Aliza tidak bisa melakukan apapun selain menyelesaikan pekerjaan rumah, Raga mengurungnya seperti tawanan, ia tidak diijinkan keluar dari sana, Aliza Juga tidak di ijinkan menghidupkan tv selama di rumah, ponsel pun sebenarnya Raga tidak mengijinkan Aliza bawa, tapi Aliza berhasil membawa benda pipih itu masuk bersamanya ke rumah Raga, Aliza berulang kali memohon pada Sadewa untuk menjemputnya, tapi tidak sekalipun Sadewa menghiraukan panggilan nya, hanya Sadewa lah satu-satunya yang ia miliki sekarang, tapi pria itu benar-benar telah membuangnya
"ayah, Aliza mau pulang, yah, jemput Aliza" gumam Aliza, dan ia tulis untuk di kirimkan pada Sadewa, tapi semuanya sia-sia, Sadewa hanya membaca pesannya saja.
"ibu, jemput Liza, Liza nggak punya siap-siap lagi sekarang, Liza harus apa Bu, Liza harus apa"
"Heh, cewe kampung buka pintunya" Aliza terlonjak kaget, buru-buru ia simpan ponsel itu di bawah tumpukan baju, Aliza pasang hijab berukuran besar di tubuhnya.
"ii--iya tuan, kena---" belum selesai ucapannya, raga lebih dulu menarik kasar pergelangan tangannya
"tuan lepas, sakit tuan"mohon Aliza
"BERAPA KALI GUE KATAKAN, JANGAN ISTIRAHAT DI JAM SEPERTI INI"
"tapi tuan, semua pekerjaan saya sudahi selesai, saya bingung harus mengerjakan apa lagi"
"selesai Lo bilang, sini"
"aww, Tuan! sakit" Raga hempas tubuh kecil itu di halaman rumah
"LO LIHAT, LIHAT ALIZA, TAMAN RUMAH GUE BERANTAKAN, DAN INI LO BILANG SUDAH MENGERJAKAN SEMUANYA?" raga memutar keran air dan mengarahkan selang air ke arah Aliza berdiri, Aliza sampai kesulitan bernapas karena Raga terus menyemprotnya
"Dasar tidak berguna " selang itu raga lempar, dan mengenai tepat di wajah Aliza. Wajahnya perih, Aliza hanya menunduk dengan tangan terpaut, Raga pergi meninggalkan wanita Malang itu.
"bereskan semuanya, jangan masuk sebelum taman rumah gue rapi, MENGERTI "
"mengerti tuan"
Aliza usap air di wajahnya, ia kerjakan lagi apa yang Raga perintahkan, cukup luas taman rumah Raga, banyak bunga yang tersusun rapi di sana. baju basah yang Aliza kenakan sampai kering di tubuhnya.
"Alhamdulillah " syukur Aliza setelah pekerjaannya selesai, terik matahari menyilaukan mata.
Aliza masuk kembali ke dalam rumah untuk membersihkan diri.
....
Tidak terasa hari berat kembali dapat Aliza lewati seorang diri, malam tiba saatnya Aliza mengadukan semuanya pada tuhan, tidak ada tempatnya lagi mengaduk selain yang maha kuasa, tangisnya selalu saja pecah di tengah malam kala beberapa orang lebih memilih terlelap.
"Ya Allah, tambahkan lah hati hamba menerima semua takdir ini, lapangkan lah hati hamba, perluas lagi sabar hamba ya Allah, sesungguhnya engkau tidak akan membebani hamba mu melebihi kemampuannya, dan Hamba percaya itu, Amin ya Allah"
....
Aliza tidak bisa tidur nyenyak, ia terus gelisah, Aliza merindukan Sadewa, sudah satu Minggu Aliza menikah dan meninggalkan Sadewa sendiri di rumah, Aliza khawatir sakit ayahnya kambuh lagi, Sadewa pengidap penyakit asma.
"Dingin banget ya Allah" Aliza meringkuk kedinginan, hujan turun dengan deras, sarung batik milik mendiang sang ibu tidak bisa mengurangi rasa dinginnya lantai.
Aliza benar-benar sudah mengantuk, tapi ia kesulitan terlelap karena rasa dingin yang menusuk tulang.
tidak ada pilihan lain, Aliza beranikan diri naik ke lantai dua, ia ingin meminta satu saja selimut untuk mengurangi sedikit rasa dinginnya
"tangannya mengambang di depan pintu kamar Raga, sedikit keberanian Aliza ketuk pintu kamar tersebut.
satu dua tiga, belum ada jawaban, dan yang keempat pintu kamar Raga terbuka.
"MAU APA LO, NGGAK LIAT GUE TIDUR" Raga yang kesal mendorong bahu Aliza.
"Tu--tuan, saya boleh pinjam selimut, satu saja"
"Lo kedinginan ?" tanya Raga, dan Aliza mengangguk
"i--iya tuan"
"masuk" Aliza masih mencerna ucapan Raga , apa ia tidak salah dengar, Raga memintanya masuk ke dalam kamar
"LO TULI, GUE BILANG MASUK" sekali tarik Aliza sudah berpindah ke dalam kamar Raga, pria itu menutup pintu kamar cukup keras, ia dorong tanpa perasaan tubuh kecil Aliza hingga terbentur pintu menuju balkon, Raga membuka pintu balkon dan mengeluarkan Aliza.
"Tidur Lo di sana, ini hukuman buat orang yang sudah berani mengganggu tidur Gue" Aliza memukul mukul pintu berbahan kaca, ia sama sekali tidak menyangka Raga sebegitu teganya, gorden Raga tutup, Aliza hanya bisa kembali menangis di luar sana, Aliza duduk meringkuk di ujung balkon, hujan deras mengguyur tubuhnya, Aliza menggigil kedinginan, niatnya meminta selimut justru berakhir basah kuyup.
malam semakin larut, hujan deras mulai mereda, tersisa rintiknya saja, bibir wanita itu mulai membiru kedinginan, tubuhnya ia peluk erat, angin yang menerpa membuat nya semakin kedinginan.
Pintu balkon terbuka, di depan sana ada Raga yang berdiri dengan tangan terlipat di depan dada,
"keluar dari kamar gue" titah Raga
Aliza kesulitan berdiri, bahkan iya tergelincir karena lantai yang licin, melihat Aliza yang kesulitan berdiri, Raga mengambil tindakan dengan menyeret wanita Malang itu keluar dari kamarnya.
Brakk!!
pintu kamar Raga kembali tertutup, posisi Aliza masih tengkurap di lantai, lengan, pergelangan tangan juga ke-dua lututnya sakit, sakit Sekali karena Raga menyeretnya dengan posisi tengkurap.
"ibuu" lirih Aliza pilu.
....
karena tadi malam Aliza kehujanan, jadilah pagi ini ia kesulitan bangun, Wanita itu demam, kepalanya sakit sekali, wanita itu menggigil kedinginan, Aliza masih meringkuk di dalam kamarnya.
"Woy cewe kampung, Lo nggak masak, Gue mau berangkat kerja" tidak ada sahutan dari dalam, Raga membuka pintu Aliza secara brutal
brakk!!
emosi pria itu kembali memuncak saat melihat Aliza masih tidur, gelas berisi air di samping Aliza ia tumpahkan di depan wajah pucat wanita itu.
Aliza Sontak kaget dan langsung duduk melihat Raga yang berdiri di depannya dengan wajah merah padam
"Tu--tuan"
Raga berjongkok di depan Aliza, jari telunjuknya mendorong-dorong kecil bahu wanita itu
"Lo itu pembantu di rumah gue, Lo itu tinggal di sini untuk melayani kebutuhan gue, BUKANNYA MOLOR KAYA GINI" Raga mendorong tubuh kecil Aliza, kepalanya yang sejak tadi malam berdenyut nyeri, semakin terasa sakit karena terbentur akibat dorongan Raga.
"Gue tunggu setengah jam, sarapan sudah tersaji di atas meja" raga meninggalkan Aliza yang masih terbaring tak berdaya di kamarnya.
sejak memasak tadi, matanya sudah berkunang-kunang, berkali-kali Aliza menumpukan tangan ke meja kompor untuk memfokuskan lagi pandangnya.
Cairan kental merah kini Aliza rasakan mulai mengalir keluar dari rongga hidungnya, suhu tubuh yang meningkat membuatnya mimisan.
semua Juga sudah selesai, Aliza berlari menuju kamar mandi untuk membersihkan hidungnya, takutnya Raga melihat dan merasa jijik
Aliza menatap dirinya di depan cermin, wajahnya pucat Pasih, semakin hari aliza rasa wajah nya semakin tirus, entah berapa sekarang berat badannya, selama berada di rumah raga, aliza terus saja memakan sisa makanan Raga, tak jarang ia bahkan tidak makan sedikit pun karena tidak ada yang tersisa di piring Raga, Aliza tidak di ijinkan menyentuh makanan sebelum raga menyelesaikan makannya.
"Alizaaa"
"Alizaaa" cepat-cepat Aliza bersihkan wajah nya.
"i--iya tuan, sebentar"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments