Flashback beberapa jam yang lalu.
Setelah kepergian Arlan, Chila berjalan seperti orang linglung, bahkan dia tidak sadar kalau ada sepeda motor yang lewat di depannya. Sehingga tubuhnya terserempet motor tersebut hingga jatuh di aspal. Lutut nya lecet karena dia memang mengenakan rok. Sikunya juga lecet alibat insiden tersebut.
Ethan yang baru saja keluar dari kantornya tentu saja langsung menolong Chila.
"Kamu gak apa-apa kan?" tanya Ethan khawatir.
"Sakit kak" rengek Chila karena memang dia sedikit manja.
"Tunggu disini sebentar ya" ucap Ethan dan Chila pun menganggukkan kepalanya.
Ethan kemudian memanggil salah satu staff nya untuk membawa berkas-berkas yang seharusnya dia bawa ke lokasi shooting.
Staff tersebut memang tidak melihat insiden kecelakaan itu karena dia baru saja turun.
Setelah urusannya beres, Etha kemudian kembali menemui Chila dan mengantarnya ke unit kesehatan terdekat.
Saat sudah sampai di klinik kesehatan, Ethan hendak menghubungi Clara tapi sayang ponselnya kehabisan daya.
"Chila, bisa pinjam ponselmu untuk menghubungi Clara?" tanya Ethan pada Chila yang saat ini luka-lukanya sedang dibersihkan.
"Ponselku ketinggalan kak, tadi aku lupa bawa ponsel" ucap Chila.
"Kakak ke tempat kak Clara saja, nanti aku pulangnya naik taxi saja" ucap Chila pula.
Ethan tentu merasa tidak tega kalau meninggalkan Chila seorang diri disini.
"Tidak apa-apa, nanti aku antar kamu pulang sekalian" ucap Ethan kemudian.
"Kalau begitu antar aku ke rumah Papa aja ya kak. Aku mau bertemu Papa".
Ethan pun menganggukkan kepalanya.
Dan saat semua urusannya sudah selesai, Ethan pun langsung datang ke lokasi shooting untuk bertemu Clara. Siapa sangka dia malah mendengar penolakan Clara yang lebih memilih dijodohkan dengan Arlan.
...
"Apa yang terjadi Clara? Kenapa kamu bisa berkata seperti ini?" tanya Arlan pada Clara yang saat ini masih sesenggukan.
"Aku merasa pernikahan ku nanti akan sulit Ar. Ethan sangat menyukai Chila, Tidak akan ada tempat untukku di hatinya" ucap Clara sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan.
"Jangan berpikiran seperti itu, aku yakin kalau sudah ada namamu di hatinya, hanya dia belum menyadarinya saja. Percayalah padaku Clara" ucap Arlan sambil mengelus puncak kepala Clara lembut.
Kamu tidak tau saja Ar kalau baru saja Ethan memilih pergi bersama Chila. Bahkan dia tidak ingat mengabariku dan membiarkan ku menunggunya disini. Ucap Clara dalam hati.
"Kadang aku berpikir kalau dia memiliki perasaan padaku, tapi terkadang aku juga merasa kalau dia sangat membenciku. Sikapnya yang kadang baik dan kadang menyebalkan membuatku bingung Ar. Dia dengan terang-terangan mengatakan kalau dia menyukai Chila, jadi mana mungkin dia menyukai ku Ar?".
"Kamu sendiri sama kan? Apa pernah kamu mengatakan kalau kamu menyukainya? Kalau kamu sendiri tidak mengatakannya bagaimana Ethan bisa tau kalau kamu menyukainya? Cobalah tunjukkan perhatianmu pada dia. Aku berani taruhan kalau sebenarnya dia menyukaimu hanya gengsi saja dan tidak mau mengakuinya" ucap Arlan memberi saran.
"Sekarang saja dia tidak ada mengabariku" ucap Clara.
"Apa kamu sudah coba menghubunginya?" tanya Arlan.
Clara menggelengkan kepalanya.
"Hubungan itu harus ada timbal baliknya, kalau kamu hanya menunggu dia hubungan mu tidak akan berkembang. Kalian tidak bisa berhenti sekarang. Kalian harus membuat hubungan kalian berhasil" ucap Arlan terus berusaha membuka mata batin Clara.
Clara menurut, dia pun mencoba menghubungi Ethan tapi tidak terhubung.
"Ponselnya mati" ucap Clara.
"Ya sudah, sekarang kamu pulang sama aku aja ya" ucap Arlan kemudian.
Clara pun menganggukkan kepala dan ikut pulang bersama Arlan.
Beberapa menit kemudian mereka telah tiba di apartemen Clara. Arlan tidak ikut turun. Dia hanya mengantar sampai di parkiran.
Saat Clara sudah hampir masuk ke dalam gedung apartemennya, Arlan turun dan menghampiri Clara. Mereka terlibat obrolan dan diakhiri dengqn Arlan mengelus rambut Clara dengan sayang. Mereka tidak sadar kalau mobil Ethan terparkir tidak jauh dari sana.
Ethan memukul-mukul setir mobilnya dengan begitu keras. Dia kesal, marah dan kecewa pada Clara maupun Arlan.
"Arrrghhhhhh...... Kalau kalian memang saling mencintai kenapa kalian tidak bertunangan saja? Kenapa harus membawa aku ke dalam hubungan kalian??? Breng sek.....!!!!" Ethan terus memaki dan memukul setir mobilnya.
Tak pernah Ethan merasa sekesal ini.
Bolehkah dia marah sekarang? Clara adalah tunangannya tapi dia begitu dekat dengan pria lain. Tidak bolehkah Ethan marah karena hal itu?.
"Aku sudah begitu berkomitmen pada hubungan kita, aku tidak pernah dekat dengan wanita lain selain kamu. Tapi kenapa kamu tidak berusaha menerima aku? Kenapa kamu malah menyukai Arlan?" Ethan kembali memaki-maki.
"Arghhhh...."
"Fu ck...!!!".
"Fu ck...!!!".
Dengan penuh amarah Ethan kemudian meninggalkan apartemen Clara. Dia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh. Dia sama sekali tidak memiliki arah tujuan.
Bebeberapa kali dia menyalip mobil di depannya hingga dia mendapatkan umpatan dan juga pekikan suara klakson kendaraan yang dia salip.
Ethan kemudian memilih untuk menenangkan dirinya di pantai saja. Ethan berharap suara deburan ombak bisa menenangkan sedikit suasana hatinya yang kacau balau saat ini.
"Arggggh....." Ethan berteriak di tepi pantai yang sudah sepi pengunjung. Tak heran karena hari sudah begitu larut.
Ethan kembali mengingat-ingat kata-kata Clara yang memilih dijodohkan dengan Arlan saja.
"Sakit hatiku mendengar kata-kata itu. Apakah kebersamaan kita selama ini tidak berarti untukmu? Apa sebegitu tidak sukanya kamu padaku?".
Ethan mendudukkan dirinya di pasir pantai. Dia memukul-mukul pasir tersebut untuk meluapkan sakit hatinya.
"Tidak bisakah kamu membuka sedikit saja hatimu untuk menyukai aku? Aku tidak memintamu untuk serta merta mencintaiku. Aku hanya ingin kamu sedikit menerima hubungan kita. Tidak bisakah itu Clara?" Ethan memaki-maki seolah sekarang dia sedang berbicara dengan Clara saat ini.
....
"Sayang, apa Ethan bersama kamu?" tanya Vania melalui sambungan telepon.
"Ethan belum pulang ya ma?" tanya Clara khawatir. Dia sudah coba menghubungi Ethan lagi tadi tapi tidak aktif juga.
"Belum sayang, ponselnya juga tidak aktif. Tidak biasanya Ethan seperti ini" ucap Vania sangat khawatir.
"Aku coba hubungi anak-anak di lokasi shooting dulu ya ma" ucap Clara agar Vania tidak terlalu khawatir.
"Iya sayang, nanti kabari mama ya. Mama kira Ethan sama kamu" ucap Vania.
"Tidak ma, tadi kami di lokasi berbeda" bohong Clara.
"Ya sudah nanti jangan lupa kabari Mama".
"Iya Ma, Aku tutup dulu ya ma".
Saat panggilan sudah terputus, Clara langsung menghubungi adiknya. Beberapa kali Clara menghubungi ponsel Chila tapi tidak ada yang mengangkat.
"Mereka sebenarnya kemana sih?".
Pikiran Clara sudah kemana-mana.
"Tidak, mereka tidak mungkin kan melakukan hal buruk? Tidak aku yakin itu tidak mungkin . Aku percaya Ethan bukan pria seperti itu".
Clara semakin cemas apalagi ponsel keduanya tidak bisa dihubungi.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments