Hari ini seperti biasa setiap sebulan sekali Gavin, Mandey dan Brin akan mengajak keluarga mereka untuk mengunjungi panti asuhan serta panti jompo untuk membagikan pakaian, makanan, mainan dan keperluan pokok lainnya. Jika biasanya Chila akan malas-malasan untuk ikut tapi kali ini dia sangat bersemangat karena panti asuhan yang dikunjungi adalah tempat kenangannya bersama sang Mama. Mamanya dulu sering mengajak dia disana hingga Chila mendapatkan teman dekat yang masih menjadi teman dekatnya hingga sekarang.
Saat tiba di panti asuhan, Mandey sudah lebih dulu tiba disana. Seperti biasa dia mengajak istri dan kedua anaknya. Arlan dan Audrey yang usianya hampir sama dengan Chila. Tak lama setelahnya Brin, istrinya dan Ethan pun tiba. Dan seperti biasa Gavin akan paling terlambat datang bila Chila ikut bersama karena dia akan berlama-lama merias diri.
Clara dan juga Chila keluar dari mobil secara bersama-sama. Chila akan mengenakan dress dan rambutnya akan ditata dengan begitu cantik, sedangkan Clara lebih simpel karena seperti biasa dia hanya akan mengenakan kemeja serta celana jeans. Tapi wajah keduanya sama-sama cantik dan bersinar. Clara cantik seperti mamanya sedangkan Chila lebih mirip dengan Gavin. Keduanya cantik dengan ciri khas masing-masing.
Seperti biasa, Arlan akan menghampiri kedua kakak beradik tersebut.
“Hai cantik-cantikku, selamat pagi” sapanya dengan tersenyum.
“Pagi kak” sapa Chila ramah seperti biasa dan Clara juga melakukan hal yang sama walau senyumnya tidak secerah mentari.
Ditempatnya Ethan melirik malas-malas pada gadis yang bisa dibilang dia tidak sukai itu. Gadis yang dia beri sebutan si jutek.
“Cewek jutek dan pelit senyum sudah datang” gumam Ethan dalam hati.
Acara penyerahan bantuan itu pun dimulai. Clara seperti biasa memang bisa diandalkan. Dengan cekatan dia membagikan bingkisan itu kepada anak-anak panti.
“Chila bisa minta tolong ambilkan bingkisan yang berwarna biru di mobil?” tanya Clara pada adiknya.
“Iya kak” jawab Chila dan langsung menuju parkir.
Saat membagikan bingkisan mainan ternyata ada satu anak yang belum dapat hingga dia menangis. Di dalam mobil ada tersisa satu kado berwarna biru yang sebenarnya akan Clara berikan kepada anak salah satu pekerja di rumah. Clara berpikir daripada anak ini menangis lebih baik untuk yang dirumah bisa dibelikan lagi nanti. Tapi Chila malah salah mengambil bingkisan, dia mengambil bingkisan yang harusnya dibawa ke panti jompo.
“Chila, kakak kan sudah bilang yang warna biru” ucap Clara penuh penekanan. Clara tidak membentak hanya sorot matanya membuat Chila takut. Ethan yang melihat itu langsung menghampiri.
“Tidak usah marah-marah seperti itu, kalau tidak ingin salah harusnya kamu ambil sendiri” ucap Ethan membela Chila.
Clara menghela nafas, dia tidak mau berdebat dan berjongkok terlebih dahulu agar sejajar dengan anak kecil yang tadi tidak kebagian kado.
“Tunggu ya , kakak ambilkan dulu kadonya” ucap Clara sambil tersenyum tipis kemudian bergegas menuju mobilnya.
Anak itu sudah nampak berkaca-kaca, Chila yang memang gampang terbawa suasana pun ikut menangis. Dia berjongkok dan menangkan anak tersebut. Ethan yang melihat itu begitu terpesona dengan sosok Chila yang begitu keibuan. Sangat berbanding terbalik dengan Clara yang judes.
Arlan menepuk pundak Ethan yang masih terpesona pada Chila.
“Sudah jangan lama-lama terpesonanya” ucap Arlan dengan terkekeh. Ethan memelototkan matanya dan segera pergi dari sana. Tak lama setelah kepergian Ethan, Clara pun datang dengan membawa bingkisan berwarna biru untuk anak kecil itu hingga dia tidak menangis lagi. Anak kecil itu mengucapkan terima kasih dan bergabung dengan anak-anak yang lain.
Setelah acara di panti asuhan selesai, mereka beristirahat di salah satu restoran dan makan siang bersama. Disana Ethan kembali terpesona melihat Chila yang begitu dekat dengan Papanya. Dia menyiapkan makan untuk Papanya dan mengobrol layaknya Ayah dan anak. Sangat berbeda dengan Clara yang memilih diam saja dan terus menikmati makannya.
“Clara, dimana rencananya kamu akan melanjutkan study?” tanya Vania , Mama Ethan.
“Mereka bertiga akan melanjutkan pendidikan di universitas yang sama sayang” Brin, Papa Ethan yang menjawab.
“Wah bagus kalau begitu. Kamu jaga ya Ethan disana. Jangan sampai dia terjerumus pergaulan bebas” ucap Vania pula.
“Mama” protes Ethan kesal.
Vania hanya tertawa saja menanggapi protes putra semata wayangnya. Daripada mempedulikan ocehan Mamanya, Ethan memilih memandangi wajah Chila yang begitu teduh dan selalu tersenyum itu. Apalagi sikap manjanya itu sangat Ethan sukai. Berbeda sekali dengan Clara yang apa-apa bisa dia lakukan sendiri. Setiap mengingat Clara entah kenapa Ethan rasanya selalu ingin marah saja.
Hem.
Arlan sengaja menggoda Ethan yang dari tadi terlihat begitu terpesona pada Chila. Ethan yang ketahuan memandangi Chila lalu berpura-pura melihat ke arah lain. Dan sialnya matanya bertatapan tanpa sengaja dengan Clara, tapi Clara dengan cepat memalingkan wajahnya. Wajah Clara yang biasanya ketus dan dingin itu saat itu terlihat berbeda dari biasanya. Ada sorot mata sendu yang terlihat disana dan Ethan tidak tau apa alasannya.
….
Arlan dan Clara duduk di pinggir danau sambil sesekali melemparkan batu kecil ke dalam kubangan air yang berwarna hijau itu. Tangan Arlan terulur dan merangkul pundak Clara.
“Kenapa?” tanya Arlan pada Clara.
Clara hanya menggeleng lalu tersenyum tipis.
Arlan melepas rangkulannya dan memegang kedua pundak Clara.
“Aku sangat tau kamu Clara, jangan bohong” ucap Arlan tidak percaya.
Clara menghela nafas berat.
“Kenapa ya aku merasa Papa tidak menyayangiku?” tanya Clara dengan air mata yang kini sudah menggenang di pelupuk matanya. Clara menengadahkan wajahnya agar air mata itu tidak sampai terjatuh.
Arlan membawa Clara ke dalam pelukannya.
“Itu hanya perasaanmu saja. Aku yakin Om Gavin menyayangi kalian sama rata” ucap Arlan menenangkan.
Clara menggeleng dalam pelukan Arlan.
“Tidak Ar. Papa tidak pernah sayang padaku. Setiap melihatku entah kenapa Aku merasa Papa terlihat menahan amarah. Sepertinya Aku hanya beban buatnya. Kamu tidak akan mengerti apa yang aku rasakan Ar karena kedua orang tuamu begitu menyayangimu” ucap Clara yang sudah berkaca-kaca.
Arlan mengelus-elus pundak Clara. Arlan tau kalau sekarang Clara hanya perlu tempat untuk mengeluarkan isi hatinya. Arlan cukup diam dan mendengarkan.
Ethan yang dari tadi mencari keberadaan Arlan mengernyitkan kening karena melihat Arlan tengah memeluk Clara yang sepertinya sedang menangis.
“Clara kenapa ya? Kenapa dia menangis? Bukannya dia gadis yang begitu kuat? Bahkan saat Mamanya meninggal pun dia tidak menangis” gumam Ethan dalam hati. Ethan pun mengurungkan niatnya untuk menghampiri Arlan. Ethan berpikir kalau dia kesana Clara akan malu bila menangis jadi Ethan memilih pergi saja dari sana.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
nanny
lanjut up nya thor
2023-03-21
1