"astaghfirullah" Aliza mengusap dadanya, hampir saja ia menabrak Raga yang ada di depannya, pria itu dari dapur
"dai mana Lo?"
"dari belakang tuan" Raga menyelidik, tapi kemudian ia memilih abai dan naik kembali ke kamar nya.
"Alhamdulillah, Raga nggak curiga, bisa habis gue kalo Raga tau gue sering naik ke atap rumahnya, bisa patah rusuk gue di banting sana sini sama dia" Aliza bergidik ngeri.
....
"Ya udah mamah sama papah pulang duluan, kalian liburan aja dulu di sini" Raisa melepaskan pelukannya dari sang ayah.
"kalian hati-hati, papah jangan ngebut bawa mobilnya" Raga menasehati
"iyaa, ya udah mamah papah pulang, assalamualaikum "
"waalaikumsallam " jawab mereka serentak, termasuk Aliza yang berdiri tidak jauh dari mereka.
....
tinggallah Raisa Bara Raga dan Aliza. Raga Raisa dan Bara sedang menikmati waktu senggang di ruang keluarga, sedangkan Aliza, seperti biasa wanita itu terus harus membersihkan rumah tanpa henti. jika Raga melihatnya Duduk sebentar saja, maka tangan atau kaki Raga akan melayang ke tubuhnya.
"Alizaaaaaaa"
"ALIZAAAA, sini Lo cewek kampung" Aliza tergopoh-gopoh menuruni anak tangga.
"iya tuan ada apa?"
"nggak, gue cuman mau ngetes seberapa kencang lari lo" ketiganya tertawa terbahak-bahak, mereka jadikan Aliza sebagai bahan tertawaan.
"sana balik kerja lagi, awas aja kalo masih ada debu di rumah gue" Aliza mengangguk, ia di permainkan seperti itu, ingin rasanya marah tapi ia tidak memiliki hak.
"sa, gue pergi dulu ya, mungkin balik malam"
"ok, gue juga mau ketemuan sama teman-teman gue" Bara tersenyum licik, sepertinya ada kesempatan baik di depan mata.
....
Raisa sedang memoles makeup di wajahnya, sedangkan Bara tidur di atas ranjang
"yah, malah tidur, nggak asik, mau di bangunin tapi nggak tega juga" Raisa duduk di tepi ranjang, ia usap kening Bara dan memberikan ciuman di sana
"aku pergi dulu ya" bisik Raisa dan berlalu dari sana, mendengar pintu yang sudah tertutup, Bara membuka matanya, ia rubah posisinya menjadi duduk bersila.
"Aliza, bersiaplah untuk melayani ku" seringai mengerikan nampak jelas di wajah Bara.
Aliza tidak tau jika Raga dan Raisa tidak ada di rumah, mereka sudah pergi beberapa menit yang lalu, Aliza masih di sibukkan dengan pekerjaan rumahnya, tanpa ia sadari kejahatan sedang mengintainya.
"Kenapa perasaan gue nggak enak ya" Aliza menggeleng, ia lanjutkan dengan mengepel lantai, dari lantai satu ke lantai dua, tidak lupa juga setiap anak tangga pun Aliza harus bersihkan dari debu-debu yang menempel.
Aliza luruskan sebentar punggungnya yang terasa nyeri karena kebanyakan menunduk, wanita itu merotasi kan pandang ke seluruh bagian lantai dua, tidak ia temukan siapapun di sana, bahkan suara mereka saja tidak terdengar.
"kenapa sepi banget?" Aliza menaikkan bahunya acuh, ia berpikir mungkin mereka tidur.
suara pintu yang terbuka mengalihkan fokusnya, Aliza melihat Bara yang baru saja selesai mandi keluar dari kamarnya, pria bertubuh kekar itu hanya menggunakan handuk untuk menutupi tubuhnya, perut yang terbentuk nampak begitu jelas di depan mata, Bara menyibak rambutnya yang masih basah ke belakang. Pria itu melangkah mendekati Aliza.
"permisi tuan, saya ingin bersihkan lantainya" bukannya menjauh dari sana, Bara justru semakin mengikis jarak.
"tu--tuan, permisi, saya harus selesaikan pekerjaan saya tu--tuan" kaget Aliza saat pergelangan tangannya sudah di cengkram kuat oleh Bara, seluruh tubuhnya bergetar, trauma akan sentuhan kembali ia rasakan, perasaan takut jika seseorang mencoba merebut paksa harga dirinya kembali terbayang di benak.
"le--lepas tuan"
"nggak akan gue lepasin Lo, hari ini Lo harus melayani gue"
"le--lepas atau saya teriak" Bara dengan gampangnya menarik Aliza Hingga tubuh wanita itu menempel sempurna di tubuhnya, air mata wanita itu menetes sudah
"teriak lah Aliza, tidak akan ada yang bisa mendengar teriakkan Lo, cewek murah" Bara menyunggingkan senyum, pria itu sedikit menunduk agar bisa menatap wajah Aliza yang lebih pendek darinya.
Bara menyunggingkan senyum, ia tahan pergelangan tangan Aliza saat wanita itu ingin meninggalkan tempat
"l--lepas" Bara tidak sedikitpun melepaskan cengkeramannya, perlahan bara mengikis jarak di Antara mereka, tubuh Aliza mulai memberikan respon penolakan, rasa kawatir di setiap gemetar kembali menyerang
"le--lepas tuan" mohon Aliza
"hust, jangan berisik... oh iya lupa, kan hanya ada kita berdua di rumah megah ini"
"kamu cantik, Kenapa harus menikah dengan Raga, Kenapa tidak datang padaku, pasti kan ku buat kau bahagia dan menjadikan kamu istri ke-dua ku" bisik Bara terdengar sensual.
"aa--apa salah saya pada anda tuan, sa--saya tidak pernah mengusik hidup anda, Kenapa anda memperlakukan saya seperti ******, saya ini wanita tuan, saya mohon tuan jangan lakukan ini, lepaskan saya" lirih Aliza memohon, tapi Bara tidak peduli sama sekali.
"tuan memiliki istri, dan sebentar lagi tuan akan menjadi ayah, bagaimana jika mereka yang ada di posisi saya"
PLAKK!!
tamparan yang Bara berikan tidak tanggung-tanggung kerasnya, tubuh kecil wanita itu sampai terhuyung karenanya, Aliza sentuh pipinya yang terasa perih, Aliza juga bisa rasakan amis karena sudut bibirnya sobek. Bara menyamakan posisinya dengan Aliza yang sudah duduk bersimpuh di lantai, Bara tarik rambut Aliza yang membuat kepala wanita itu terangkat, mendongak menatapnya
"jangan pernah sekali-kali Lo bandingkan hidup istri dan anak gue dengan kehidupan Lo ini, Lo itu sampah, Lo itu hina, ALIZAAA, TAK SUDIH KELUARGA GUE DI SANDINGKAN DENGAN LO"
Aliza menyeringai, tak gentar ia tatap nyalang wajah Bara
" tapi anda begitu penasaran dengan sampah satu ini, berkali-kali anda mencoba menyentuh sampah tidak berguna ini, anda memang munafik tuan"
"berkali-kali anda berusaha menyentuh wanita rendahan ini" ucap Aliza tak gentar, Bara semakin tersulit emosinya, ia benturkan kepala Aliza ke tembok.
pria itu berdiri dan menarik lagi rambut panjang Aliza yang masih tertutup hijab syar'i, ia seret tubuh kecil itu masuk kedalam kamar tak berpenghuni di rumah Raga, Aliza tidak tau lagi rasa sakit mana yang sekarang ia rasakan, Aliza tak sanggup lagi, ia hanya bisa mencengkram pergelangan tangan Bara yang ada di atas kepalanya, ia tidak memohon untuk di lepaskan, Aliza hanya terus memanjatkan doa pada tuhan, karena sekarang tidak akan ada yang bisa menolongnya selain tuhan yang maha esa.
"Ya Allah, jika memang ini sudah menjadi nasib hamba, hamba pasrah, hamba ikhlas, tapi Hamba mohon, cabutlah nyawa hamba Setelah semuanya berakhir, Hamba titipkan ayah Hamba pada mu ya Allah, jaga dia , lindungi dia, Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah"
Bara lepas kerudung panjang dari atas kepala Aliza, ia angkat tubuh kecil itu kemudian ia lempar ke atas kasur, Aliza masih berusaha menyelamatkan dirinya, ia berangsur mundur tapi kalah cepat dengan Bara , pria itu lebih dulu menahan pergelangan tangannya, saat Bara mulai merangkak naik ke atas tubuh Aliza, Aliza menendang bagian intim Bara, pria itu meraung kesakitan, melihat ada kesempatan Aliza segera berlari dari sana
"BA--BANGSAT LO ALIZAA" teriak Bara
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Anonymous
😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
2023-06-01
0