Pertemuan (3)

"Ugh!!! Kenapa bisa ketemu dengannya sih?!!!" Gerutu Chahna sambil mengacak-acak rambutnya. "Itu kan kalung favoritku..." Gumamnya lagi dengan pandangan yang tertuju pada bakul berisi cucian. Ia mengambil kain dari bakul itu dan menjemurnya di tali jemuran, satu persatu kain itu di jemur setiap kali ia menggerutu kesal.

"Bagaimana caranya aku bisa mendapatkan kembali kalungku? Kalau gak salah..." Tangannya berhenti dan matanya terbelalak saat mengingat kalau Yasa mengenakan kalungnya, gadis itu mengatupkan bibirnya menahan diri untuk tidak berteriak.

Untuk beberapa saat ia mematung di sana sambil memikirkan hal itu. Bima yang melihat tingkah Chahna dari kejauhan sedikit heran, ia berjalan mendekat lalu meletakkan tangannya di atas salah satu pundak gadis itu.

"Neng. Eneng baik-baik saja?" Tanya Bima pada Chahna.

Gadis itu tersentak mendengar suara Bima, ia menoleh menatap mata pemuda itu. "Ah...iya, kang. Saya baik," ucap Chahna.

Bima memperhatikan raut wajah gadis itu yang tampak kebingungan. "Apa terjadi sesuatu di sungai neng?" Tanyanya sedikit cemas. Chahna menggeleng kemudian lanjut menjemur kain-kain itu sambil berusaha menghindari Bima.

Besoknya~~~

Chahna dan mbak Sengi pergi ke pasar untuk membeli beberapa bahan masakan untuk keperluan di warung. Gadis itu melihat ke sekelilingnya, pasar itu berada di dekat dermaga sehingga mereka bisa membeli ikan-ikan segar langsung dari nelayannya. Chahna menatap perahu-perahu dan kapal yang sangat indah, kapal dan perahu yang terbuat dari kayu serta layar kapal yang jarang bisa ia lihat di zamannya.

Mbak Sengi melihat ke arah sebuah perahu yang baru saja menepi di dermaga. "Nak, ayo kesana." Ajaknya sambil menarik gadis itu. Mereka berjalan menuju perahu itu, seorang nelayan turun dari perahu sambil mengangkat seember besar di tangannya.

"Permisi, mas. Ikan apa saja yang ada?" Tanya mbak Sengi pada pria itu, lelaki itu meletakkan ember itu lalu mengambil beberapa ember lainnya. Mereka berbicara panjang lebar sedangkan Chahna hanya menatap ikan-ikan segar yang masih hidup di ember itu.

Ketika Chahna sedang memperhatikan ikan itu mendadak kakinya melemah sehingga membuatnya terjatuh. "Chahna!" Wanita paruh baya itu mendekat ke arah Chahna. "Nak, anda baik-baik saja?" Tanya wanita itu sambil membantu gadis itu duduk.

Chahna mengangguk pelan kemudian melihat kakinya yang tidak bisa bergerak, "ada apa ini? Kenapa kakiku..." Pikirnya keheranan.

"Anda bisa berdiri?" Tanya pria penjual ikan pada Chahna. Gadis itu mengangguk kemudian berusaha berdiri secara perlahan-lahan, ia perhatikan kakinya yang gemetar tak karuan.

Tangannya meraih tiang di sampingnya dan bersandar padanya. "Anda baik-baik saja, nak?" Tanya mbak Sengi pada Chahna.

"Saya baik, mbak. Hanya...tersandung saja," jawabnya tersenyum kecil pada wanita itu.

Wanita itu menghela nafas lega kemudian tersenyum kepada Chahna dan menuntunnya menuju bangku kayu terdekat. "Baiklah, duduklah disini selagi saya membeli ikan-ikan itu." Pintanya lalu pergi setelah gadis itu mengangguk.

Chahna memperhatikan kakinya dengan tatapan kebingungan. "Ada apa denganmu, kaki? Itu tadi memalukan..." Bisiknya pelan. Ia menunduk menutup wajahnya sambil membayangkan betapa banyaknya orang yang melihatnya tadi.

"Apa anda tuli?!" Bentak seseorang. Chahna tersentak mendengar suara keras itu, ia menoleh kebelakang dan melihat seorang gadis berbusana indah dengan kalung emas dihiasi permata yang melingkari lehernya serta gelang yang mengikat tangannya.

Gadis itu sangat cantik, rambut kuning bergelombang yang sangat indah dan mata hijau daunnya yang bersinar. Chahna menatap gadis itu dengan mata berbinar, "wwwaaaahhhh...jadi itu Akitha?" Kagumnya.

"Apa anda tuli?!" Tanya pria itu lagi membentak gadis itu. Chahna melihat pria itu, pria berambut kuning yang sangat mirip dengan Akitha, dia adalah ayah gadis itu. Seorang bangsawan yang paling dihormati di seluruh kerajaan Insantaraina.

Akitha adalah putri pertama dari keluarga itu. Gadis itu adalah pemeran utama wanita didalam novel ini, ia memiliki masa kecil yang kelam. Ibunya tiada dan ayahnya menikah dengan seorang putri kerajaan tetangga, hal itu membuat Akitha kehilangan sosok ayahnya juga.

Sang ibu tiri membencinya dan beberapa kali memfitnah Akitha sehingga dihukum berat dan dimarahi habis-habisan oleh ayahnya.

Chahna menatap gadis itu dari kejauhan, "apa ini kejadian sebelum scene itu?" Tanya Chahna dalam hati. Gadis itu melirik ke sekeliling, tempat dimana ayah dan anak itu sangat sepi juga begitu dekat dengan lautan.

"Kau dengar tidak, anak sial*n?!" Bentak pria itu lagi sambil mencengkram kuat lengan gadis itu.

Chahna terbelalak dan menatap mata gadis itu yang berkaca-kaca. "Sa-sakit...ayah..." Isaknya meneteskan air mata.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!