Raga yang baru saja tiba melempar tasnya, pria itu terlihat berantakan Sekali, dua kancing baju yang bagian paling atas sudah terbuka, rambutnya yang biasanya masih tertata rapi walaupun seharian bekerja, tapi sekarang acak-acakan, Raga menghempaskan tubuhnya di sofa ruang tamu, ia Longgarkan dasi yang mencekik lehernya, Aliza mendekat takut-takut, ia pungut tas kerja Raga yang tergeletak di lantai.
"tu--tuan, saya sudah siapkan air, tuan mau mandi dulu?"
"DIAM, BERHENTI BICARA, SUARA LO SEMAKIN MEMBUAT KEPALA GUE SAKIT" Aliza tersenyum, pergi dari sana seperti nya bukan hal yang buruk.
"ARGGGHHH" Raga meraung-raung seperti orang kesetanan.
"kurang ajar, semuanya berantakan karena ulah pengkhianat itu, brengsek... ARGGGHHH" Raga merogoh sakunya untuk menghubungi nomor sekretarisnya sekaligus sahabatnya.
"halo dan"
"iya ga, gue sudah cek semuanya benar, permata yang sudah memalsukan laporan keuangan"
"Brengsek" Raga berdiri dengan satu tangan mengacak pinggangnya
"gue nggak mau tau, Lo cari brengsek itu hidup-hidup, gara-gara permata... grafik perusahaan kita mengalami penurunan" tegas Raga, di sebrang sana zidan mengangguk, sama seperti Raga, zidan pun merasakan keresahan yang sama, salah satu karyawan kepercayaan Raga bermain api di belakangnya, pria itu memalsukan laporan keuangan yang menyebabkan perusahaan yang sedang berkembang pesat terancam bangkrut, tidak tanggung-tanggung kerugian yang Raga dapatkan karena ulah pria bernama permata itu, belum lagi ada produk nya yang harus segera di produksi besar, Raga memerlukan biaya besar untuk memproduksi produk kecantikannya.
"Minggir" Raga menarik kasar pergelangan tangan Aliza yang menghalangi jalannya. tubuh kecil Aliza sampai terhuyung dan punggung nya terbentur dinding.
Aliza meringis kesakitan, ia usap usap pergelangan tangannya yang mulai memerah karena kuatnya cengkraman yang Raga lakukan.
Aliza menuangkan air untuk Raga, karena pergelangan tangannya yang masih sakit, Aliza tanpa sengaja menumpahkan air tersebut tepat di hadapan Raga,
"BRAKK!!!
Raga menggebrak meja yang membuat seluruh iar yang ada di gelas tumpah.
"Lo bisa kerja nggak sih, hah!" bentak Raga.
ia rebut paksa teko air yang ada di tangan Aliza dan Raga semburkan air tersebut di wajah Aliza.
"maaf tuan, saya tak sengaja" Aliza usap air yang ada di wajahnya, Raga yang sudah kehilangan selera makannya melempar piring berisikan nasi dan lauk ke lantai.
"Makan tu bekas gue, itu kan yang Lo tunggu dari gue, sekarang lo makan tu semuanya, jilat sekalian lantai nya" tubuh Aliza kembali di dorong Raga.
"astaghfirullah" Aliza mengusap dada yang mulai sesak. Aliza berpaling memandangi punggung Kokoh Raga yang mulai menjauh dari pandangannya.
"Apa tidak ada sedikit saja sisi kemanusiaan di diri kamu ga, apa kamu benar-benar sudah berubah, tak ada lagi kah Raga yang ramah, tak ada lagi kah Raga yang selalu menolong sesama, tak ada lagi kah Raga yang Aliza cinta" lirih Aliza dengan air mata yang kembali mengalir deras.
mana bisa Aliza makan makanan yang berhamburan di lantai karena sudah bercampur dengan pecahan kaca, bisa-bisa ia kehilangan pita suaranya.
sebenarnya masih ada lauk pauk beserta nasi di atas meja, tapi Raga tidak pernah mengijinkan Aliza menyentuh sedikitpun makanan itu, Raga akan memeriksa kembali makanan tersebut untuk memastikan Aliza tidak memakannya, Jika kurang satu saja, maka Raga tak segan memberi pelajaran berharga untuk Aliza, Raga lebih memilih Semua makanan itu basi membusuk, dari pada di makan oleh Aliza.
pilihan lain, Aliza hanya bisa meneguk banyak air putih untuk memberikan rasa kenyang di perutnya.
...
Aliza kesulitan tidur karena perut Nya yang terasa perih, Aliza memasang hijab instan nya, sudah pukul 11 malam, Aliza diam-diam keluar dari kamarnya dan menuju lantai atas, ia ingin melihat langit malam, langit sangat cantik karena cuaca yang lagi bersahabat, banyak bintang dan bulan pun bersinar begitu terang.
senyum Aliza mengembang saat matanya kembali bisa memandang langit malam yang dulu menjadi obat penenang bagi nya
Aliza terperanjat kaget karena sesuatu mengenai bahu sebelah kirinya. rasanya Aliza ingin menjambak pria yang sekarang sudah meringis memperlihatkan deretan gigi putihnya di rumah sebelah
"Lo apa-apaan sih" kesal Aliza, bukannya merasa bersalah, pria itu justru tertawa keras, ia sisir rambut panjangnya yang menutupi wajah kebelakang, Aliza menatapnya bingung.
"apa dia sakit jiwa?" monolog Aliza
"hey, kenalin nama gue langit"pria yang memperkenalkan namanya sebagai langit tersebut mengulurkan tangan. Aliza tidak membalas dengan uluran tangan, Aliza berbalik badan berniat pergi dari sana.
"heyy, tunggu, nggak baik pergi sebelum memperkenalkan diri, woy!" Aliza menghembuskan nafas berat, ia kembali berbalik menatap langit
"gue Aliza, Aliza Khumaira" Aliza kembali melangkahkan kakinya, langit tersenyum.
"nama yang cantik, secantik pemiliknya" gumam Langit
....
"ALIZAAAAAA"
"ALIZAAAA" tergopoh-gopoh Aliza berlari menemui Raga yang sudah siap untuk ke kantor.
"i--iya tuan, ada apa" nafas wanita itu belum beraturan, ia berlari dari lantai dua ke lantai dasar menemui Raga
"ada apa , ada apa, masuk mobil" perintah Raga Terlalu tiba-tiba, Aliza masih mencerna nya
"gue bilang masuk mobil " Raga menarik bagian depan hijab yang di kenakan Aliza.
Aliza mengikuti Raga masuk ke dalam mobilnya, di tangan Aliza masih ada lap, yang sebelumnya ia gunakan untuk membersihkan meja makan, dari atap rumah nya, langit bisa Melihat semua perlakuan yang Aliza dapatkan dari Raga, tangan langit mengepal, ia sungguh tidak bisa melihat seorang wanita mendapatkan perlakuan sekasar itu.
....
Raga membawa Aliza ke kantornya, Aliza terus mengekor di belakang pria itu, sapaan demi sapaan para karyawan menyambut Raga, mereka juga melirik Wanita dengan pakaian lusuh yang berjalan di belakang Raga, tidak lupa lap setengah basah masih berada di genggaman.
sampai lah mereka di ruangan milik Raga, Raga langsung melepas jasnya dan melempar jas itu tepat mengenai wajah Aliza. Raga tidak mengatakan sepatah katapun, ia langsung di sibukkan dengan pekerjaan nya, Aliza hanya berdiri tidak jauh darinya.
detik berganti menit, menit berubah menjadi jam, Aliza hampir limbung karena lelahnya berdiri tanpa di perbolehkan sedikitpun duduk oleh Raga, silih berganti karyawan Raga masuk ke ruangan tersebut, kehadiran Aliza di ruang sang atasan seperti hiburan tersendiri bagi mereka, tak sedikit dari mereka menatap rendah pada Aliza yang penampilannya tidak Serapi mereka.
"Ga, mereka mau bekerja sama dengan perusahaan kita"
"serius Lo?" Raga tidak percaya
"gue serius ga, mereka akan berinvestasi di perusahaan kita"
Raga berdiri menghampiri zidan, ia peluk zidan penuh haru, perusahaan yang terancam bangkrut akhirnya bisa kembali menemukan titik terangnya.
"selamat ga, Lo hebat, Lo keren, gue akui itu" puji Zidan pada sahabatnya, Raga melepaskan pelukannya, mata pria itu memerah, ia menahan tangis haru bahagianya.
"Lo juga hebat dan, Lo keren, kalo bukan karena Lo, gue juga nggak akan bisa melepaskan perusahaan kita dari ancaman kebangkrutan" Zidan ikut terharu juga, Raga kembali duduk untuk membaca laporan yang Zidan bawa tadi, zidan melirik Aliza yang sejak tadi ia keluar masuk dari sana, wanita itu tidak bergerak sedikitpun.
"ga"
"Hem" Raga tidak mengangkat wajahnya, ia fokus membaca tulisan demi tulisan dalam map
"cewe itu dari tadi berdiri di situ?"
"Hem"
"ga, Lo gila, itu cewe, dan dia sudah berdiri sejak tadi pagi, Lo masih waras kan Raga?" terheran-heran Zidan dengan kelakuan sahabatnya itu.
"terus lo mau apa, lo mau di gue pangku di sini" Raga menepuk pahanya
"gue nggak abis pikir sama apa yang ada di kepala Lo ga, kayanya Lo Emang butuh psikiater deh"
"Lo benar dan, gue nggak waras, gue gila, gue setres semenjak tu cewek..." Raga menunjuk Aliza
"membunuh cewe gue"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments