Setangkai Bunga Suci

"Tadi itu apa-apaan? Kenapa dia begitu?" Tanya Chahna yang berjalan ke arah Bima. "Apa mungkin...itu isyarat kah?" Batinnya sambil memikirkan Yasa yang menggigit bunga itu sebagai pertanda bahwa ia akan dibuat menderita selama masa kepemimpinannya, gadis itu duduk di samping Bima masih fokus dengan pikirannya.

Pemuda itu memperhatikan tatapan mata Chahna yang tampak kosong dan terus melihat ke atas, tangan pemuda itu sesekali di ayunkan di depan wajah Chahna.

"Neng? Neng Chahna..." Panggilnya berbisik.

"Hm?" Gadis itu tertegun lalu menoleh ke arah Bima yang memandangi nya dengan keheranan. "Ada apa, kang?" Tanyanya sambil memperbaiki letak gelang di tangannya.

Bima menggeleng kemudian melihat ke arah Yasa yang sesekali melirik Chahna dan dirinya dengan tatapan yang tajam dan dingin. "Kenapa Yang Mulia menatapku begitu?" Tanyanya dalam hati, ia memalingkan wajahnya ke samping berusaha lepas dari pandangan Yasa.

...****************...

Setelah hal terakhir dalam upacara selesai dilaksanakan. Yaitu pemakaian Sacra Infula yang berarti ikat kepala suci, konon katanya ikat kepala itu merupakan ikat kepala yang dibawa oleh parameswari pertama dari kayangan. Pemasangan Sacra Infula yang beriringan dengan pembacaan sumpah itu akhirnya selesai, Yasa berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju singgasana raja yang terletak di dalam aula.

Begitu pemuda itu duduk diatas singgasana nya seluruh rakyat bersorak kegirangan, Chahna memperhatikan Yasa dari antara kerumunan rakyat itu. "Apa dia tau kalau aku yang di sungai, ya? Jadi takut..." Gumamnya pelan lalu berjalan keluar dari kerumunan itu.

Gadis itu berdiri di pojok aula, ia mendongak ke atas menatap bagian atas aula yang terbuka. "Sulit dipercaya ini hanyalah fiksi," gumamnya yang menatap keindahan langit itu dengan mata yang berbinar. Ia bersandar di pojok ruangan itu sambil memandangi bintang-bintang yang bertaburan di langit malam, gadis itu kemudian memejamkan matanya sejenak berusaha menenangkan diri di tengah hiruk-pikuk keramaian.

Sebuah tongkat kayu galih jati (nama tongkat yang terdapat permata biru di atasnya. Sebuah tongkat khas kerajaan Insantaraina) di letakkan di tangan Yasa, ia bangkit dari singgasananya lalu mengangkat tongkatnya ke atas dan satu tangannya lagi yang di letakkan di dadanya. "Aku Yasa Mahariwijaya bersumpah atas hidupku, bahwa aku akan menjadi raja selanjutnya yang lebih baik dari raja sebelumnya. Aku bersumpah akan membuat negeri ini aman dengan tanganku..." Sumpah di ucapkan olehnya dengan tatapan mata yang penuh api dan tangan yang tetap mengangkat tongkat itu tanpa goyah.

Setelah sumpah diucapkan, Yasa menancapkan tongkat itu di tengah aula yang terdapat tanah berwarna coklat bercahaya biru. Tanah itu terletak di tengah-tengah aula lebih tepatnya di bagian tari di aula, tempat tarian itu merupakan tempat yang katanya adalah pertemuan pertama Parameswari pertama dengan cinta pertamanya.

Yasa berdiri dengan tegap sambil menatap tongkat yang ia tancapkan, Dhika berjalan mendekati Yasa dengan perlahan-lahan. "Yang Mulia Baginda raja, saatnya melakukan tarian pasangan. Saya akan memanggil Yang Mulia put..." Pemuda berambut putih keperakan itu mengangkat tangannya di depan wajah Dhika.

"Tidak, aku akan melakukan tarian itu dengan 'perhiasan ku'," potongnya lalu berjalan menembus kerumunan. Ia berjalan ke arah Chahna yang masih melihat ke langit malam, pemuda itu mencengkeram tangan Chahna dan menarik gadis itu ke tempat tari. "A-ada apa ini?" Tanya Chahna dalam hati yang panik.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!