"Itu karena kamu panik dan sangat takut terjadi sesuatu dengan istrimu makanya kamu tidak memperhatikannya." Ucap Daddy Raka.
"Apa yang dikatakan oleh Daddy benar tadi Rico sangat panik hingga tidak memperhatikan kalau istriku terluka." Ucap Rico yang masih merutuki kebodohannya.
"Sudahlah, jangan menyalahkan dirimu sendiri dan anggap saja itu pelajaran buatmu untuk lebih peka terhadap apa yang terjadi." Ucap Mommy Nicole sambil mengusap punggung putra sulungnya.
Ceklek
Tiba - tiba pintu ruang UGD terbuka membuat mereka berjalan ke arah pintu tersebut.
"Bagaimana keadaan putriku Rani dan menantuku Karen serta Kasandra, Sandra dan Leonard?" Tanya Daddy Raka.
"Semuanya baik-baik saja dan pelurunya sudah di ambil hanya saja lain kali khusus untuk Nyonya Rico harus istirahat total karena janinnya lemah dan bisa membahayakan nyawa Ibunya dan anaknya." Jawab dokter tersebut.
"Baik Dok." Jawab Rico dengan patuh.
"Sebentar lagi mereka akan dipindahkan ke ruang perawatan." Ucap dokter tersebut.
"Terima kasih Dok." Ucap mereka bersamaan.
"Sama-sama karena itu sudah kewajiban saya, kalau begitu saya permisi dulu, karena saya ingin mengecek pasien lainnya." Pamit dokter tersebut.
"Baik Dok." Jawab mereka bersamaan.
Dokter tersebut hanya menganggukkan kepalanya kemudian pergi meninggalkan mereka. Tidak berapa lama pintu UGD terbuka dengan lebar kemudian keluarlah dua perawat mendorong brangkar di mana Karen berbaring menuju ke arah ruang perawatan dan di susul oleh dokter Kasandra, Sandra, Rani dan Leonard.
Kini dokter Adrian duduk di kursi dekat ranjang sambil menggenggam tangan Rani yang masih memejamkan tangannya karena efek obat bius.
"Eugghhhh..."
Perlahan Rani menggeliatkan tubuhnya kemudian membuka matanya dengan perlahan. Pandangan mengabur hingga beberapa saat dirinya bisa melihat dengan jelas. Rani melihat dokter Adrian sedang menatap dirinya sambil mengusap rambutnya dengan lembut.
"Apakah ada yang sakit?" Tanya dokter Adrian dengan nada lembut.
"Bekas luka tembak Kak yang masih terasa perih, Kak Adrian baik-baik sajakan?" Tanya Rani dengan wajah kuatir.
"Tentu saja baik-baik saja." Jawab dokter Adrian sambil tersenyum dan masih membelai rambut Rani.
Ceklek
Tiba-tiba pintu ruang perawatan terbuka membuat Rani dan dokter Adrian menatap ke arah pintu. Mereka melihat dokter cantik berjalan ke arah mereka dengan diikuti oleh seorang perawat.
'Si*l, seharusnya akulah yang ada di posisi wanita yang tidak punya rasa malu itu.' Ucap dokter dan perawat tersebut dalam hati secara bersamaan.
'Aku akan kerjain wanita yang tidak malu itu.' Sambung dokter cantik tersebut.
"Dokter Adrian." Sapa dokter cantik tersebut sambil tersenyum manis.
"Dokter Hiruka, tolong cek istriku apakah ada yang terluka?" Tanya dokter Adrian sambil berdiri.
Dokter Hiruka kepanjangan dari Harapan Indah Berujung Duka hanya bisa menahan kekesalannya karena dokter Adrian sama sekali tidak melihat dirinya. Pandangan matanya tidak pernah lepas dari memandangi istri yang sangat dicintainya.
"Baik Dok." Jawab dokter Hiruka.
Dokter Hiruka mulai mengecek kondisi Rani hingga dokter Hiruka melihat perban bekas luka tembak pada bahu Rani dengan sengaja menekannya agak keras.
Grep
"Akhhhhhhhh... Sakittttt !" Teriak Rani sambil menarik tangan dokter Hiruka agar tidak menekan lukanya lebih dalam.
Plak
"Apa yang kamu lakukan!" Bentak dokter Adrian sambil menampar pipi dokter Hiruka untuk pertama kalinya.
"Maaf, aku tidak sengaja." Ucap dokter Hiruka sambil menarik tangannya.
'Si*l demi wanita yang tidak punya rasa malu aku di tampar dan di bentak." Sambung dokter Hiruka dalam hati sambil menahan amarahnya.
"Tidak sengaja bagaimana? Kamu tidak lihat istriku sampai kesakitan? Lebih baik kalian pergi dan tinggalkan peralatan dokternya sekalian siapkan perban baru!" Perintah dokter Adrian sambil menahan amarahnya.
Sungguh ingin rasanya menghukum dokter Hiruka dengan memecatnya tapi dirinya tidak ada kuasa untuk melakukan hal itu.
"Baik." Jawab dokter Hiruka.
Dokter Hiruka dan perawat itupun pergi meninggalkan ruang perawatan tersebut sambil menahan amarahnya dan kebencian terhadap Rani.
"Sayang, Kakak akan cek lukamu." Ucap dokter Adrian dengan suara lembut berbeda ketika berbicara dengan dokter Hiruka.
Rani hanya menganggukkan kepalanya sambil matanya tidak pernah lepas memandangi wajah tampan suaminya.
'Suamiku seperti memiliki kepribadian ganda, di depan dokter Hiruka terlihat jelas wajah amarah dan kebencian menjadi satu ketika aku berteriak kesakitan hingga dokter Hiruka di tampar dan nada bicaranya langsung sangat tinggi tapi ketika bersamaku mendadak suaranya berubah menjadi lembut.' ucap Rani dalam hati sambil sesekali meringis menahan rasa sakit.
"Sstttttt... Sakittttt..." Rintih Rani.
"Fiuhhh... Maaf kalau sakit." Ucap dokter Adrian sambil sesekali meniup perban yang ada noda darahnya.
Ceklek
Tiba-tiba pintu ruang perawatan terbuka seorang pria membuka pintu dengan lebar kemudian seorang wanita masuk ke dalam dan melihat dokter Adrian membelakangi mereka tanpa mengetahui kalau dokter Adrian sedang membuka perban dengan sangat hati-hati.
"Apa yang terjadi?" Tanya sepasang suami istri tersebut bersamaan yang mendengar Rani mendesis menahan rasa sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments