Hingga jam 10 malam waktu setempat Clara belum juga kembali. Arlan yakin sekali kalau Clara tidak sedang dalam urusan kuliahnya. Arlan mondar mandir di depan pintu sambil terus melirik jam di pergelangan tangannya. Ethan yang sedang duduk di ruang TV pun hanya geleng-geleng kepala melihat sikap Arlan yang menurutnya berlebihan.
“Kenapa tidak di telpon saja?” ucap Ethan memberi saran.
“Tidak diangkat, Aku jadi khawatir. Dia juga tidak memiliki teman dekat disini” jawab Arlan yang memang terlihat begitu cemas.
“Memangnya sejak kapan dia mempunyai teman dekat selain kamu?” bati Ethan.
“Mau nyusulin dia tapi aku tidak tau dia dimana” lanjut Arlan yang sudah benar-benar khawatir.
Arlan kembali mondar mandir dan terus berusaha menghubungi Clara. Tak lama kemudian pintu apartemen pun dibuka dari luar. Clara masuk dengan langkah gontai. Di tangannya banyak terdapat tumpukan buku-buku. Arlan mendekat dan langsung membawa Clara ke dalam pelukannya. Dia begitu khawatir pada Clara.
Ethan yang melihat Arlan memeluk Clara hanya bisa menahan nafas.
“Padahal yang dari dulu di jodoh-jodohkan dengan Clara itu aku, tapi yang dekat malah Arlan.” ucap Ethan dalam hati.
“Kamu kemana saja?” tanya Arlan sambil membantu membawakan buku-buku Clara.
“Aku ada penelitian dengan Mr Smith” jawab Clara sambil menghempaskan tubuhnya di sofa tepat disebelah Ethan.
“Aku sangat khawatir, lain kali jangan mengabaikan panggilan ku ya” ucap Arlan yang berdiri sambil menundukkan wajahnya menatap Clara yang terlihat begitu kelelahan itu. Clara pun menganggukkan kepalanya dengan cepat.
….
Hari demi hari berlalu dengan cepatnya. Liburan musim dingin pun tiba. Arlan sudah lebih dulu kembali ke negeri tercinta. Sedangkan Ethan masih ada sedikit urusan hingga dia baru kembali besok. Clara sendiri memilih tetap tinggal disini.
“Kamu tidak pulang?” tanya Ethan terheran.
Clara menggeleng dengan cepat.
“Tidak, Aku pulangnya nanti saja kalau sudah lulus” jawab Clara tersenyum tipis. Senyum yang pertama kali Clara perlihatkan pada Ethan. Tapi dibalik senyum itu ada kesedihan yang nampak jelas telihat di mata Clara.
Ethan pun menganggukkan kepalanya kemudian masuk ke dalam kamar untuk mempacking bajunya. Selama ini sudah berbulan-bulan dia jauh dari Papanya tidak sekalipun Gavin menghubunginya. Berbeda dengan Vania dan Brin yang berulang kali menghubungi Ethan. Bahkan Vania pun beberapa kali menelpon Clara menanyakan kabar. Sedangkan Papanya sendiri seperti tidak peduli.
Clara memilih menyibukkan dirinya di dapur. Clara memang sangat suka memasak. Bakat yang diwariskan mamanya. Dulu saat Mamanya masih hidup, mereka akan membuat berbagai cemilan dan kue di akhir pekan. Seperti saat ini Clara akan membuat cookies dengan taburan choco chip di atasnya. Tangannya begitu lihai dalam mencampur adonan.
Ethan yang hendak mengambil air pun melihat bagaimana lihainya tangan Clara dalam membuat kue tersebut.
“Buat apa?” tanya Ethan basa basi.
“Cookies” jawab Clara singkat.
Ethan mendengus sebal. Padahal sudah berbulan-bulan mereka tinggal serumah tapi Clara tetap saja ketus seperti ini.
Ethan terus memperhatikan Clara membuat kue.
“Sebenarnya apa yang Arlan suka dari Clara? Cantik ?, pintar masak? Hemat? Pintar?”.
Tanpa sadar, Ethan menyebutkan semua kelebihan Clara.
“Kenapa aku jadi memuji dia” gumam Ethan lalu keluar dari dapur dan kembali melanjutkan kegiatan mempacking baju-bajunya.
45 Menit kemudian, Ethan mencium aroma cookies yang begitu menggugah selera.
Dengan mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka, Ethan memperhatikan Clara yang sedang memindahkan cookies tersebut ke dalam toples. Rambutnya yang digelung asal jatuh-jatuh menghalangi wajah cantiknya.
"Sebenarnya dia cantik, sayangnya sifatnya terlalu jelek" batin Ethan yang masih terus memperhatikan Clara yang dengan telaten memasukkan kuenya ke dalam toples.
Clara walaupun fokus dengan kegiatannya tapi dia bisa merasakan kalau ada seseorang yang sedang memperhatikannya.
Dia berjalan mendekati kamar Ethan.
Lho kenapa dia kesini? Batin Ethan.
Lama-lama Clara semakin mendekat dan membuka pintu kamar tersebut hingga Ethan yang tanpa persiapan langsung terjatuh dengan tersungkur.
Melihat Ethan yang jatuh sambil memegang pinggangnya membuat tawa Clara langsung pecah seketika. Entah kapan terakhir kali dia tertawa tapi bagi Ethan ini pertama kali dia melihat kembali tawa Clara.
Ethan memegangi pinggangnya yang begitu sakit akibat jatuh terjerembab tadi. Dengan perlahan dia bangun dari duduknya dengan dibantu Clara.
Clara masih saja tertawa melihat Ethan yang begitu lucu ketika menahan sakitnya.
"Terus saja tertawa biar kamu puas" ucap Ethan kesal.
"Lagian kenapa harus ngintip? Kalau memang ingin kue kenapa tidak minta saja?" Ucap Clara membalas perkataan Ethan.
"Bagaimana mau minta kalau yang buat orangnya ketus modelan begini?, orang pasti berpikir berulang kali untuk minta sesuatu sama kamu." Jawab Ethan terdengar ketus.
Deg.
Apa selama ini orang-orang berpikir seperti ini tentangku?
Wajah Clara langsung berubah sendu mendengar ucapan Ethan.
"Maaf apa aku selama ini terlalu ketus padamu?" tanya Clara.
Pertanyaan yang sama sekali tidak pernah Ethan bayangkan akan keluar dari mulut Clara.
Ethan jadi merasa bersalah karena membuat Clara yang awalnya tertawa menjadi berubah sendu. Tapi egonya tidak mau disalahkan karena menurutnya Clara memang jutek dan ketus.
"Iya, makanya berubah" jawab Ethan.
Clara terdiam.
"Akan aku coba" ucap Clara lalu meninggalkan Ethan dari kamarnya.
Clara kembali ke dapur dan membersihkan alat membuat kuenya. Dia tidak memanggil Ethan untuk mencicipi kuenya padahal Ethan ingin sekali mencoba cookies tersebut.
Lho kenapa dia tidak memanggilku untuk mencoba kue nya? .Gumam Ethan sebal.
Ethan menutup pintunya dengan keras kemudian melanjutkan kegiatannya yang telah tertunda.
....
Malam telah tiba. Selesai makan malam Clara langsung masuk ke dalam kamarnya. Ethan yang masih di dapur sengaja berlama-lama agar bisa mencicipi kue yang Clara buat. Dia menunggu cukup lama demi memastikan kalau Clara tidak akan keluar kamar lagi.
Ethan merapikan meja makan dan mencuci semua peralatannya hingga bersih. Matanya sudah kesana kemari mencari cookiea buatan Clara.
Matanya langsung berbinar ketika melihat cookie tersebut di atas lemari pendingin.
Dengan sangat hati-hati dia mengambil toples kue tersebut di atas kulkas.
Saat hendek membukanya, dia membaca tulisan yang ada di atas toples tersebut.
Jangan dimakan yang buat cewek jutek!!!!!!
Ethan membola membaca note yang tertulis di toples tersebut.
Sialan jadi dia sengaja gara-gara aku tadi memintanya berubah? Siapa juga yang mau memakan kue buatanmu? Palingan juga tidak enak.
Ethan meletakkan kembali kue tersebut dan masuk ke dalam kamarnya dengan membanting pintu.
Clara yang berada di dalam kamar hanya mengernyit bingung mendengar dentuman pintu yang seberti dibanting itu.
Aneh.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments