Hutang

Nasib sial kembali menghampiri Nia. Masih dengan mulut menganga, ia kaget sekaligus tidak percaya. Tatapannya horor memandang bagian-bagian hape yang tidak lagi menyatu utuh. Layar LCD yang terlihat retak seribu. belum lagi casing yang terbuka menjadi dua bagian.

Katanya hape mahal, namun apa bedanya dengan hape yang dijual dengan harga satu jutaan, jika pada akhirnya saat terhempas akan sama-sama pecah tidak terselamatkan.

"Astagfirullah....!" Nia melorotkan badan, tangan gemetar menyentuh badan hape. Baru beberapa menit yang lalu ia mengucap syukur dapat membawa uang sebesar enam puluh ribu hasil keuntungan dari berjualan kerupuk udang. Kalau sudah begini? Bukannya untung, yang ada buntung.

Nia belum berani melihat wajah si pemilik hape. Entah bagaimana nasibnya setelah ini, Nia tidak bisa membayangkan. Yang pastinya ia akan mengganti kerusakan hape dengan jumlah yang tidak sedikit, dan boleh jadi si pemilik minta dibelikan hape baru dengan merk yang sama. Mana mungkin dianmampu. Baru memikirkannya saja Nia rasanya mual ingin muntah, karena tiba-tiba asam lambungnya naik.

Aura mencekam mulai terasa, derap kaki mulai mendekat. Hanya dua langkah, setiap langkahnya terasa memijak membenamkan Nia kedalam tanah. Sepatu kulit mahal tersusun rapi tepat lima puluh senti dari hadapan Nia saat ini. Nia tau siapa pemilik sepatu kulit hitam mengkilat itu, pasti orang yang hapenya ada ditangan Nia.

"Bismillah .....Nia!, apa pun hukumannya setelah ini hadapi..! Jangan lari!" Nia berbicara sendiri menyemangati diri agar jadi berani. Berani menerima kenyataan, meski tidak sepenuhnya atas kesalahan dirinya. Malah jika ada yang melihat, laki-laki itulah yang menabrakkan tubuhnya ke badan Nia.

Dari sepatu kulit hitam mahal, naik sedikit, celana kain mahal juga berwarna hitam, ikat pinggang berlambang buaya membelit di pinggangnya. Nia menaikkan lagi pindaiannya, jas mahal juga berwarna senada, hitam. Baju kemeja biru muda membungkus raga atletis, dengan tangan bersilang di dada. Sudah mulai kelihatan aura angkuhnya. Semakin pindaian itu meninggi, degup jantung pun sama hal nya. Mungkin jika di tensi tekanan darah Nia pasti melonjak di atas normal.

Deg......

Kenapa dunia jadi sempit begini, Nia tau persis siapa laki-laki yang sedang menatap penuh emosi dirinya, Dirga. Nia menggulir pandangan ke arah hape ditangan lalu menatap tak percaya ke arah Dirga yang sedang menatap dirinya tajam. Satu hal tersimpulkan, pemilik hape itu adalah Dirga, si mantan anak majikan sekaligus orang yang pernah akan dijodohkan dengan dirinya.

"Ma-maaf!" Dengan terbata Nia memberanikan diri buka suara. Pandangannya tertunduk takut, tidak berani lagi menatap singa lapar yang siap menerkam.

"Apa hanya dengan kata maafmu bisa mengembalikan hape mahal itu seperti semula?" tunjuk Dirga angkuh ke arah hape yang ada ditangan Nia.

Nia menggeleng, "sa-- saya ti--dak sengaja! Lagian ini tidak sepenuhnya kesalahan saya" Nia berusaha membela diri.

"Cuih....." Dirga meludah kasar di sisi kiri, betapa muaknya melihat wajah gadis cacat yang selalu saja mengusik ketenangan dirinya. Selalu dan selalu, si cacat ini lah yang merusak semuanya, hubungan dengan sang papa, dan sekarang hape mahal yang menjadi benda krusial untuk komunikasi dengan rekan bisnis pun sudah tak berbentuk olehnya. Kesialan macam apa yang di bawa gadis cacat itu?

"Jadi kamu mau bilang ini kesalahan saya? Heh....cacat! Dengar ya...! Apa hanya dengan kata maafmu yang menjijikkan itu semuanya akan kembali seperti semula hem.....?" suaranya naik beberapa oktaf.

Kali ini Nia diam. Bersuara pasti akan tetap dibantah dan dianggap salah.

"Kenapa diam...hem?! Mana mulut murahanmu yang selalu merayu papaku?" Dirga semakin tersulut emosi. Menatap benci pada Nia yang sedang tertunduk lesu menggenggam hape ditangan.

"Saya tidak pernah merayu pak Ramlan!" Nia membalas tajam tatapan Dirga. Dituduh yang bukan-bukan menyentil harga dirinya. Dia sama sekali tidak pernah merayu pak Ramlan, mereka dekat memang karena merasa bagai ayah dan anak, tidak lebih.

Plakkk........

Satu tamparan Dirga layangkan di wajah Nia. Membuat gadis bertangan satu merasakan kebas dan panas dipipinya. Kuatnya tamparan membuat pipi Nia tertoleh kesamping.

"Ada apa ini?" Suara Bara menarik atensi. Bara tergopoh datang mendekat bersama Geby si sekretaris seksinya. Nia yang memegang pipinya dan Dirga yang masih dalam balutan emosi menoleh kepada siapa yang datang.

Beberapa menit yang lalu, disaat Bara dan Geby sibuk bercumbu, tiba-tiba Dirga menelpon ke hape Bara. Mengabari sahabatnya itu, ia sudah berada di depan lift yang tidak lagi jauh dari ruangan Bara. Kedatangannya belum di ketahui untuk apa, sebab tiba-tiba hape Dirga mati. Bara dan Geby dibuat kelabakan, takut tertangkap tangan. Cepat keduanya menghentikan permainan dan merapikan baju yang berantakan serta membereskan sisa percintaan yang belum tuntas. Agar jejak kecurangan mereka tidak diketahui.

"Aku juga nggak tau kenapa gadis cacat ini ada disini? Malah yang lebih parahnya tu lihat!" Dirga menunjuk hape yang dipegang Nia dengan dagunya.

"Ya ampun sayang..., inikan hape kamu? Kenapa bisa begini? siapa yang ngancurin?

Geby mendekat kearah Nia dan menarik kasar hape yang ada ditangan Nia. Membolak balik memindah benda pipih yang sudah tidak lagi utuh. Jangan lupakan ekspresi shock lebaynya dengan rentetan pertanyaan.

"Kamu ngancurin hape Dirga?!"Tatapannya menajam kearah Nia. Bertanya sok membela, bagai pahlawan kesiangan. Wanita ****** sekaligus penghianat. Padahal barusan ia dan Bara dibuat senam jantung, saat tau Dirga tiba-tiba ada di sana. "Tunggu-tunggu...." Geby memindai tajam seluruh tubuh Nia tanpa terkecuali, ia menautkan alis saat menyadari satu hal. "Sayang....., bukannya dia cewek penjual kerupuk di lampu merah?" telunjuk lentik bermain cantik didepan wajah Nia. "Dan diakan cewek yang mau di....." belum sempat merampungkan kata, Dirga memotong cepat ucapan Geby. Mau ditaruh dimana mukanya jika Bara sampai tau dia dijodohkan dengan gadis cacat ini. Bisa hancur reputasinya.

"Ia, dia pengemis waktu itu" Dirga berkata tanpa perasaan diiringi pindaian tajam kepada Nia.

Deg.....

Sungguh telinga Nia terasa panas dikatai pengemis. Belum pernah dalam hidupnya ia menjadi pengemis hidup meminta belas kasihan orang. Untuk saat ini Nia memilih diam. Hanya memperbanyak istighfar dihati agar diberi kesabaran.

"Heh....perempuan! Ngapain juga kamu kekantor ini?" Kembali Geby bertanya tanpa akhlak.

"Sa-saya jualan kerupuk" jujur Nia apa adanya.

"Jualan kerupuk apa mencoba mencari mangsa baru hem....?"

Bara yang sejak tadi mengamati, menyadari gadis didepannya ini terlihat berbeda meski yang terlihat hanya memiliki satu tangan, namun tidak mengurangi kecantikan natural yang ia miliki. Bara tersenyum penuh arti.

"Udah.....bro..., berhubung ini kantor gue, cewek ini biar jadi urusan gue" ucap bara tiba-tiba. Membuat semua mata tertuju padanya.

"Urusan kita belum selesai, kamu harus ganti kerugian hape ini!" tekan Dirga seketika membuat mata Nia membola.

"Tapi kan....." Ucapan Nia terpotong suara maskulin Bara.

"Hape Lo gue yang ganti!" ucap Bara lagi. "Lo tenangin diri dulu sana!" usir Bara secara halus.

"Ok, tapi gue pinjam Geby dulu" ucap Dirga penuh arti.

"Silakan...!" Seperti biasa Bara mempersilakan Dirga untuk membawa Geby meski di jam kantor. Sebagai sesama lelaki ia tau betul apa tujuan Dirga.

Sesaat setelah kepergian Dirga dan Geby, suasana kembali terasa mencekam.

"Sekarang ikut saya!" ucap bara tak terbantahkan. Langsung memutar badan.

"Saya" tunjuk Nia pada diri sendiri. Karena merasa belum yakin.

"Emang ada orang lain selain kita berdua di sini?" kembali Bara memutar tubuhnya menghadap Nia yang masih enggan untuk bergerak.

"Nggak.....saya nggak mau" Nia melambai-lambaikan kedua telapak tangan di dada.

"Kamu lupa sudah berhutang sama saya?"

"Hu-hutang, sejak kapan saya punya hutang?" Nia bertanya polos, memang ia tidak pernah berhutang dengan orang yang ada di depannya.

"Kamu begok apa gimana ya? Bukannya barusan kamu dengar sendiri saya yang mengganti hape Dirga yang rusak?" tatapan Bara berubah tajam.

"Tidak ada tapi-tapi pilihannya cuma satu, jika tidak saya akan menjebloskan kamu ke kantor polisi" ucap Bara asal bicara.

"Apa??"

Bersambung.......

Terpopuler

Comments

aprian adibrangga

aprian adibrangga

lelaki tempramen kamu dirga

2023-04-03

0

aprian adibrangga

aprian adibrangga

bukan sial, hanya cobaan

2023-04-03

1

mom mimu

mom mimu

malang banget nasib Nia... jangan terlalu kejam lah kak Lin... kasih Nia sedikit bahagia ya 😅✌🏻

2023-03-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!