Selesai acara makan-makan, Vania mengajak semua anggota keluarga untuk mengikuti games.
Permainan yang sengaja Vania pilih adalah berebut kursi.
Permainan ini adalah permainan yang cukup populer dan dapat dimainkan bersama anak-anak dan orang dewasa. Cara memainkannya adalah dengan menyiapkan beberapa kursi atau bantal yang diletakkan dengan bentuk melingkar. Semua peserta akan diminta untuk menari sambil mengelilingi bantal atau kursi tersebut dengan bantuan iringan musik.
Ketika musik berhenti, pemain akan diminta untuk berebut kursi dan duduk di kursi atau bantal yang telah tersedia. Pemain yang tidak mendapatkan kursi akan diminta untuk keluar dari permainan. Permainan ini berlanjut hingga tersisa satu orang pemenang.
Permainan awal dimulai dengan 5 kursi dan 6 peserta. Vania sengaja memilih siapa saja yang ikut bermain, Dia memilih yang usianya muda-muda. Ethan, Clara, Arlan, Chila dan dua sepupu Ethan.
Gabriella sepupu Ethan memutar musik dan meminta semua peserta untuk menari. Hingga di menit kedua musik dimatikan sehingga semua peserta harus menduduki kursi. Clara yang memang gesit dengan cepat mendapatkan kursinya , begitu pula yang lain kecuali Digo sepupu Ethan yang keduluan hingga dia yang paling pertama kalah dalam pertandingan. Hal itu terus berlanjut hingga satu persatu kalah, yang kedua Arlan yang kalah dan yang ketiga Carina sepupu Ethan. Kini tinggal tiga peserta lagi, Chila, Clara dan Ethan. Posisi Chila paling depan setelahnya Ethan dan paling belakang Clara.
Gabriella sengaja memutar musik agak lama sehingga ketiga peserta sudah lumayan lelah. Hingga tiba-tiba music dimatikan dan tanpa sengaja Ethan mundur kebelakang dan mendorong Clara, agar Chila mendapatkan tempat duduk.
Sejujurnya itu hanya gerakan reflek saja tapi tentu saja sangat membekas bagi Clara karena calon tunangannya sendiri mendorong dirinya untuk melindungi Chila.
Clara begitu kesakitan efek dorongan Ethan.
"Clara..." Vania sampai berteriak melihat Clara terjatuh. Detik itu juga Ethan baru tersadar kalau dia telah mendorong Clara. Ethan langsung berbalik dan hendak menolong Clara tapi Arlan sudah lebih dulu melakukannya. Arlan membantu Clara berdiri dan mengajaknya duduk kepinggir. Wajah Clara terlihat sekali kalau dia sedang menahan sakit tapi dia masih bisa mengatakan tidak apa-apa dan tersenyum pada siapa saja yang bertanya keadaannya.
Ethan ingin menghampiri Clara tapi Gabriella tidak membiarkannya, Ethan harus tetap melanjutkan permainan sampai selesai. Saat game terakhir pandangan Ethan terus tertuju pada Clara yang memegang punggung bagian bawahnya. Ethan tidak menyangka kalau dorongan refleknya begitu keras. Karena tidak fokus akhirnya permainan pun dimenangkan oleh Chila.
Setelah permainan berakhir, Ethan langsung menghampiri Clara.
"Clara, maafkan aku ya. Sumpah aku tidak sengaja" ucap Ethan merasa bersalah.
Clara menganggukkan kepala tanda tidak masalah.
"Yang mana yang sakit?" tanya Ethan terlihat khawatir.
"Tidak ada" jawab Clara pula.
Ethan lebih senang mendengar ocehan Clara daripada seperti ini. Bibir Clara tersenyum tapi tidak dengan matanya.
Sungguh Ethan tidak bermaksud untuk itu. Tidak mungkin dia sengaja mendorong calon tunangannya sendiri. Walau Ethan belum memiliki perasaan pada Clara tapi Ethan tetap akan menjaga perasaannya.
Ethan duduk disebelah Clara dan kembali menanyakan tentang keadaannya tapi setiap Ethan bertanya jawaban Clara selalu tidak apa-apa.
Vania pun kemudian menghampiri keduanya dan memukul bahu putranya cukup keras.
"Segitu semangatnya kamu ikut lomba sampai tidak sadar kalau dibelakang kamu ada calon istrimu?" ucap Vania mengomel.
"Aku tidak sengaja Ma" ucap Ethan menjawab omelan Mamanya.
"Nggak apa-apa Ma. Aku tidak apa-apa kok" ucap Clara menimpali.
Tapi Vania tetap saja memukuli bahu putranya sampai Ethan mengaduh kesakitan.
"Sudah ma, tidak apa-apa. Aku tidak sakit" ucap Clara sambil berusaha menahan pukulan Vania pada Ethan.
Vania mengelus pipi Clara. Dia sangat mengerti bagaimana perasaan Clara. Vania yakin bukan tubuhnya yang sakit tapi hatinya. Siapa yang tidak sedih calon tunangan sendiri lebih membantu orang lain? Apalagi orang tersebut adalah orang yang calon tunangan kita sukai.
"Maafin Ethan ya sayang" ucap Vania berasa bersalah.
Clara mengangguk sambil tersenyum. Melihat itu tambah bersalah sudah Ethan saat ini.
Ethan meraih tangan Clara kemudian menggenggamnya erat.
"Clara, Maafkan Aku ya" Ethan tidak bisa menutupi rasa bersalahnya. Mungkin ini pertama kali Clara melihat wajah memelas Ethan yang seperti ini.
Clara pun mengangguk sambil tersenyum.
"Aku antar pulang ya? Apa mau ke dokter?" tawar Ethan pula.
Clara menggeleng.
"Biar aku pulang sama Chila dan Arlan saja ya. Acaranya kan belum selesai" jawab Clara.
Ethan menggeleng. Tidak tenang rasanya kalau dia tidak mengantar Clara.
"Ayo aku antar pulang, kita pamit dulu ya sama keluarga aku" ucap Ethan sambil membantu Clara berdiri.
Setelah berpamitan, Ethan pun mengantar Clara pulang lebih dulu.
"Kakak tidak apa-apakan?" tanya Chila cemas. Saat ini mereka sudah di depan mobil masing-masing.
"Gak papa" jawab Clara tersenyum.
Sudah beberapa kali Ethan melihat Clara tersenyum sepanjang sore ini tapi entah kenapa dia malah lebih suka melihat Clara yang marah-marah. Clara yang sekarang seperti bukan dirinya.
Sebelum ke apartemen, Ethan sengaja mampir ke apotek untuk membeli salep untuk Clara. Dia juga mengantar Clara sampai ke dalam apartemen.
"Aku gak apa-apa Ethan, kamu pulanglah" ucap Clara lagi-lagi tersenyum.
"Kamu kenapa tidak marah-marah seperti biasanya? Aku sudah lama mengenalmu Clara, Aku lebih senang melihatmu marah-marah daripada sekarang. Sumpah tadi aku tidak sengaja. Maafkan Aku" ucap Ethan penuh mohon.
"Bukannya kamu yang melarang aku bila terus-terusan marah? Apalagi ketika aku menasehati Chila? Aku hanya berusaha menjadi apa yang orang inginkan" jawab Clara dengan tersenyum.
Deg.
Ethan rasanya benar-benar tertampar.
"Maafkan Aku Clara, Aku hanya kasihan pada Chila yang terus kamu beri kata-kata pedas. Maafkan aku" hanya maaf saja yang saat ini bisa Ethan katakan.
"Iya aku paham. Aku mengerti kalau kamu tidak bisa melihat orang yang kamu cintai diperlakukan kasar. Tapi satu hal yang harus kamu tau. Aku menyayangi adikku. Tidak mungkin aku berlaku buruk kalau memang bukan untuk kebaikannya".
Lagi kata-kata menohok dari Clara membuat Ethan semakin merasa bersalah.
Apa selama ini aku sudah keterlaluan ya padanya? Gumam Ethan dalam hati.
"Pulanglah Ethan, Acara ulang tahun Mama Vania kan belum selesai. Kapan lagi bisa berkumpul dengan keluarga " ucap Clara yang mengusir Ethan secara halus.
Ethan tidak bisa berkata-kata lagi. Dia pun meninggalkan apartemen Clara dengan mengucapkan permohonan maaf sekali lagi.
"Aku pulang ya, Sungguh Aku minta maaf atas semuanya" pamit Ethan.
Clara pun menganggukkan kepalanya.
Ethan menghela nafas kemudian keluar dari apartemen Clara masih dengan rasa bersalah.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments