"cepat bangsat"
BRAKK
pintu di tutup kasar oleh Raga, keluarganya yang berada di ruang tamu sampai berdiri karena kaget.
"Raga, kenapa nak"
Raga longgarkan dasi yang mencekat lehernya.
"cewek kampung ini Kenapa, ga?" dengan jijik Raisa mengangkat wajah Aliza, noda darah di kening masih ada, sudut bibir yang sobek akibat tamparan Raga beberapa saat lalu sebelum mereka pulang pun masih ada.
"ga, Lo menyiksa cewek kampung ini? kalau dia mati gimana ga, Lo yang akan di rugikan" Raga menghempas tubuhnya ke sofa
"Raisa benar ga, jika terjadi apa-apa sama perempuan kampung ini, kamu yang akan di salahkan, nak"
"kalian nggak usah kawatir, ayahnya sudah menyerahkan anaknya, ayahnya juga sudah menandatangani surat perjanjian jika terjadi apa-apa pada anaknya, mereka tidak bisa menuntut pertanggung jawaban dari Raga" mereka semua bisa bernafas lega.
"jangan berdiri aja di situ cewek kampung, cepat buat sesuatu untuk di makan " Aliza mengangguk dengan kepala menunduk, segera ia menuju dapur.
kepalanya pusing, Aliza masih bisa rasakan denyutan di kening, ia butuh obat pereda rasa sakit.
"ya Allah, sakit sekali" Aliza tumpukan tangannya di pinggiran meja, ia harus selesaikan masakannya sebelum malam, jika tidak Raga kembali akan menyiksanya.
....
seperti biasa Aliza berdiri di samping Raga, memandangi Raga dan keluarganya menikmati masakannya. sama seperti tadi pagi tidak ada yang tersisa.
"ya Allah, apa malam ini Hamba kembali harus tidur dengan perut kosong, sandwich tadi pagi hanya bertahan sebentar saja" monolog Aliza dengan tangan yang sibuk membersihkan meja, selesai semua sudah pekerjaannya, barulah Aliza bisa membersihkan diri dan menunaikan sholat.
selesai menunaikan ibadah, Aliza mengendap-endap masuk ke dapur, Di dalam kulkas ada pisang dan buah-buahan lainnnya, sepertinya satu pisang sudah cukup membuatnya kenyang, tangannya mengambang di depan pisang, ia teringat lagi akan peringatan Raga, jika ia tidak di berikan ijin memakan apapun di rumah Raga, selain dari sisa makanan pria itu. Aliza tidak jadi mengambil pisang dengan ukuran besar itu, Aliza lebih memilih naik ke lantai tiga rumah Raga, sudah lama ia tidak ke atas. di paksa tidur pun tak bisa, perutnya minta di isi.
Aliza hirup udara Malam yang begitu sejuk.
"assalamualaikum, ukhti"
"astagfirullah" Aliza mengusap dadanya yang berdetak tidak karuan karena terkejut.
"ya Allah za, gue kaya hantu aja sampai segitunya"
"langit, Lo ngagetin gue, tau" kesal Aliza, Langit fokuskan tatapan pada kening wanita itu, tanpa ragu langit kembali melewati genteng rumah agar sampai ke tempat Aliza.
"langit Lo mau ngapain!" Aliza melotot kan matanya melihat langit berjalan dengan entengnya di atap rumah
"sini gue liat" Langit menarik pergelangan tangan Aliza agar menghadapnya
"langit!" Aliza menarik tangannya agar terlepas " Lo Jangan asal pegang, kita bukan mahram"
"yaudah, kita nikah malam ini juga, biar gue bisa nyentuh Lo" Aliza berdecak kesal, langit tertawa girang.
"kening Lo kenapa za?"
"kebentur meja"
"ko bisa, Lo ko ceroboh banget si za, muka Lo lebam Aliza" terlihat kekwatiran dari setiap kata yang terucap
"gue nggak papa"
"nggak papa apanya, jelas-jelas muka Lo lebam kaya gini, Lo di pukul? iyaa Lo dipukul za?"
"apaan sih, nggak lah, gue sudah bilang gue kebentur meja" Aliza menjauh dan berdiri di Antara tembok.
langit yang berdiri tepat di samping Aliza bisa mendengar bunyi perut wanita itu.
"Lo lapar?"
"nggak"
"jangan bohong, suara perut Lo kedengaran jelas... tunggu di sini"
"langit Lo mau apa"
"tunggu di situ, sampai Lo menghilang lagi, gue bakal temui bos Lo itu"
"ya Allah langit"
selang beberapa menit pria itu kembali lagi dengan nampan di tangannya. ada sepiring nasi beserta lauknya, ada buah apel dan segelas air putih.
"makan"
"nggak usah langit"
"makan za, gratis... Lo nggak perlu bayar" Aliza meneguk salivanya, makanan di depannya begitu menggugah selera
"tapi langit..."
"udah makan aja, atau Lo mau gue suapin, iyaa?"
"ng--nggak usah , gue bisa makan sendiri" Aliza ambil alih nampan di tangan langit, ia duduk bersila di Depannya, langit juga mendudukkan diri.
"Lo makan atau nggak sih za, badan Lo kurus banget, walaupun baju Lo segede harapan orang tua ke anaknya, nggak bisa nutupin badan kurus Lo"
"gue makan ko" Aliza tergesa-gesa menyendok makanannya ke mulut.
"pelan-pelan, za"
"berapa hari Lo nggak makan"
"baru malam ini"
"pembohong yang handal "
"nggak usah kalo nggak percaya "
langit menyunggingkan senyum, ia terus menatap wajah sayu wanita di depannya, lebam di pipi, sudut bibir yang sobek di tambah kening yang terluka, Sudah cukup membuktikan jika wanita cantik di depannya ini mendapatkan penyiksaan fisik di rumah Raga. Langit berikan air minum untuk Aliza
"pelan-pelan, za" Aliza mengangguk
"ini masakan Mamah gue, enak nggak "
"enak banget ngit, pasti di masak dengan cinta, kaya masakan almarhum Ibu gue"
"ibu Lo..."
"iyaa, ibu gue udah nggak ada, udah ah nggak usah bahas ibu gue, gue sedih jadinya"
"za"
"em"
"nggak papa, nggak jadi"
"apa sih nggak jelas banget"
makanan di piring habis tak tersisa, Aliza lanjutkan dengan memakan buah apel berwarna merah, pusing di kepala berangsur menghilang.
"makasih ya"
"iyaa, sama-sama"
"za, Lo berhenti aja kerja sama Raga, Lo kerja di rumah gue aja, gimana?" Aliza menyinggung kan senyum
"nggak bisa, gue sudah di kontrak sama tuan Raga"
"gue bisa bayar ganti ruginya buat Lo, putusin kontraknya dan kerja di rumah gue "
Aliza menghembuskan nafas berat, ia letakkan sisa apel di piring, air yang sisa setengah Aliza tegak hingga tandas.
"jangan kaya gitu Langit... eh tunggu deh, Nama Lo bukan langit kan, siapa nama Lo?"
"langit "jawab Langit enteng.
"gue Serius, siapa nama Lo?"
"mau kasih apa ke gue, kalo gue kasih tau nama asli gue"
"mau kasih apa? ya nggak ada"
"kasih cinta Lo aja buat gue, sudah cukup ko"
"terserah Lo, mau ngasih tau ok , nggak juga nggak papa"
"baiklah Gue kasih tau, apa sih yang enggak buat Lo"
"apaan sih, nggak Jelas" langit tertawa, ia sibak rambutnya ke belakang
"nama gue zhian, zhian Arsya Khalifah"
"nama yang bagus, kenapa Lo justru memperkenalkan nama Lo dengan sebutan langit"
"suka-suka gue lah" Aliza berdecak kesal, sedangkan langit menyunggingkan senyum "
"umur Lo berapa za?"
"mau tau aja, atau mau banget "
"gue kepo, puas Lo" Aliza tertawa, wajah kesal langit begitu lucu
"gue 23" langit Mengangguk samar
"gue 25, berarti Lo harus panggil gue Abang"
"idih, ogah" Aliza berdiri dan kembali menatap jalan yang sunyi, ia tumpukan tangan di tembok, langit juga menyusul, langit terus pandangi wajah Aliza dari samping.
"langit" Aliza menoleh, membuat pandangan mereka beradu, dengan cepat Aliza menunduk dan beristighfar, begitu juga dengan langit, memandang wajah Aliza dengan dekat seperti tadi membuat jantungnya berdetak kencang.
"gu--gue masuk dulu, Lo juga masuk, udara malam nggak sehat" Aliza sudah melangkah pergi, langit terus memandangi wanita itu Hingga punggungnya tidak terlihat lagi. langit sentuh dadanya
"tau aja Lo, sama cewek cakep" Langit menyunggingkan senyum, ia ambil lagi nampan dan kembali kerumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
epi Parhanah
raga harus sad ending pokona soalnya dia jahat nya jahat banget
2025-04-02
0
Sisa nina Nina
langit itu siapa thor?
2023-05-14
3