Lelaki itu?!

"Baru bangun loh...kok udah jumpa harimau aja?" Keluhnya dalam hati sambil perlahan-lahan bangkit dan mengendap-endap menuju tempat persembunyian. Harimau itu berjalan masuk ke semak-semak dan tidak kelihatan lagi.

Ketika Chahna menghela nafas lega dan berjalan keluar dari gua, mendadak seekor kelinci berlari melintas di depannya dan masuk ke gua sementara harimau yang tiba-tiba muncul mengejar kelinci itu menoleh dan menatapnya untuk beberapa saat.

"Hahaha...dasar," gumamnya yang berlari keluar gua karena terkejut dengan harimau yang muncul itu. "Seharusnya jangan lari!!!" Pekiknya dalam hati sambil menggertakkan giginya saat menyadari kalau harimau itu berlari mengejarnya.

Ia berlari sekuat tenaga memasuki semak-semak berusaha mengecoh sang harimau dan terus berlari memasuki hutan. "Ggggrrrrrrrr!!! Rrrraaaaawwwwwwrrrrrr!!!" Binatang buat itu mengerang dan melompat ke arah Chahna, gadis itu dengan cepat berlindung di balik pohon menghindari cakaran harimau itu.

"Dasar!!! Binatang nakal!!!" Gerutunya yang kembali berlari dengan kaki yang gemetaran. Ia terus berlari sekuat tenaga sampai akhirnya langkahnya berhenti di danau, tempat pertama kali ia datang ke dunia ini.

Chahna melirik danau itu, pemikiran tentang melompat ke danau muncul di benaknya "apa lompat saja, ya? Tapi aku tak bisa berenang," gumamnya yang berlari di pinggiran danau itu.

Saat hendak melangkahkan kakinya lebih jauh lagi dari harimau itu mendadak kakinya melemah sehingga ia terjatuh di tempat dan seluruh tubuhnya terasa sakit seperti kesemutan. "Ada apa ini?" Tanyanya dalam hati sambil terus berusaha menggerakkan tubuhnya.

Ia menoleh ke belakang dan melihat harimau itu yang mengendap-endap berjalan ke arahnya, "ayolah Chahna. Kumohon, bergeraklah!!!" Teriaknya pelan dengan mata yang berkaca-kaca saking ketakutannya. Harimau itu melompat kearahnya dan gadis itu menutup matanya ketakutan.

Kemudian dari semak-semak sesosok berjubah hitam muncul dan menjauhkan harimau itu dari dirinya, ia mengintip dari sela jemarinya. Sosok itu berusaha sekuat tenaga menjinakkan harimau itu sampai akhirnya binatang itu berjalan kembali ke hutan meninggalkan nya.

Ia menoleh dan melihat sosok itu, penutup kepalanya turun sehingga memperlihatkan rambutnya yang berwarna hitam.

"Lelaki asing?" Gumamnya dan berusaha berdiri. Ketika pria itu hendak berjalan pergi, gadis itu berteriak menghentikannya, lelaki itu berhenti. "Terima kas...'uhuk!' Hah?" Chahna terbelalak saat melihat darah yang mengalir dan terciprat dari mulutnya, dadanya terasa sangat nyeri serta tubuhnya yang hilang keseimbangan.

Ia terjatuh kedalam danau, pandangannya mulai kabur dan nafasnya tersumbat oleh air yang terus menerus masuk ke mulutnya. Sebelum kehilangan kesadaran, Chahna melihat seorang lelaki turut masuk kedalam danau berenang mendekatinya.

Gadis itu perlahan membuka matanya saat merasakan sesuatu yang dingin mendarat di kepalanya, ia merasakan nyeri di dadanya dan seluruh tubuhnya tak dapat di gerakkan serta pandangan nya yang masih buram. Ketika penglihatannya mulai membaik, ia melihat sesosok orang berjubah hitam dengan topeng putih di wajahnya.

"Aaaaaakkkkhhhh!!! Uhuk!!! Oghok!!! Aaakkkhhh!!!" Tiba-tiba saja nyeri di dadanya membuat Chahna merasa sesak dan kesakitan, cairan berwarna merah kembali keluar dari mulutnya dan tangannya yang memukul-mukul dadanya berharap rasa sakit itu hilang.

"Minumlah," perintah sosok yang sepertinya seorang lelaki itu pada Chahna. Ia sodorkan wadah berisi air kepadanya, Chahna melihat wadah itu dan segera meminum airnya.

Ia merasa lega dan nyeri di dadanya juga seketika menghilang, gadis itu kemudian tersentak saat melihat noda merah yang terciprat di bajunya.

Lelaki berjubah itu berdiri kemudian berjalan menuju pintu rumahnya, "kamar mandi ada di belakang. Bersihkan dirimu selagi saya berburu, pakaian ganti ada di atas meja rotan itu," jelasnya kemudian berjalan keluar rumah.

Chahna mengedipkan matanya tak percaya, ia bahkan tak mengenal lelaki itu tapi kenapa lelaki itu merawatnya. Gadis itu kemudian segera berjalan ke kamar mandi dengan ragu lalu segera membersihkan diri sebelum lelaki itu kembali.

Setelah selesai, ia menatap pakaian yang kebesaran padanya itu. Dia tak bisa memakai busana yang diberikan oleh mbak Sengi karena telah basah oleh air juga ia tak bisa berharap pakaian nya itu cepat kering karena rumah ini ternyata terletak di tengah-tengah hutan. Sebuah gubuk kayu kecil yang nyaman ditinggali namun dikelilingi oleh marabahaya seperti binatang buas. Chahna m keluar dari gubuk itu dan melihat hutan yang mengelilinginya, "bagaimana bisa dia tinggal disini?" Tanya Chahna dalam hati.

"Kenapa anda di luar?" Sebuah suara berat dan sedikit serak menyentaknya. Ia menoleh ke belakang dan melihat lelaki berjubah itu telah kembali dengan rusa hutan di tangannya. "Masuklah, saya akan buatkan makan malam." Serunya yang masuk ke dalam rumah.

Chahna perhatikan lelaki itu yang sedang menyembelih rusa itu dan memasaknya menggunakan peralatan yang dibuatnya sendiri, setelah di perhatikan dengan cermat seluruh barang yang ada di rumah itu tampak seperti buatan tangan darinya sendiri.

"Oh! Saya lupa, saya ingin bertanya. Kenapa saya bisa ada disini?" Tanya Chahna tiba-tiba begitu ia ingat kejadian sebelum ia menemukan dirinya sadar di rumah ini.

Lelaki itu menoleh sesaat kemudian kembali menatap tumpukan kayu bakar dengan daging rusa di atasnya yang tengah ia bakar, "saya hanya lewat dan menemukan anda tidak sadarkan diri di tepi danau," jawabnya singkat.

Perasaan curiga kalau lelaki itu berbohong muncul di benak Chahna, ia memperhatikan lelaki itu lagi dengan seksama kemudian mengikuti arus kebohongannya saja. "Eemm...menurut anda kenapa saya bisa ada di tepi danau? Seingat saya, saya tenggelam ke dalam danau," tanya Chahna pada lelaki itu. "Dan kenapa...kenapa saat saya bangun keluar darah dari mulut saya?!! Waktu sebelum pingsan juga begitu. Apa saya terkena penyakit?!!" Tanyanya panik dengan mata membelalak dan telapak tangan yang memegang pipinya dengan panik.

Lelaki itu kemudian membalikkan tubuhnya menghadap gadis itu, ia lalu menggeleng pelan sebelum berjalan ke kursi rotan di dekatnya. "Entahlah...mungkin...ada yang menyelamatkan anda?" Jawabnya, terdengar jelas dari nadanya kalau ia berbohong mau bagaimanapun Chahna merasa kalau lelaki inilah yang menyelamatkannya. "Setelah saya memeriksa anda selama pingsan disini. Anda mengalami pengadaptasian sihir," jawabnya dengan nada yang datar. Gadis itu memiringkan kepalanya kebingungan dengan 'pengadaptasian sihir yang dibicarakan oleh lelaki itu. "Pengadaptasian sihir adalah peristiwa yang terjadi dimana tubuh beserta sel-sel pembuluh darah beradaptasi dengan sel sihir yang masuk ke tubuh. Biasanya ini terjadi saat seseorang masih bayi tapi...entah mengapa anda justru mengalaminya sekarang. Mungkin itu sebabnya terasa sangat sakit dan mengeluarkan darah," jelasnya lagi sambil terus menatap daging rusa yang ia bakar.

"Oohhh...hm! Selama?! Apa maksudmu dengan selama pingsan?!" Tanya gadis itu dengan kebingungan, "berapa lama saya pingsan?" Tanyanya lagi. Ia tatap lelaki bertopeng putih itu dengan tatapan penasaran, ia kemudian menyadari satu hal di balik jubah nya yang menutupi tubuhnya terlihat tangannya yang berwarna hitam. Hal itu membuat Chahna sedikit kaget.

"5 hari," jawabnya. Chahna membelalak mendengar jawaban lelaki itu, telah 5 hari ia merepotkan lelaki itu di rumahnya.

"Maafkan saya," ucapnya dengan nada penuh rasa bersalah. Lelaki itu menggeleng dan mengambil tusukan daging rusa itu dan meletakkannya diatas daun pisang yang telah ia siapkan sebagai piring di atas meja rotan. "Apa anda seorang tabib?" Tanya Chahna penasaran.

"Tidak, saya bukan tabib," lelaki itu kemudian memberikan sebungkus daun pisang berisi daging rusa kepada gadis itu lalu memakan daging miliknya.

"Anda tidak sesak memakai topeng itu? Jubah itu juga, anda tidak sesak?" Tanyanya pada lelaki itu yang hanya diam saja tidak menanggapi pertanyaan Chahna. "Ah...maaf," ucapnya lalu memakan makanan yang diberikan nya.

Telah berhari-hari Chahna tinggal di rumah pemuda itu sembari menunggu pakaian nya kering. "Minumlah ini. Ini herbal yang dapat meredakan sakit dari tumbuhnya sihir," kata lelaki itu sambil menyodorkan wadah kecil berisi air hangat kepadanya.

Ketika Chahna hendak meraih wadah itu tiba-tiba saja pemuda itu menjatuhkan wadahnya sehingga air di dalamnya tumpah, Chahna terkejut dan mendongak menatap lelaki itu yang memegangi topengnya. "Aaaaaarrrrgggghhh!!!" Teriaknya dari balik topeng itu, ia kemudian terjatuh ke lantai.

"Tuan? Tuan?!" Panik gadis itu yang kemudian jongkok di sebelah lelaki itu sambil kebingungan. Ia melepaskan jubah hitam darinya dan menopang tubuhnya menuju tempat tidur rotan. "Uugghhh!!! Berat!" Keluhnya yang berusaha sekuat tenaga membawanya ke tempat tidur.

Setelah pemuda itu berbaring di sana, Chahna memperhatikan tangan kiri pemuda itu yang berwarna hitam. Dengan penuh kebingungan ia menyentuh tangan itu yang terasa amat sangat panas seolah-olah lelaki itu sedang terkena demam tinggi. "Apa dia demam? Dia tidak sesak napaskah memakai topeng itu?" Tanyanya dalam hati sambil menatap topeng putih di wajah lelaki itu.

"Maafkan saya, tuan. Tapi saya juga penasaran," ucap Chahna pelan lalu memegang topengnya. Ia tarik topeng itu perlahan-lahan, sedikit demi sedikit wajah lelaki itu mulai terlihat. Chahna terpukau saat melihat wajah yang ada dibalik topeng itu.

Sepasang bulu mata lentik di kedua matanya namun juga menggambarkan sepasang mata tegas, hidung yang tidak terlalu mancung namun indah, dagu yang datar dan memiliki garis tegas sehingga membuat wajah itu seperti mahakarya terindah yang pernah di lihat oleh gadis itu. Wajah yang bahkan dapat di katakan sangat tampan melebihi ketampanan sang protagonis.

Chahna menutup mulutnya yang ternganga dengan tangannya, "oh ya ampun. Figuran mana yang mempunyai wajah seindah ini? Dasar Chahna," batinnya yang bergetar meringis hebat melihat wajah itu.

"Eerghh.." erangan kecil keluar dari mulut lelaki itu. Ia berguling ke kanan dan ke kiri sambil menyentuh lehernya, satu hal yang belum di sadari gadis itu. Terdapat sesuatu berwarna hitam yang menutupi sebagian tubuh itu, sesuatu itu terasa sangat panas meski tidak menyentuhnya.

"T-tuan? Ada apa?" Tanya Chahna yang kembali panik saat sesuatu yang hitam itu mulai menutupi seluruh tubuhnya. "Tuan!!" Ia berteriak mencoba menyadarkan lelaki itu, ia pegang kedua lengannya dan menggoyangkan nya berharap lelaki itu terbangun.

"AAAAARRRRRGGGGGHHHH!!!" Erangnya kesakitan. Hawa dari tubuhnya semakin memanas dan Chahna semakin panik ketika melihat keringat bercucuran dari dahi pemuda itu, ia dapat merasakan betapa tersiksanya lelaki itu dalam kondisinya.

Kedua telapak tangan Chahna mendarat di pipi lelaki itu sehingga membuatnya tersentak dan terbangun, seluruh sesuatu berwarna hitam itu pun kembali seperti semula hanya menutupi setengah tubuhnya. Akan tetapi darah menetes dari matanya yang berwarna merah keemasan.

Chahna memperhatikan mata lelaki itu yang berwarna belang, mata kanannya yang berwarna merah keemasan sementara mata kirinya yang berwarna merah cerah bagai api yang membara.

"K-kau menyentuhku?" Tanya lelaki itu bingung.

"Ah! Tidak boleh ya? M-maaf, aku panik jadi aku kira..."

"Tanganmu gak melepuh atau terbakar?" Tanya lelaki itu yang memasang ekspresi panik. "Ah? Topengku?" Ia mengusap wajahnya dengan kebingungan saat menyadari jika topengnya menghilang.

"Aku melepaskannya, dan...tanganku baik-baik saja," jawab Chahna. Lelaki itu terbelalak kemudian menutup wajahnya dan membelakangi gadis itu, tingkahnya yang seperti itu hampir membuat Chahna ingin berteriak dan mencubit pipi lelaki itu yang bertingkah sangat imut.

"B-bisakah anda pergi sebentar?" Tanyanya dengan suara yang sedikit malu.

Chahna mengangguk dan melangkah keluar dari gubuk untuk sebentar. "Apa itu di tubuhnya?" Tanya Chahna dalam hati sambil berdiri di depan gubuk dengan pandangan ke atas, ia menatap puncak pohon-pohon yang menjulang tinggi menutupi langit.

Beberapa saat kemudian, lelaki itu keluar dari gubuknya dengan jubah dan topeng yang kembali menutupi tubuhnya. "Anda bisa pergi jika anda mau," katanya mendadak. Ia memalingkan wajahnya ke kanan dengan sedikit gerakan kikuk karena canggung dengan Chahna, "saya memang monster, anda tidak perlu merasa bersalah jika pergi," gumamnya.

Chahna memiringkan kepalanya, "hah? Kenapa?" Tanya gadis itu yang mencondongkan sedikit tubuhnya ke depan lelaki itu.

"K-karena saya...saya..."

"Yang Mulia putra mahkota, kan?" Sergah Chahna memotong perkataan gugupnya. Gadis itu membungkuk sedikit sehingga membuat lelaki itu kaget, "maafkan saya, Yang Mulia. Karena baru sadar bahwa anda adalah Yang Mulia putra mahkota," ucapnya dengan pandangan yang dibungkukkan.

Lelaki itu mundur beberapa langkah kaget dengan perilaku gadis itu, ia menggerak-gerakkan tangannya mencoba membohongi Chahna bahwa ia bukan Yang Mulia putra mahkota. "Saya...saya...b-bagaimana anda tahu?" Tanyanya yang kembali berdiri tegak.

Chahna tersenyum dengan jari telunjuk yang menekan pipinya, "rahasia!" Serunya. "Jadi, anda beneran Yang Mulia putra mahkota? Bagaimana bisa Yang Mulia tinggal disini?" Tanya Chahna padanya dengan nada yang penasaran. Lelaki itu membalikkan badannya kemudian duduk di batang pohon yang tergeletak di depan gubuk diikuti dengan Chahna yang duduk di sampingnya.

"Anda pasti tahu tentang cerita bahwa Yang Mulia putra mahkota terdahulu terkena kutukan yang diberikan oleh Yang Mulia Parameswari terdahulu," katanya memulai cerita. Ia menunjukkan tangan kirinya yang berada di balik jubah panjangnya, "kutukan hitam yang membungkus setengah dari tubuh manusia dan memiliki hawa panas sehingga siapapun yang menyentuh nya akan merasa terbakar, tapi entah kenapa anda tidak," gumamnya, Chahna sesekali mendekatkan kepalanya ke dekat pemuda itu karena suaranya yang semakin lama ia kecilin.

"Yang Mulia Baginda raja mengasingkan ku dan Yang Mulia Parameswari disini. Jika anda bertanya dimana Yang Mulia sekarang, ia telah tiada. Dihabisi oleh Yang Mulia Baginda raja," sambungnya dengan suara yang lirih. Chahna mengangguk kemudian menundukkan kepalanya, ia sama sekali tidak tahu soal ini karena ia tidak pernah memikirkan kisah sang putra kutukan bahkan diakhir cerita lelaki ini tidak pernah di sebutkan lagi.

"Maafkan saya, Yang Mulia," ucap Chahna dengan sedikit pelan. "Ngomong-ngomong, nama saya Chahna Dhipa. Anda bisa memanggil saya Chahna," katanya memperkenalkan diri.

Lelaki itu memalingkan wajahnya dan berdiri, "anda bisa pergi sekarang," katanya. "Anda pasti berpikir saya monster dan ingin segera meninggalkan saya. Anda bisa pergi lagipula pengadaptasian sihirmu sudah tidak terlalu parah," katanya lagi dengan nada yang datar. Chahna mendongak kemudian menundukkan kepalanya.

"Tidak. Saya tidak punya tempat tinggal. Izinkan saya merepotkan anda, Yang Mulia," Chahna menatap topeng lelaki itu dengan mata yang berbinar-binar.

"Hei!! Anda sudah gila?!! Mana ada manusia yang ingin tinggal bersama monster!!!" Teriak lelaki itu dengan suara keras kebingungan dengan Chahna yang menolak meninggalkan nya dengan alasan tidak punya rumah.

"Monster apanya?!! Manusia cuma kena kutukan bukan monster!!!" Balas gadis itu membuat lelaki itu terdiam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!