Ethan membolakan matanya mendengar jawaban Gavin.
“Ya tidak bisa gitu dong Om! Mana mungkin aku setega itu, gimana perasaan anak aku dan juga Clara nanti kalau aku mendekati Chila?” protes Ethan tak terima.
“Itu kamu paham? Itu artinya kamu harus bisa menjaga hati kamu hanya untuk Clara” tegas Gavin.
“Tapi kenapa harus Clara Om? Kenapa tidak Chila?”Ethan mengungkapkan protesnya lagi.
“Karena Chila tidak akan mau sama kamu. Kalau Clara penurut dia pasti mau jadi istri kamu” jawab Gavin santai.
“Tapi Om, Kenapa bukan Arlan? Kenapa harus Aku Om?” Ethan belum menyerah.
“Kamu tanyakan saja pada Arlan, kenapa bukan dia” jawab Gavin terdengar malas-malasan.
“Mulai sekarang jangan panggil Om lagi, panggil Papa ya” ucap Gavin yang saat itu juga langsung berdiri dan meninggalkan Ethan dengan kegamangannya. Bagi Ethan berbicara dengan Gavin ternyata lebih sulit daripada berbicara dengan orang tuanya sendiri.
Ethan keluar dari ruang kerja Gavin dengan pikiran yang bercabang kemana-mana. Yang saat ini ada dalam pikiran Ethan adalah kenapa bisa bukan Arlan? Kenapa harus dirinya? Dan kenapa harus dijodohkan?.
Dengan langkah gontai Ethan menghampiri Arlan yang duduk di ruang TV seorang diri. Clara sudah kembali ke apartemennya lebih dulu tanpa berpamitan.
"Ayo kita pulang" ajak Arlan saat dia melihat kedatangan sahabatnya.
"Tunggu Ar, katakan padaku kenapa kamu tidak memperjuangkan cintamu?" tuntut Ethan. Dia masih belum paham apa yang ada dalam pikiran Arlan.
Arlan hanya tersenyum saja dan enggan menjawab pertanyaan Ethan. Dia berjalan lebih dulu keluar rumah.
Di dalam perjalanan baik Arlan maupun Ethan tidak ada yang berucap satu patah katapun. Keduanya larut dalam pikiran masing hingga tanpa terasa Ethan sudah sampai di depan rumahnya.
"Ethan, Apapun alasanku. Aku mohon kamu jangan menyakiti Clara. Dia gadis baik-baik"ucap Arlan sebelum Ethan keluar dari mobil tersebut.
Ethan tidak menjawab. Menolehpun dia tidak. Tanpa sepatah katapun dia keluar dari mobil tersebut, menyisakan Arlan yang hanya bisa menghela nafas berat.
....
Sungguh hari ini begitu menyesakkan bagi Clara. Kata-kata tidak berperasaan yang di dengar sendiri dari mulut Gavin membuat Clara begitu kecewa. Betapa tega papanya berkata seperti itu seolah dirinya tidak mempunyai perasaan. Clara hanya manusia biasa yang bisa marah, bisa sedih dan juga bisa bahagia. Tapi kenapa Gavin seolah tidak mempedulikan itu semua? Gavin hanya memperhatikan kebahagian Chila seorang.
Bolehkah Clara merasa benci pada Papa dan Adiknya?.
Bolehkah dia tidak lagi mempedulikan perasaan kedua orang itu?.
Sampai saat ini sejujurnya Clara belum bisa percaya dengan omongan orang-orang, tapi mendengar sendiri bagaimana dengan teganya Gavin mengijinkan Ethan mendekati Chila setelah Clara memiliki anak membuat Clara semakin mempercayai hal tersebut.
Apa yang harus Aku lakukan Tuhan? Haruskah aku menerima saja perjodohan ini?.
Haruskah aku pasrah saja menerima ini semua?.
Tidak..Aku tidak boleh pasrah.. Aku harus menjaga harga diriku. Tidak akan aku biarkan orang-orang seenaknya saja padaku.
Aku adalah manusia.
Aku juga punya hati.
...
Pagi-pagi sekali, Ethan sudah menjemput Clara di apartemennya. Dia tidak memberitahukan terlebih dahulu tapi langsung menjemput.
Ethan adalah tipe pria yang berkomitmen, walau dia tidak mencintai Clara tapi dia tetap harus memperlakukan Clara layaknya calon tunangam karena dia sudah menerima perjodohan tersebut.
Ethan yang sudah mengetahui kode apartemen Clara langsung masuk begitu saja tanpa menekan bel terlebih dahulu. Saat itu Clara masih berada di dalam kamarnya. Sepertinya dia masih bersiap-siap.
Di atas meja sudah terhidang roti bakar dan juga juice jeruk walau hanya satu porsi saja. Dengan tidak tau malu seperti biasa, Ethan langsung memakan sarapan tersebut. Menurutnya nanti Clara bisa membuat lagi. Tapi juice jeruk tersebut tidak Ethan minum. Ethan lebih suka minum susu pagi-pagi. Dia berjalan menuju lemari pendingin dan mengambil susu lowfat yang ada disana kemudian kembali ke meja makan.
Clara yang baru saja keluar dari kamarnya tentu saja terkejut melihat kedatangan Ethan. Tapi Ethan lebih terkejut karena ini pertama kalinya dia melihat Clara mengenakan dress.
"Ngapain kamu kesini?" tanya Clara ketus.
"Ya jemput calon tunangan aku lah" jawab Ethan santai.
Cih.
Clara berdecih kesal.
"Tidak usah berpura-pura. Aku tau kamu tidak setuju dengan perjodohan kita. Kamu menyukai Chila kan?" ucap Clara sambil menarik kursi dan duduk di depan Ethan.
Clara meminum jus nya tanpa bersisa dan mengambil roti gantung tanpa selai dan langsung dia makan.
"Oh..kamu sudah tau rupanya. Syukurlah kalau begitu" sahut Ethan pula.
"Jadi apa maumu sekarang?" tanya Clara tanpa basa basi.
"Ya melanjutkan perjodohan ini dengan terpaksa" jawab Ethan tegas.
"Hah? Kenapa segampang itu kamu menyerah? Berjuang dong!" protes Clara.
"Kalau kamu bisa silahkan kamu yang berjuang! kalau kamu bisa otomatis kita tidak harus bertunangan" jawab Ethan karena memang dia sudah tidak bisa lagi menentang kedua orang tuanya yang sudah dari dulu sangat menyukai Clara.
Clara mengepalkan tangannya. Benci sekali dia dengan pria pasrah seperti Ethan.
Tuhan...aku mohon jangan biarkan aku jatuh cinta pada pria yang tidak mencintaiku ini. Doa Clara dalam hati.
Selesai sarapan mereka pun berangkat bekerja bersama.
"Ingat ya Clara, kalau ada Mama kamu juga harus berpura-pura baik padaku. Aku tidak mau Mama berpikiran kalau aku jahat padamu. Mama sudah terus mengancamku kalau sampai kamu bersedih. Apalagi Arlan, dia juga menitipkan kamu padaku. Kenapa kamu tidak memperjuangkan cinta kalian sih?" ucap Ethan panjang lebar sambil tetap fokus mengemudi.
"Memperjuangkan cinta apa maksudmu? Dasar aneh" balas Clara lalu kembali melihat pemandangam diluar sana.
Bodoh ! Jelas -jelas Arlan begitu menyukai dia. Dasar cewek tidak peka. Dumel Ethan dalam hati.
Baik Ethan maupun Clara memilih diam dalam perjalanan hingga 20 menit kemudian mereka tiba di perusahaan. Arlan yang melihat Ethan dan Clara datang bersama hanya bisa tersenyum getir. Arlan masih berusaha menerima kalau Clara memang bukanlah jodohnya.
"Pagi" Arlan menyapa calon pasangan tunangan itu dengan tersenyum ramah.
"Pagi Ar" balas Clara begitu pula Ethan melakukan hal yang sama.
"Kapan pertunangan kalian diselenggarakan?" tanya Arlan pula.
"Bukannya harusnya kamu yang lebih tau?" tanya Ethan menyindir. Dia masih kesal karena perjodohannya dengan Clara ditutup rapat-rapat oleh Arlan padahal mereka sudah berteman baik sejak masih di dalam kandungan.
Arlan hanya terkekeh saja kemudian merangkul sahabatnya agar tidak merajuk lagi untuk masuk ke dalam ruangan mereka.
"Aku tidak suka karena kamu sudah menutup-nutupi ini dari ku" ucap Ethan mengungkapkan kekesalannya.
"Maafkan aku, kamu harus mengerti posisiku " ucap Arlan meminta pengertian Ethan.
Ethan tidak menjawab karena dia seperti tidak mengenali lagi sahabatnya itu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments