flashback on
"aww...Ibuuu" Aliza kecil terisak memanggil ibunya, Raina langsung berlari dari dapur Setelah mendengar tangisan putri tercinta.
Raina dapati Aliza kecil yang duduk di depan tv sambil memegangi pipinya.
"ya Allah anak ibu, Kenapa nak" Raina Gendong Aliza yang masih menangis, ia dudukan tubuh kecil yang mulai terasa berat di atas pangkuannya.
"Ibuuu, mewmew jahat, muka Liza di cakar, sakiit" ucap Aliza sedikit kesusahan karena masih terisak.
"ya Allah, sini ibu liat" Raina menyingkirkan tangan mungil yang terus menutupi pipi, ada satu goresan kecil di pipi sang putri
"Hem, nakal kamu ya mewmew, beraninya kamu lukain muka putri ibu yang menggemaskan ini, sini kamu Mew mew, biar ibu centil kakinya" tangisan Aliza terhenti, ia tatap wajah ibunya, Aliza yang duduk seperti anak koala di pangkuan Raina dengan tangan merangkul leher ibunya
"sudah sudah, ibu sudah marahin mewmew, Kita tunggu ayah pulang kerja, habis itu kita berobat ya" Aliza mengangguk.
"beli obat aja Bu, Liza nggak mau di suntik, takut, jarumnya tajam".
"iya-iya, kita beli obat aja, nanti ibu yang obatin" semakin erat pelukan Aliza di leher Rania.
"kesayangan ibu, dunianya ibu, hidupnya ibu, jantung hidupnya ibu, nggak boleh ada siapapun yang nyakitin anak ibu, hanya ibu yang boleh kasih hukuman jika Liza ada salah,yang lain jangan berani-berani "
flashback off.
Raga masih terus memandangi wajah Aliza yang terkapar tidak berdaya di depan nya, Raga pasangkan kembali cincin yang tadi di lepas Aliza ke jari manis wanita itu.
Raga mengusap lembut sisi wajah Aliza yang membiru, sudah tidak ada darah lagi di wajah Aliza, Raga sudah bersihkan dengan tisu, Raga juga sudah mengoleskan obat ke wajah Aliza begitu juga di bagian matanya, Raga usap berkali-kali bibir Aliza yang membiru bengkak, Raga terbayang saat Bara dan Rendy mencium kasar bibir kecil itu.
sembari menunggu Aliza siuman, Raga tanpa sengaja melihat dua bingkai yang tidak jauh dari tas kepala Aliza. Raga raih kedua bingkai kecil itu.
satu bingkai berisi foto Aliza kecil dan kedua orangtuanya, satunya lagi foto Aliza dan ke-dua sahabatnya yang masih menggunakan seragam SMA, saat bingkai itu di balik, ada satu foto yang terselip di sana
"gue?" Raga mencoba menelisik apa iya... foto itu adalah foto dirinya, tapi foto itu seperti diambil secara diam-diam sekitar tujuh tahun yang lalu, di foto itu raga juga masih menggunakan seragam sekolah
"iya benar, ini gue" di balik foto itu ada tulisannya
*" Hay, mas yang memiliki senyum manis dengan Tatapan tajam, namaku Aliza, Aliza Khumaira, maaf karena mengambil gambar mu diam-diam, senyuman mu begitu manis di sini, aku tak tahan jika tidak mengabadikannya, tetaplah tersenyum, tetaplah menjadi orang baik, tetaplah bahagia, mas baik hati" (Liza 10-3-2015)*
Raga beralih menatap Aliza, Raga simpan kembali kedua bingkai itu ketempat nya, termasuk foto dirinya, Raga keluar meninggalkan Aliza dengan perasaan campur aduk, perasaan yang sulit di jelaskan.
setelah kepergian Raga, Aliza perlahan membuka matanya, ya, wanita itu sudah sadar , ia bahkan bisa rasakan saat Raga mengecup kelopak Mata dan bibirnya yang membiru, Aliza tidak bergeming, ia tidak terisak juga, tapi bulir bening terus keluar dari ke-dua matanya.
"apa siksaan hari ini sudah selesai ya tuhan? apa akan ada bagian yang ke-dua?"
"jika iya, hamba sudah siap"
....
air dari shower terus mengguyur tubuhnya, rasa perih di bagian bagian wajah Aliza abaikan, tatapannya kosong, mungkin air matanya sudah tersamarkan
Aliza meringkuk tubuhnya, ia peluk kedua kakinya di depan dada, di tangannya sudah ada pisau bermata tajam, pandangannya lurus ke depan, Aliza putar-putar pisau di tangan, sesekali ia juga menggesekkan ujung pisau itu ke tembok kamar mandi.
"apa Liza akan bertemu ibu, jika Liza mati dengan cara seperti ini?"
"Hem?" Aliza bergumam sendiri
"Liza terus berharap tuhan mencabut nyawa Liza saat disiksa, tapi kenapa Liza selalu di biarkan tetap hidup?"Aliza berucap lirih, bibirnya terangkat membentuk senyum miring.
"apa kah ada hari bahagia yang sudah menanti Liza?" Liza pandangi jari manis sebelah kanan nya, cincin pernikahannya kembali tersemat di sana.
"kenapa di kembalikan?"
tatapannya beralih pada pisau di genggaman, Aliza siapkan tangan satunya lagi, Aliza benar-benar lelah, Aliza ingin mengakhiri semuanya, tapi ia memilih jalan yang salah, Aliza letakkan pisau Dengan mata tajam mengarah pada pergelangan tangan sebelah kanannya.
"ayah, Maafin Liza, Liza nggak bisa nemenin ayah terus, bahagia lah selalu ayah ku tercinta, mungkin setelah ini Liza juga nggak akan bisa ketemu ibu, Liza capek, Liza menyerah, maaf"
*sayat*
"Aliza menyayat pergelangan tangannya, pandangannya mulai memutar, bau amis mencuat ke Indra penciuman, cairan merah mengalir deras di bawah guyuran shower, Aliza tak sanggup melihat cairan merah itu, sampai akhirnya ia limbung
....
Raga kembali lagi ke kamar Aliza dengan membawa obat pereda nyeri, tapi tidak ia temui wanita itu di sana.
"Alizaaaaaaa"
"ALIZAAAA"
"lizaa" nama panggilan kesayangan dari kedua orangtua Aliza.
"Kenapa sih ga, teriak-teriak, berisik tau" teriak Raisa dari atas
"Lo liat Aliza nggak" Raisa mengangkat bahunya acuh dan kembali ke kamar
"sialan tu cewek, ALIZAAAAAA" nihil tak ia temukan Aliza di mana pun
tempat terakhir yang belum di periksa adalah kamar mandi bawah.
tangannya sudah ada di kenop pintu,
"Alizaaaaaaa, Lo di dalam, jawab Aliza, Jangan diam aja, ALIZAAAA"
tidak ada sahutan dari dalam, tapi ada air yang terus mengalir dari dalam, Raga yakin ada seseorang di sana, pintu nya pun terkunci
brak!!!
brak!!!
pintu Kamar mandi akhirnya terbukti juga, kagetnya Raga saat melihat Aliza yang sudah terkapar dengan genangan air berwarna merah, masih ada pisau juga di sana, Raga mendekati Aliza, ia balikkan Wajah wanita itu menghadangnya, Raga menepuk-nepuk pipi Aliza, tapi wanita itu tidak merespon
"Aliza, hey, Aliza"
"alizaaaaaaa, bangun Aliza, kerja woy kerja"
pergelangan tangan menjadi bukti jika wanita itu mencoba mengakhiri hidupnya,
"astaga" Raga mengangkat tubuh Aliza ala bridal style.
"Raga Kenapa?" Raga menoleh sesaat, ada Raisa dan Bara di sana, Raga menatap tajam ke arah Bara
"sebaiknya kalian pulang" ucap Raga Dingin.
"Raga Lo kenapa sih, Lo ngusir kita"
"YA, GUR NGUSIR KALIAN, MAKANYA SANA PULANG"
"sialan Lo ga"
"nggak papa kita pulang aja , sayang"
"Hem"
dengan kecepatan tinggi Raga lajukan mobilnya, sampai lah mereka di salah satu rumah sakit terdekat, Raga kembali menggendong Aliza masuk ke dalam, melihat Raga yang datang, tenaga medis di sana langsung mendorong brankar untuknya, Aliza di bawa masuk ke ruang igd
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments