nia mencoba menghentikan gerakan kasar Dirga, tangan buntung digunakan untuk melepaskan satu tangan yang dicengkeram kuat. Sayangnya, semua percuma. Karena enggan melangkahkan kaki, tubuh Nia diseret paksa.

Ngilu di ketiak, sungguh terasa menyiksa, tanpa belas kasihan, Dirga menarik Nia dengan satu tangan. Melawan benar-benar tidak lagi bisa dilakukan, pergelangan tangan sudah dikunci dengan cengkraman kuat Dirga.

Dengan mudah Dirga membawa Nia masuk ke dalam rumah setelah berhasil membuka kunci pintu.

Bug.....

Tubuh Nia jatuh terpental di atas kasur berseprai putih. Dirga mendorong kuat tubuhnya. Setelah melakukan itu, cepat Dirga mengunci pintu kamar, dan melempar asal kunci ke atas lemari setinggi dua meteran. Ia yakin Nia tidak akan mudah untuk mengambilnya.

Jelbab yang Nia kenakan sudah tidak berbentuk, miring kemana-mana, sehingga rambut ikut menjuntai keluar. Di lengan kiri juga ada sedikit sobekan, akibat ditarik paksa saat Nia menolak keluar dari mobil.

Nia ketakutan luar biasa, tatapannya nanar melihat tingkah laku Dirga yang semakin beringas, sedikit pun tidak ada rasa kemanusiaan.

Bersambung.....

Terpopuler

Comments

Maliqa Effendy

Maliqa Effendy

Sania..anak kuliahan senester 5 katanya..mau semiskin apa jg ,pasti punya pikiran jernih kan? ini bodoh apa idiot sih

2023-08-04

2

mom mimu

mom mimu

setangkai 🌹 mendarat, ayo lanjut lagi kak, semangat 💪🏻💪🏻💪🏻

2023-04-09

0

mom mimu

mom mimu

jangan bilang Dirga mau perkosa Nia Kak Lin 🙈🙈🙈🙈 aku gak mau denger

2023-04-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!