Raga sudah berangkat ke kantor setengah jam yang lalu, Aliza sungguh sudah tidak tahan lagi dengan sakit kepalanya, pandangan matanya mulai berubah-ubah, sampai akhirnya gelap total, Aliza limbung tak sadarkan diri.
di kantor, Raga memulai rapatnya, pria itu terlihat begitu berwibawa saat menjelaskan produk kecantikan yang akan mereka produksi dengan jumlah besar.
selesai dengan rapatnya, seorang Pria menepuk pundak Raga dengan raut bangga.
"keren Lo ga"
Raga tersenyum bangga juga, ia tutup berkas di depannya.
"gue yakin produk kita bakal lalu keras di pasaran" ucap raga dengan yakinnya
Raga merangkul bahu pria yang seumuran dengan nya.
ke-dua pria itu adalah sahabat sejak duduk di bangku SMA, dan sekarang... zidan sudah menjadi sekertaris pribadi Raga. seseorang yang paling Raga percaya.
"gue balik dulu ya, hp gue ketinggalan"
"entar kalo Clara nyari Lo gimana?"
"surah tunggu di ruangan gue"
"ok ok"
....
"ALIZAAA"
"ALIZAAA, KEMANA LO BRENGSEK, ALIZAAA" Murka Raga saat dia melihat meja makannya masih kotor.
"ALIZAAA"
"sialan tu cewe, argghhh" hampir aja Raga terjatuh karena tersandung kaki Aliza.
"Brengsek" umpat Raga tak henti-hentinya.
Raga menggerakkan tubuh Aliza menggunakan kaki, ia letakkan kaki yang masih beralaskan sepatu di pinggang wanita itu.
"hey bangun" tidak ada respon dari Aliza, Raga membalik tubuh Aliza.
"pingsan?"
Raga berjongkok di samping Aliza, ia letakkan telapak tangannya yang besar di kening Aliza.
"sialan nih cewek, bikin masalah aja" Raga menghidupkan keran, ia isi gelas dengan air, Raga menyiram wajah Aliza berkali-kali hingga wanita itu bangun.
"Bangun woy, jadi cewek tu jangan lemah, jangan dikit-dikit sakit, bikin susah aja, nih minum" Raga melempar obat penurun panas di wajah Aliza.
"gue nggak mau Lo mati di rumah gue, gue juga belum puas menyiksa Lo"
"tu--tuan, sa---"
"Cepat minum obat, dan selesaikan pekerjaan rumah, gue mau semua sudah bersih saat gue pulang" Raga sekali lagi menendang kaki Aliza karena menghalangi jalannya.
"Tuan, ijinkan saya istirahat sebentar, sebentar aja, kepala saya sakit sekali"
"Bukan urusan gue"
....
pusing di kepala sudah lebih membaik, Aliza berusaha menyelesaikan pekerjaan rumah sebelum Raga pulang.
Makanan sisa yang sebelumnya ia simpan Aliza keluarkan dari dalam lemari penyimpanan, meskipun rasa makanan itu terasa hambar di lidahnya, Aliza tetap berusaha menelan habis semuanya.
kembali ke kantor.
Raga sudah di sambut oleh Clara, Wanita itu cepat saja memeluk Raga, bersikap Manja di depan pria itu, tapi raga tetap menunjukkan wajah datarnya, ia lepaskan tangan Clara yang melilit lehernya.
"Raga" ucap Clara dengan manjanya.
"Malam ini aku nginap di rumah kamu lagi ya?"
"Hem"
"ye, makasih sayang" Clara menciumi pipi Raga secara bergantian, sepertinya pangkuan raga menjadi tempat ternyaman untuk nya.
Clara beralih pada bibir Raga, dan Raga menyambut baik apa yang di lakukan Clara, bahkan tangan pria itu sudah menjalar kemana-mana
....
Malam ini Raga pulang tepat waktu, Aliza segera berdiri takut mendapatkan amukan Raga lagi, pria itu berjalan masuk dengan seorang wanita yang bergelantungan mesra di lengannya.
"Hey, siapin air hangat, gue sama Raga? mau mandi"
Aliza mengangguk dan langsung pergi meninggalkan dua sejoli itu.
"Ya Allah hilangkan rasa cinta hamba untuknya, hamba tidak kuat menanggung rasa sakit karena mencintainya, hamba mohon ya Allah, cukup fisik hamba yang pria itu siksa, hati hamba jangan" Aliza menyeka kembali air matanya.
ia siapkan air Hangat di bathtub,
ia juga menyiapkan handuk di sana, Aliza meremas ujung baju yang ia kenakan, sakit Sekali rasanya melihat suami yang begitu ia cintai membawa wanita lain ke rumah mereka, kembali Aliza sadarkan diri jika ia tidak memiliki hak apapun sebagai istri Raga, ia juga di nikahi sirih saja, Raga tidak mendaftarkan pernikahan mereka secara hukum.
Aliza berdiri seperti biasa di samping Raga, melihat dengan jelas seperti apa Clara yang terus saja menempel pada Raga.
"ga, kita makan diluar aja Yo, masakan pembantu kamu nggak enak" Clara menghempas sendoknya ke atas piring.
"sudah makan aja, aku capek mau istirahat"
"tapi kamu janji Peluk aku terus waktu tidur"
"Hem, sudah habiskan makanan kamu, habis itu kita istirahat"
"ok sayang" Mata Aliza mulai memanas lagi, sedekat itu kah mereka sampai harus tidur bersama.
....
Di dalam kamar sempitnya, Aliza duduk dengan melipat kedua kaki di depan dada, rambutnya ia biarkan tergerai indah, Aliza memiliki kulit putih bersih, matanya hazel dan hidung mancung, Aliza cantik, Sangat cantik malahan, tapi wanita itu seperti tidak terurus, wajahnya kusam, Aliza tidak pernah sekalipun memakai produk kecantikan, rambutnya panjang lurus hingga ke pinggang, jari-jari tangannya lentik dan panjang, tapi kasar, karena Aliza terbiasa hidup keras semenjak ibunya tiada, Aliza banting tulang mencukupi kebutuhan hidupnya bersama sang ayah. Aliza juga merupakan Siswa yang pintar, bahkan Aliza mendapatkan beasiswa untuk kuliah, tapi Aliza lebih memilih tidak kuliah agar tetap bisa bersama sang ayah di kampung halaman. Aliza tidak ingin jauh dari ayahnya, Aliza hanya memiliki Sadewa di dunia ini, Aliza tidak ingin kembali kehilangan sang ayah, meskipun Sadewa membencinya, Aliza tetap menyayangi Sadewa, tanpa ada sedikitpun dendam dihatinya.
Flashback on
"putri nya ibu, jangan lari nak, nanti jatuh sayang"
Aliza kecil tidak menghiraukan ucapan Rania, Sadewa dan Rania tersenyum hangat melihat kebahagiaan putri semata wayang mereka.
"ayah sini" ajak Aliza kecil, Sadewa menuruti kemauan anaknya, Sadewa menghampiri Aliza yang asik dengan bola di tangannya.
dari jauh Rania terus mengabadikan momen bahagia itu menggunakan kamera kecil miliknya
"ibu sini, main sama Liza sama ayah Bu"
"kalian aja, ibu nggak kuat lari"
"ibu payah"
"jangan sedih tuan putri ayah, kan ada ayah di sini, Kita main berdua aja ya" Aliza kecil merentangkan tangan nya minta di gendong, tanpa ragu Sadewa menggendong tubuh kecil putrinya, ia berputar-putar membuat Aliza tertawa riang
"mas, hati-hati, nanti kepala anaknya pusing Lo"
kenangan bahagia sebelum semuanya hancur berantakan, istana kecil keluarganya telah hancur, hancur berkeping-keping tidak tersisa. semua kenangan itu masih tersimpan di memori otaknya, kebahagian yang ia rasakan dulu tidak akan pernah terjadi lagi, Aliza kecil yang di limpahkan kasih sayang ke-dua orangtuanya, kini berubah menjadi Aliza dewasa yang malang, ibunya pergi untuk selamanya dan ayahnya juga sudah sangat membenci dirinya, Sadewa terus saja menuding Aliza lah penyebab kematian dari istri tercinta.
"ayah ibu, Aliza kangen"
"kapan kita bisa kumpul lagi kaya dulu, kapan Aliza dapat kasih sayang kalian lagi, Aliza sakit Bu, putri kesayangan ibu sakit, putri kesayangan ibu di siksa tanpa henti, putri kesayangan ibu di bentak setiap hari, putri kecil ibu sudah tumbuh menjadi wanita Malang, wanita yang tidak pernah di harapkan kehadirannya" Aliza memukul mukul Dada yang semakin terasa sesak.
"Aliza mau di peluk sama ibu, Aliza mau di nyanyiin lagi seperti dulu, Aliza mau di bacakan kisah nabi sebelum tidur"
"ayah, apa kabar, ayah sehat sehat aja kan di sana, maaf, aliza belum bisa jenguk ayah, tapi Aliza tidak akan pernah berhenti berdoa untuk ayah, Aliza sayang ayah, Aliza cinta ayah " Aliza peluk dengan erat bingkai foto usang yang di ambil saat usianya 10 tahun, Aliza yang duduk di pangkuan Sadewa, keluarga kecil bahagia.
*saya sangat mengharapkan dukungan Anda untuk cerita saya, dukungan Anda adalah penyemangat untuk saya*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Kiki Amanda Sahetapy
sedihhh
2023-05-06
3