Mimpi dan Masa Lalu

Chahna menundukkan kepalanya mengingat-ingat kehidupan nya di dunia nyata sebelum masuk kedalam novel nya. "Iyaaa, aku tak punya ibu seperti itu," gumamnya.

☁️☁️☁️☁️

"Chahna!!! Chahna!!! Baj*ngan!!! Keluar kau, sial*n!!!" Sebuah suara keras terdengar dari depan pintu kamar Chahna. Suara pintu di gedor-gedor dan barang-barang yang terjatuh dari gantungan di balik pintu itu berbunyi dengan keras dan sangat menakutkan bagi Chahna yang masih berusia 12 tahun itu.

"KAU TAK MENDENGARKU?!! KELUAR KAU!!!" Teriak seseorang itu dari balik pintu sambil masih tetap menggedor pintu.

Suara teriakan dan makian kepadanya itu kemudian hilang dan terganti dengan suara jeritan seorang wanita dan suara seorang pria. Chahna mengintip dari balik pintu yang sedikit ia buka. "Br*ng**K kau!!!" 'Plaaakkk!!!' Terlihat seorang wanita yang di tampar oleh seorang pria jangkung tepat setelah ia mencaci pria itu.

"Kau sudah gak waras? Bisakah kau diam?!" Tanya pria itu lalu duduk di sofa dan melonggarkan dasinya.

Chahna kembali menutup pintu kamarnya dan berjalan ke tempat tidur nya. Ia meringkuk, berharap pagi segera tiba dan mimpi buruk ini segera berlalu.

Hari berganti hari, bukannya membaik justru kondisi keluarga nya lebih parah. Ayahnya mabuk setiap hari dan ibu nya terus menerus melampiaskan amarahnya kepada Chahna, sampai suatu hari. Gadis itu terduduk diam di atas ranjang pasien, menatap hampa keluar jendela. Matahari terasa tidak bersinar lagi ke dunia, burung-burung seperti membisu dan tidak mengeluarkan suara lagi, angin seperti membawa sesak padanya.

Gadis itu menatap ibunya yang berbaring di ranjang di sebelah nya, wajah wanita itu pucat, bibirnya kering dan sedikit koyak, sementara nyawanya? Nyawanya sudah lepas dari tubuhnya. Meninggalkan tubuh itu sendiri dengan putrinya.

Gadis itu meneteskan air mata masih menatap keluar jendela seolah mengharapkan sesuatu datang dari jendela kecil itu. Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka, gadis itu menoleh dan melihat ayahnya yang berdiri dengan mata yang berlinang kesedihan.

"Putriku..." Lirihnya saat melihat tubuh Chahna yang di penuhi luka-luka dan perban yang melingkari leher dan kepala gadis itu serta infus yang menusuk tangannya. Pria itu memeluk putrinya dengan penuh kesedihan.

"Maafkan ayah, Chahna...maaf. Maafkan ayah," ucap ayahnya yang tampak penuh penyesalan.

☁️☁️☁️☁️

"Apakah maaf itu...memang harus kuterima?" Gumamnya di dekat sungai. Gadis itu tersentak saat tiba-tiba air terciprat ke wajahnya.

"Neng, jangan melamun dong. Setidaknya bantu akang ambilin golok yang lain," ucap Bima yang sedang mencari ikan di sungai.

Setelah mendapatkan banyak ikan, mereka pun berjalan kembali menuju rumah. Selama perjalanan Chahna terus-menerus berpikir tentang pergi meninggalkan mbak Sengi dan Bima, karena ia takut Yasa akan mencarinya.

"Neng? Ada apa? Apa yang sedang neng Chahna pikirkan?" Tanya Bima membuyarkan lamunan gadis itu, Chahna menggeleng dan mengangkat keranjang bambunya lebih tinggi. "Neng, jangan bohong. Saya tahu neng sedang memikirkan sesuatu. Katakan saja siapa tahu saya bisa bantu." Ujar Bima dengan tampang serius.

Gadis itu berhenti dan berpikir sejenak, "kang, sebenarnya saya sudah tak bisa tinggal di rumah kakang lagi," kata Chahna dengan suara pelan. Bima terbelalak dan memelototinya berharap gadis itu memberikan penjelasan kepada nya. "Karena...sepertinya saya sudah bisa pulang ke kampung saya sekarang," ucap Chahna membohongi pemuda itu.

Ia memalingkan wajahnya merasa tidak enak kepada Bima kemudian dengan pelan kembali menatap pemuda itu, betapa terkejutnya dia saat Bima menundukkan kepalanya seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Hhhaaaahhh...saya harus melepaskan mu sekarang. Tapi saya tidak tahu bagaimana dengan ibu ku, dia sudah sangat menyayangi mu," katanya lagi setelah sekian lama diam.

"Tenang, kang. Saya akan bicara dengan mbak Sengi," balas Chahna dengan nada santai lalu kembali berjalan disertai dengan Bima yang menyeimbangkan langkahnya dengan langkah Chahna.

"Bawalah busana ini, nak. Anggap saja oleh-oleh dari kami," kata wanita tua bersanggul itu dengan nada yang lembut sambil memberikan tas kain berisi pakaian pada Chahna.

"Terimakasih, mbak. Saya pamit dulu, sampai jumpa lagi, kang Bima dan mbak Sengi!" Pamit gadis itu yang berjalan menjauh dari rumah itu.

Chahna memakai kerudungnya menutupi kepalanya dari rakyat dan para ksatria istana, gadis itu berjalan mengelilingi desa mencoba mencari tempat yang bisa ia gunakan untuk bermalam sampai tiba-tiba seseorang menarik selendangnya hingga membuatnya terkejut.

Ia menoleh dan melihat seorang bocah laki-laki buta yang menggumamkan sesuatu yang aneh.

"Hujan waktu telah membanjiri lintasan dimensi, langit pemisah telah pecah dipecahkan oleh permintaan sang bunga, benih telah datang ke pertumpahan darah, saat nya menghabisi sang iblis, sang benih akan menjadi bunga baru kerajaan dan akan berpasangan dengan sang terpilih," gumam bocah itu, gumaman nya terasa seperti syair di telinga Chahna.

Gadis itu membungkuk dan meraih pundak bocah lelaki itu. "Apa itu, dik?" Tanya nya lembut sambil menatap mata abu-abu bocah itu.

"Kak, cahaya dari tubuhmu begitu terang. Jangan bermain-main, kak. Karena setiap manusia dilahirkan dengan alasan masing-masing," ucap bocah itu.

Chahna memperhatikan pakaian nya yang berwarna putih dengan sorban di kepalanya dan kain putih yang melingkari lehernya, gadis itu mengejar bocah itu yang berjalan menjauh darinya.

"Dik!! Tunggu!!!" Teriak Chahna sambil mengejar bocah itu, ia berjalan mengikutinya.

Bocah lelaki itu berjalan semakin jauh darinya memasuki hutan, lama kelamaan hutan yang dimasuki oleh Chahna semakin jauh dari desa dan semakin gelap.

"Dik!!!" Panggil nya yang mencoba meraih tangan bocah itu, mendadak bocah lelaki itu menghilang dari pandangannya sehingga membuat gadis itu bergidik ketakutan. "Parah...bisa-bisa..." Gumamnya lalu melihat sekeliling nya.

Ia perhatikan sekelilingnya, pohon-pohon yang menjulang tinggi dan suara burung serta hewan-hewan yang terdengar dari dalam hutan. Gadis itu menghela nafas dan menelusuri kembali langkahnya memasuki hutan.

"Apa maksud perkataan bocah itu? Cahaya dari tubuhku?" Tanyanya dalam hati sambil mengingat-ingat perkataan bocah itu. Langkahnya mendadak berhenti dan mengepalkan tangannya, "tapi dia kan buta?!! Gimana bisa lihat?!!" Geram Chahna yang menggertakkan giginya. Perasaannya terasa kesal namun dia teringat akan sesuatu, salah satu tokoh penting dalam novelnya 'Chayu' sebutan untuk pemilik kekuatan peramal dalam bahasa sihir Insantsraina (Diambil dari bahasa sansekerta yang artinya mengagumkan).

"Jika bocah itu seorang Chayu, bukankah seharusnya ia bertemu dengan Yasa dan mengatakan kalau Yasa memiliki cahaya? Tapi kenapa malah kepada ku?" Tanya gadis itu bergumam, pikirannya terasa seperti berputar-putar mengelilingi nya dan rasanya ada sesuatu yang ganjal di hatinya mengenai seluruh kejadian hari ini.

"Apa mungkin alur cerita berubah selama aku masuk kesini? Itu mungkin aja sih di komik, tapi...aku bukan salah satu dari tokoh manapun! Bagaimana mungkin alurnya berubah?" Gadis itu menggosok pelipis matanya dan melirik ke puncak pohon. "Apa ada tujuan keberadaan ku disini?" Tanyanya mulai penasaran.

Ia tersentak saat teringat alur cerita tentang latar belakang Yasa ketika gadis itu hendak mengambil sesuatu dari tas kainnya mendadak setetes demi setetes air hujan turun dan mulai membasahi hutan.

Chahna berlari mencoba mencari tempat berlindung sampai akhirnya ia melihat sebuah gua besar di hadapannya, ia masuki gua itu lalu mengambil selembar kain dari tasnya dan mengikat kain itu di kepalanya.

🌷🌷🌹🌷🌷

Yasa Mahariwijaya seorang laki-laki yang terlahir dari rahim rakyat jelata yang diangkat sebagai selir kerajaan, anak yang seharusnya tidak dapat menginjakkan kakinya di singgasana dan ruang Baginda itu sekarang telah diangkat menjadi raja kerajaan terbesar di dalam novel ini.

Di dalam cerita masa kecil Yasa sangatlah berat, ia dianggap menjadi anak pengganti dari anak kandung Baginda raja yang harus diusir karena terkena kutukan di tubuhnya. Aku tak pernah menggambarkan anak itu tapi yang jelas dia adalah darah daging sah yang memiliki darah keturunan sang raja pertama.

Namun dikarenakan kutukan yang di berikan oleh Parameswari, maka ibu dan anak itu diasingkan di hutan. Dan Yasa diangkat menjadi pengganti anak itu, ia dididik dengan keras agar orang-orang tidak meremehkan nya tapi didikan dari ayahnya itu justru membuat Yasa membencinya.

Tidak ada yang tahu penyebab kematian sebenarnya dari Yang Mulia Baginda raja terdahulu, karena aku (Chahna) tidak pernah menuliskan penyebab kematiannya.

🌷🌷🌹🌷🌷

"Bisa jadi Yasa membunuh ayahnya untuk mendapatkan posisi itu, tapi...apa mungkin dia melakukan itu? Seburuk apapun sifat Yasa, aku ragu dia akan melakukan itu," gumam Chahna sambil memperhatikan rintikan air hujan yang terus jatuh membasahi tanah. "Dan...anak kutukan Yang Mulia Parameswari, siapa namanya ya?" Tanya Chahna kemudian menutup matanya sambil menunggu hujan berhenti.

☄️🕳️☄️🕳️☄️

"Paramata!!!" Teriak sebuah suara seorang wanita yang sangat lembut dan merdu. Ia berbalik dan memperhatikan seorang wanita dengan mata berwarna emerald dan rambut panjang bergelombang yang sangat indah. "Paramata, maksudku...guru. Saya mohon ajarkan kepada saya," ucapnya memohon sambil memegang tangan wanita di depannya.

"Emeralda, tidak bisa. Anda tidak bisa mempelajari ini," balasnya kepada wanita yang bernama Emeralda itu.

Tiba-tiba saja, semua di sekitarnya memudar dan Chahna tersentak di dalam mimpi itu saat ia mendapatkan kembali kuasa atas dirinya. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, memperhatikan sekelilingnya yang mulai menghilang dan menjadi gelap.

"Apa-apaan ini?" Tanya Chahna yang kebingungan.

"Emeralda dan Paramata..." Sebuah suara berat menggema di ruangan hampa itu. Chahna mencoba mencari asal suara itu sampai tiba-tiba sesosok wanita muncul di hadapannya, ia perhatikan wanita itu yang memakai busana Parameswari kerajaan Insantaraina, matanya yang mirip dengan mata Chahna, rambut keemasannya yang panjang dan berterbangan ke mana-mana sehingga membuat wanita itu tampak sangat cantik.

"Emeralda dan Paramata, Akitha dan Chahna," ucapnya, Chahna tertegun dan melangkah mundur, terkejut bahwa wanita itu mengetahui namanya. "Sang benih telah datang ke pertumpahan darah," katanya lalu mendorong Chahna ke sebuah tempat yang gelap.

☄️🕳️☄️🕳️☄️

Gadis itu tersentak kaget dan terbangun dari tidurnya dengan seluruh tubuh yang berkeringat dan nafas yang tersengal-sengal. "Apa itu? Apa?" Tanyanya pada diri nya sendiri. Gadis itu menatap hampa tangannya kemudian memikirkan mimpi tadi selama beberapa saat.

"Sang benih?" Tanyanya bingung. Ia berdiri dari tempatnya kemudian berjalan sambil menoleh melihat ke kanan ke kiri sebelum akhirnya ia melihat sesosok makhluk menyeramkan yang paling tidak di inginkan nya untuk di temui Muncul dari semak-semak. "Omaga...i in problem," gumamnya ngasal dengan seluruh bagian tubuh yang gemetaran.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!