Upacara penobatan (1)

Seluruh orang berjalan melewati gerbang kerajaan sebelum upacara penobatan dimulai, mereka berjalan dengan mengenakan busana yang indah dan selendang yang di lingkarkan di pinggang mereka, Chahna juga perhatikan beberapa pemuda yang berjalan dengan pakaian bagus dengan topi kain khas kerajaan Insantaraina.

"Upacara penobatan khas kerajaan Insantaraina!!! Pasti seruuuu...akhirnya aku bisa lihat secara langsung! Tidak sia-sia waktuku ku habiskan untuk novel ini," batinnya yang riang. Ia berdiri sambil memikirkan beberapa hal tentang upacara penobatan yang di karangnya.

Kerajaan Insantaraina adalah kerajaan yang ramah dan akrab dengan rakyatnya, jadi ketika upacara penobatan kehadiran rakyat merupakan hal yang sangat penting di kerajaan ini juga suara rakyat dalam menentukan raja selanjutnya sangat penting. Oleh sebab itu, sang pangeran harus berusaha keras untuk memenangkan hati rakyatnya selama masa percobaan kenaikan takhta.

"Ini seru sih...tapi apa harus aku pakai busana ini?" Tanya Chahna setengah menggerutu saat melihat busana yang ia kenakan. Kain yang dililitkan di tubuhnya dengan selendang berwarna biru yang di letakkan di bahunya, kalung berlambang kerajaan Insantaraina yang di gantung di lehernya, serta gelang dan perhiasan lainnya yang membuatnya sedikit terbebani.

"Ya, ibu. Apa kami harus pakai ini?" Tanya Bima yang turut tersiksa dengan anting dan semacam jepit rambut berlambang kerajaan di rambutnya.

Mbak Sengi mengangguk, ia kemudian melihat kedua anak di belakangnya itu. "Tentu, ini sudah jadi tradisi di kerajaan ini. Ketika hari istimewa, kita harus mengenakan busana khas kerajaan ini," jawab mbak Sengi kemudian memelototi putranya. "Kau harusnya tahu itu, putraku." Ucapnya tajam.

Bima hanya cengengesan dengan tangan yang menggaruk belakang kepalanya. "Eeeemmmm...aku juga harusnya tahu...kan aku yang buat. Dasar Chahna," batin Chahna yang ikut tersindir.

Setibanya di halaman kerajaan, mata mereka di manjakan dengan indahnya taman bunga juga hiasan-hiasan yang di gantungkan di sepanjang jalan. Gadis itu melihat sekeliling dengan cermat dan penuh rasa kagum, pandangannya kemudian berhenti pada sekelompok orang yang tengah menampilkan pertunjukan tari.

Orang-orang dengan bulu bersinar di belakang kepala dan tangan mereka itu menari sembari sesekali memercikkan sihir dari jari-jemari mereka. "Wwwwwwaaaaaahhhhh...tarian apa itu?" Tanya Chahna bergumam.

"Tarian khas kerajaan Insantaraina. Sebuah tarian yang menceritakan tentang kisah berdirinya kerajaan ini," jawab seseorang dengan suara lembut bagai lantunan lagu.

Chahna tersentak dan menoleh kebelakang nya dengan mata yang terbelalak. Ia melihat gadis berambut kuning bergelombang dengan busana indah dan perhiasan yang bersinar, gadis itu tersenyum manis pada Chahna lalu berdiri di sampingnya.

"Anda tahu? Konon katanya hanya beberapa orang saja yang dapat mengerti arti dari tarian itu...tarian yang selalu dilakukan setiap acara penobatan dan ulang tahun kerajaan. Katanya...tarian itu memiliki makna yang dalam," kata gadis bermata hijau itu sambil terus melihat para penari itu.

"Akitha disamping ku?! Gawat! Gimana kalau dia sadar kalau aku yang menolongnya waktu itu?! Bisa-bisa..." Pikiran Chahna terpotong saat ia melihat Akitha yang memperhatikannya dengan seksama. Gadis itu mulai gemetar lalu perlahan ia mengangkat bibirnya untuk bertanya, "a-ada apa, putri?" Tanya Chahna sedikit gugup.

"Matamu...indah sekali," pujinya sambil terus memperhatikan mata biru kristal Chahna. "Aku pernah lihat biru laut, danau, langit, tapi aku belum pernah lihat biru kristal. Sangat indah dan bersinar," kagumnya dengan senyuman lebar di wajahnya.

Chahna tertegun sejenak saat melihat mata Akitha dari dekat, ia menatap mata gadis itu dengan penuh takjub. "Emerald..." Gumamnya tanpa sadar. Akitha memiringkan kepalanya keheranan mendengar perkataan Chahna.

"Ah? Maksudku...matamu seindah batu hijau emerald, padahal saya kira warna mata anda hijau daun," jelas Chahna saat menyadari kebingungan Akitha.

Gadis itu kembali tersenyum lebar, "aaahhhh...kukira kamu bilang Emeralda. Hahahah...iya, mataku kalau dilihat dari kejauhan seperti hijau daun tapi jika di perhatikan dari dekat warnanya seperti baru emerald yang bersinar," ujarnya girang. "Ngomong-ngomong nama mu siapa?" Tanyanya lagi.

"Chahna, Yang Mulia putri," jawab Chahna turut tersenyum. Mereka berdua kembali melihat ke para penari itu. "Emeralda? Itu...sepertinya tidak asing bagiku..." Batin Chahna yang memikirkan nama yang disebutkan oleh Akitha.

Penari-penari itu berputar di dengan tangan yang mengibar-ngibarkan selendang bersinarnya. ketika para penari itu mulai kembali mengeluarkan kilauan-kilauan sihir, Chahna mendadak tersentak saat sebuah penglihatan sekilas muncul di depannya.

Sebuah hamparan taman bunga yang luas dan seseorang yang memiliki mata seperti Akitha yang tengah berputar-putar di tengah taman, tangannya mengendalikan bunga-bunga sehingga berterbangan di sekitarnya.

"Chahna," sebuah suara membuat gadis itu tersentak.

Ia menoleh ke belakangnya menatap Bima yang berdiri dengan gagahnya sembari menatap khawatir gadis itu. "Chahna, ibu mencarimu," ujar Bima kemudian pamit pada Akitha dan membawa gadis itu mengikutinya. "Ternyata kamu sedang bicara dengan putri, ya? Hahahahahaha...kukira kamu hilang," katanya bercanda.

"Tadi itu apa?" Tanya Chahna dalam hati saat memikirkan penglihatan sekilas nya tadi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!