Ethan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju kantor Papanya. Sama seperti Clara, orang tua Ethan juga mendidik Ethan dengan keras. Itulah mengapa Ethan merasa dia sangat tidak cocok dengan Clara karena mereka sama-sama memiliki sifat yang keras, tidak mau kalah dan ingin menang sendiri. Sifat-sifat yang lebih mementingkan ego daripada perasaan orang lain.
40 Menit waktu yang Ethan perlukan untuk sampai di perusahaan Papanya. Jalanan yang begitu macet menjadi penyebab perjalanan menjadi lebih lama. Biasanya tidak sampai 25 menit waktu diperlukan dari kampus menuju Brin Group tapi kini menjadi semakin lama karena macet tersebut.
Ethan menghempaskan tubuhnya di sofa panjang yang ada di ruangan Papanya. Rasanya dia begitu lelah setelah berkutat dengan bimbingan skripsinya.
Brin, Papa Ethan hanya geleng-geleng melihat tingkah laku putra semata wayangnya yang terlihat malas-malasan itu.
“Bagaimana skripsimu?” tanya Brin tanpa melihat pada putranya. Dia sibuk mengecek laporan yang sudah menumpuk di atas mejanya.
“Tinggal revisi sedikit saja, dua minggu lagi aku sudah sidang” jawab Ethan santai.
“Baguslah kalau begitu, Papa dengar Clara juga sudah mau sidang” ucap Brin menimpali.
Ini salah satu alasan kenapa Ethan semakin tidak menyukai Clara. Ethan selalu saja dibanding-bandingkan dengan gadis itu. Clara pintar , Clara ini, Clara itu sampai-sampai Ethan begitu bosan mendengarnya.
….
Ditempat berbeda, Arlan sudah sampai di kediaman Gavin Alexander alias Papa dari Clara dan Chila. Arlan memang sudah sering bermain ke rumah ini. Bahkan dia sudah menganggap rumah itu seperti rumahnya sendiri. Satpam dan juga IRT disana sudah sangat akrab dengannya. Dengan tersenyum Arlan memasuki rumah tersebut dan penyapa siapa saja yang dia temui termasuk Chila yang saat ini duduk di ruang TV seorang diri dengan wajah sembabnya.
“Hey.. adik manis, kenapa wajahmu begitu?” tanya Arlan pura-pura tidak tau. Dia duduk disebelah Chila sambil merangkul pundaknya. Tapi Chila dengan cepat melepas rangkulan tersebut.
Chila memperlihatkan cincin yang melingkar di jari manisnya.
“Maaf kak aku sudah punya pacar, jangan peluk-peluk aku sembarangan lagi ya” ucap Chila yang tentu saja membuat tawa Arlan langsung pecah seketika.
“Ha ha ha…” Alan benar-benar tidak bisa menahan tawanya. Dia tertawa dengan begitu kencangnya sampai perutnya terasa sakit. Expresi wajah Chila begitu menggemaskan saat mengatakan itu dan itu membuat Arlan semakin tidak bisa menahan tawanya.
Tawa keras Arlan tentu sampai terdengar dari kamar Clara yang memang letaknya di lantai satu. Clara keluar dari kamarnya menggunakan setelan kerja karena dia akan ke kantor Papanya. Clara mengerutkan kening melihat sahabatnya tertawa terpingkal-pingkal.
“Apanya yang lucu?” tanya Clara mendekati keduanya.
Chila yang masih marah pada kakaknya tidak menjawab. Dia langsung bangkit dan pergi begitu saja meninggalkan Arlan yang masih tertawa.
Melihat kedatangan Clara yang sudah sangat rapi membuat Arlan segera menghentikan tawanya. Dia berdiri dan merangkul pundak Clara seperti biasa.
“Tadi aku merangkulnya seperti ini dan dia malah memperlihatkan cincinnya padaku. Katanya dia sudah memiliki kekasih” ucap Arlan menjelaskan., “Adikmu memang lucu sekali” lanjutnya.
“Ohh..” Clara menimpali dengan satu kata “Oh” saja seolah tidak tertarik.
“Kamu mau ke kantor Om Gavin ya?” tanya Arlan pula dan Clara pun menganggukkan kepala sebagai jawaban.
“Kalau begitu mari pergi bersama, Aku juga mau bertemu Papa. Katanya Papa juga sedang disana” ucap Arlan yang tanpa menunggu jawaban Clara langsung menarik gadis itu untuk keluar bersamanya. Arlan sudah sangat hafal rutinitas Clara, makanya dia sengaja datang agar bisa mengajak gadis itu pergi bersama.
…
“Jangan terlalu keras pada adikmu” tegur Arlan saat mereka sudah dalam perjalanan menuju Alexander Group.
“Aku hanya tidak ingin dia dimanfaatkan Agnes. Aku tau bagaimana mental Chila, dia tidak akan bisa berteman dengan Agnes. Yang ada dia hanya akan dijadikan bulan-bulanan. Agnes akan memerintah Chila untuk melakukan apapun yang dia mau. Awalnya memang dia baik-baikin Chila tapi lama-lama sifat aslinya akan keluar. Andai Chila tidak selemah sekarang aku tidak akan membatasi dia berteman dengan siapa saja. Kamu tau sendiri Chila sepolos apa kan?” ucap Clara membalas ucapan Arlan.
Arlan pun menganggukkan kepalanya mengerti.
“Saranku biarkan saja Chila berteman dengan Agnes, setelah dia merasakan sendiri bagaimana Agnes baru dia akan mempercayai semua ucapanmu. Kadang kita harus membiarkan orang merasakan sakitnya terjatuh agar kedepannya orang tersebut bisa berhati-hati” ucap Arlan sambil mengelus rambut Clara dengan sayang.
Clara pun tersenyum tipis sambil menganggukkan kepalanya. Arlan memang sudah seperti kakaknya sendiri karena Arlan sangat mengerti dirinya dengan baik. Sangat berbeda dengan Ethan yang selalu saja berburuk sangka padanya.
….
Ternyata Ethan dan Papanya juga pergi ke perusahaan Alexander Group. Gavin, Brin dan Mandey (Papa Arlan) memang melakukan pertemuan. Rencananya mereka akan membuat anak perusahaan baru dengan pemegang sahamnya anak mereka masing-masing. Nanti setelah ketiganya lulus S2 mereka bertiga akan menjalankan perusahaan tersebut.
“Ini mereka datang” ucap Gavin saat melihat putrinya dan juga Arlan memasuki ruangan. Diruangan itu sudah ada Ethan, Gavin, Brin dan Mandey. Ethan menekuk wajahnya melihat Arlan merangkul pundak Clara. Bukan dia cemburu, sama sekali tidak. Hanya saja Arlan sudah berbohong karena mengatakan akan dirumah saja tetapi dia malah datang bersama Clara.
“Kenapa bisa barengan?” tanya Mandey penasaran.
“Aku jemput Clara ke rumahnya saat Papa chat aku untuk kesini. Aku pikir Clara pasti juga akan kesini. Biar barengan” jawab Arlan dengan tersenyum.
“Oh…kamu ini bisa saja” ucap Mandey yang sudah tau akal bulus anaknya.
Sepanjang diskusi tersebut Ethan hanya diam saja. Entah terlalu fokus atau masih kesal karena Arlan membohonginya. Yang jelas mood nya sangat jelek saat itu.
Arlan menyikut lengan Ethan karena sahabatnya tidak menyapanya sama sekali padahal sudah hampir tiga puluh menit mereka duduk bersebelahan.
Ethan menoleh sebentar kemudian kembali fokus mendengarkan penjelasan Gavin. Arlan mengerutkan keningnya. Dia yang sudah mengenal Ethan dari lama tentu sangat tau kalau sahabatnya itu sedang marah.
Arlan kembali menyikut lengan Ethan tapi lagi-lagi Ethan tidak merespon.
“Kamu marah?” bisik Arlan pelan.
Ethan pura-pura tidak mendengar, dia kembali fokus dengan penjelasan Gavin.
“Kamu cemburu?” hanya itu yang terlintas dipikiran Arlan.
Mendengar itu tentu saja membuat Ethan begitu murka. Dia menatap tajam ke arah Arlan. Dia tidak suka mendengar kata cemburu itu keluar dari mulut Arlan.
“Bacot” ucap Ethan sambil menyikut lengan Arlan. Sayang aksi itu dilihat oleh Brin. Dia pun menegur putranya.
“Ethan, lihat lah Clara, fokus dalam bekerja. Ini bukan waktunya main-main” ucap Brin menegur putranya.
Ethan mendengus sebal.
Selalu saja dibandingkan dengan cewek kasar itu. Gumam Ethan dalam hati.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments