Pembantu

Dengan penuh keterpaksaan Nia menyeret langkah mengekor di belakang Bara. Hape Dirga yang rusak masih melekat dalam genggaman. Bara sengaja membawa Nia ke dalam ruang miliknya, agar bebas melakukan deal sesuai akal bulusnya.

"Kamu tau...., berapa harga hape itu?" tunjuk bara dengan dagunya. Sesaat keduanya duduk berhadapan di meja kerja Bara.

Lima detik Nia mengamati hape yang ada di pangkuannya, sedetik kemudian mengangkat pandangan lalu menggeleng lemah. Yang ia tahu hape itu harganya lebih dari sepuluh juta. Berapa lebihnya Nia tidak tau pasti. Karena selama ini, ia memang tidak terlalu update dengan harga hape canggih. Cukup hape yang bisa dipakai buat wa dan nelpon itu sudah lumayan.

"Tiga puluh tiga juta" ucap Bara enteng. Tatapannya penuh kearah Nia. Memang segitu lah harga hape apel cap gigit yang dipakai Dirga.

"Hah...? Bapak becanda ya?" tawa Nia terdengar kaku dan hambar, lebih tepatnya tawa karena shock. Tadinya ia mengira hape itu hanya berharga belasan juta, ternyata yang barusan ia dengar....., sungguh angka yang fantastis. Kira-kira berapa tahun ia akan menyicil dengan penghasilannya sekarang. Membayangkannya saja membuat kepala Nia berdenyut-denyut, satu telapak tangan mendadak berkeringat dingin.

"Kalau kamu nggak percaya tanya aja di konter hape! Malah bisa lebih"

"Mana ada uang saya sebanyak itu pak, hari ini saja jualan kerupuk hanya dapat untung enam puluh ribu" dengan polos, Nia mengeluarkan uang dari saku gamis dan meletak asal diatas meja kerja Bara sebagai pembuktian jika ia tidak berbohong. Bara melirik pecahan uang sepuluh ribuan, lima ribuan, bahkan beberapa lembar dua ribuan yang tak mau ketinggalan. "Kalau mau ganti hape segitu mahal, rasanya saya nggak mampu, untuk makan sehari-hari aja terkadang kurang. Belum lagi biaya kuliah, obat ibuk" aku Nia apa adanya, tanpa ada yang dilebihkan atau pun dikurang-kurangi. Karena memang sebegitu lah penghasilan dari berjualan kerupuk udang. Tau kalau kejadiannya bakalan seperti ini, Lebih baik Nia jualan di lampu merah, biar untung sedikit nggak masalah dari pada menanggung sial seperti sekarang ini.

"Saya ada penawaran, itupun kalau kamu mau" mulai wajah Bara menyeringai licik.

"Penawaran? maksudnya?" Mendengar kata penawaran membuat tubuh Nia maju menyender hingga ke sisi meja Bara, wajahnya mengkerut menyimpan tanya. Nia semakin tak paham, lelaki di depannya sedikit aneh. Tatapannya juga terlihat mengerikan, membuat bulu kuduk Nia bergidik ngeri.

"Kamu bisa melunasi hutangmu dengan cara bekerja dengan saya"

"Bekerja dengan bapak?" Nia terkekeh lucu, kembali duduk tegak, sedang Bara dibuat bingung dengan kelakuan Nia. "Mana ada kantor mau mempekerjakan wanita cacat, bapak ini ada-ada saja. Lagian saya juga belum lulus kuliah pak, baru semester lima"

Kali ini giliran Bara yang tertawa mengejek, "Siapa bilang kamu akan bekerja di sini, saya akan mempekerjakan kamu sebagai pembantu di apartemen"

"Pem-pembantu?" tanya Nia tergagap.

"Ia pembantu, atau kalau kamu merasa mampu melunasi hutang-hutangmu sendiri, nggak masalah, hanya saya nggak mau dicicil!" Bara bertumpang kaki, sambil menyenderkan ke pala di kursi kebesarannya. Tatapannya masih tertuju ke Nia.

"Kan barusan saya bilang pak, saya nggak mampu, lagian hape itu rusak bukan sepenuhnya kesalahan saya, tapi kak...., eh maksud saya pak Dirga juga salah"

"Untuk urusan itu saya nggak mau tau. Sekarang saya yang ganti hape itu, dan kamu jadi pembantu di apartemen saya. Kalau nggak...., berarti saya akan melaporkan kasus ini ke kantor polisi" nada ancaman mulai Bara mainkan.

Mendengar kantor polisi membuat nyali Nia seketi menciut takut. "Ja-jngan pak!, saya mohon...!" Nia mengatupkan tangan di dada. Jelas terlihat oleh Bara bagaimana kecacatan tangan Nia. Sebenarnya ada rasa tidak tega, tapi akal bulusnya membuat ia menutup mata.

"Bagus....., itu artinya kamu setuju bekerja dengan saya?"

Nia mengangguk lemah, tatapannya kembali menunduk, pasrah.

"Tapi bagaimana sama ibuk juga kuliah saya?"

"Bisa di atur, yang jelas kamu harus ada di apartemen sebelum saya berangkat kerja. Dan pulang di saat kerjaan kamu sudah beres" Bara menangkap masih ada kegelisahan di wajah Nia. "Kamu tenang aja, saya tetap akan memberikan kamu gaji setiap bulannya"

.

"Serius pak?" tanya Nia berbinar.

"Nggak, becanda!" Bara berpura-pura ketus.

"Ih....si bapak, jangan suka marah-marah lah, wajahnya jadi jelek begitu" Nia tersenyum tulus, sedikit mencairkan suasana yang sempat sedikit tegang. Karena pada dasarnya Sania anak yang ramah juga suka bercanda.

Deg....

Senyum itu sempat membius Bara. Terlihat manis, polos dan natural apa adanya, tidak dibuat-buat seperti wanita penggoda yang mendekati Bara selama ini. Termasuk si Geby yang selalu sok kecantikan.

"Bapak kenapa ngeliat saya kayak gitu?" heran ngeliat tangan saya?" atau ada yang salah dengan wajah saya"

Bara gelagapan, tertangkap basah sempat mengagumi Nia si wajah cabi. "Eh...enggak...., tulis nomor hape sekaligus alamat rumahmu! siapa tau kamu ada niat membohongi saya. KTP kamu juga sini!" Bara menyodorkan tangan.

"Lho kenapa harus KTP, saya nggak niat lari kok pak" protes Nia.

Hanya buat nyamain sama yang kamu tulis disitu" tunjuk Bara dengan bibirnya ke arah kertas yang sedang dicoret Nia.

Dengan malas Nia meraih dompet lusuh yang ada di salah satu kacek gamisnya. "Ni samain...! Biar bapak puas!" Nia meletak sedikit kasar KTP beserta kertas yang sudah tertuliskan alamat lengkapnya.

Bara meraih KTP juga selembar kertas yang berisikan tulisan Nia. Beberapa saat mengamati, membaca satu persatu. Dimulai dari nama. "Oh...jadi namanya Sania, ternyata umurnya baru dua puluh. Gadis yang imut, pasti masih segel" Bara bergumam dalam hati. Ada seringai licik yang tersembunyi.

"Ok..., semua sama" Bara berpura-pura biasa, sambil menyodorkan kembali KTP kehadapan Nia. "Mulai besok kamu boleh datang bekerja! Untuk alamat dan tugas kamu, nanti saya wa kan.

Disaat bersamaan pintu ruangan Bara diketuk, setelah disuruh masuk ternyata Dirga pelakunya.

Melihat wajah orang yang barusan datang seketika kembali membuat wajah Nia pucat, takut. Ia menggenggam kuat hape ditangan.

"Ngapain si cacat masih di sini?" Sinis. Sekali bersuara langsung sinis, itulah Dirga kalau berhadapan dengan Sania.

Bara mengedikkan bahu, seolah berkata dia tidak tahu menahu. Sania dibuat bingung dengan situasi yang ada, bukannya tadi Bara lah yang mengajak ia masuk keruangan itu. Tapi sekarang yang terlihat dia cuek-cuek saja.

"Ohhh..... I know......, pasti kamu juga pengen ngerayu Bara kan? Dasar wanita ******, kemaren papa yang kau rayu, sekarang bos besar ini. Cih.....dasar murahan" Dirga memindai Nia, ia menemukan benda keramat yang membuat ia kembali keruangan Bara. Dengan kasar ia meraih hape yang ada di tangan Nia.

"Hati-hati dengan perempuan ini! entar lo ketularan sialnya!" ketus Dirga, tatapannya tajam pada Nia yang tertunduk takut.

Bara hanya tersenyum melihat perlakuan Dirga pada Nia. Entah apa yang ada di kepalanya. Sedang Dirga setelah mengatakan itu kembali pergi.

"Kamu boleh pergi!" nada pengusiran Bara berikan, tanpa melihat lawan bicara. Bara terlihat mulai membuka berkas yang ada di atas meja.

Nia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, langsung bangkit dan keluar dari ruangan Bara.

Bara menggulir pandangan ke arah pintu yang tertutup, ada senyum penuh arti dibibirnya.

Bersambung.....

Terpopuler

Comments

Mom La - La

Mom La - La

duh.. jgn sampai diapain2 sma bara.

2023-04-10

1

aprian adibrangga

aprian adibrangga

datang lagi manusia sialan

2023-04-03

0

aprian adibrangga

aprian adibrangga

see etuju karena terpaksa

2023-04-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!