"Kak, rumah kita terbakar dan sudah rata dengan tanah karena itulah aku ke hotel ini dan melihat Daddy Raka dan Kak Rico di parkiran mobil." Jawab Adriana menjelaskan.
"Apa? Bagaimana bisa?" Tanya dokter Adrian dengan wajah sangat terkejut.
"Aku tidak tahu Kak, pas pulang dari rumah temanku rumah kita sudah rata dengan tanah dan hanya tinggal puing-puing yang tersisa. Apa mungkin ada yang korslet Kak makanya kebakaran." jawab Adriana dengan wajah sedih karena dirinya tidak mempunyai tempat tinggal begitu pula dengan Kakaknya yang baru saja menikah.
"Bukankah sebelum kita pergi semua colokan listrik sudah di cabut semua?" Tanya dokter Adrian yang masih belum percaya kalau rumah minimalis dari usaha kerja kerasnya menjadi sia-sia.
"Sudah di cabut semua Kak." Jawab Adriana yang merasa yakin kalau semua colokan listrik sudah di cabut.
"Maaf, apakah di daerah tempat kalian tinggal ada yang memasang cctv?" Tanya Karen yang sejak tadi diam.
"Ada, memang kenapa Kak?" Tanya dokter Adrian.
"Aku akan coba retas kenapa rumah kalian bisa kebakaran." Jawab Karen.
Ting
Tiba-tiba pintu lift terbuka membuat mereka menatap ke arah lift. Mereka melihat dokter Kasandra dan Sandra keluar dari kotak persegi empat tersebut.
"Syukurlah kalian sudah datang, ayo kita ke ruangan cctv." Ucap Karen.
"Aku akan bangunkan Marcel dan Ronald dulu nanti kami menyusul." Ucap Rico sambil menyerahkan laptopnya ke Daddy Raka.
"Ok." Jawab Karen singkat.
Daddy Raka, Mommy Nicole, Karen, Rani, dokter Adrian, Adriana, dokter Kasandra dan Sandra berjalan ke arah ruang cctv. Karen duduk di salah satu kursi kemudian mulai mengotak atik laptopnya.
"Daddy Raka, kebetulan Adriana mengerti tentang program IT, boleh Adriana pinjam laptop nya?" Tanya Adriana yang melihat Daddy Raka membawa laptop.
"Boleh." Jawab Daddy Raka sambil menyerahkan laptopnya.
Sejujurnya Daddy Raka dan Mommy Nicole agak kecewa dengan Karen karena tadi menyuruh suaminya untuk mengambil laptop tapi malah Karen memakai laptop yang di bawa oleh temannya.
Daddy Raka dan Mommy Nicole hanya diam saja dan berpikiran positif mungkin saja itu efek dari kehamilan ke empat cucu mereka yang ingin ngerjain Daddynya.
"Kebetulan sekali kamu bisa program IT, kamu retas cctv yang ada di daerah tempatmu tinggal dan Kakak akan memperbaiki cctv yang sudah rusak." Ucap Karen yang masih mengotak-atik laptopnya.
"Bukannya sulit Kak untuk memperbaiki cctv yang sudah rusak ataupun hilang? Setahuku laptop biasa tidak mungkin bisa." Ucap Ana yang masih mengutak-atik laptopnya.
"Karena itulah tadi Kakak minta sahabat Kakak untuk membawa laptop milik Kakak." Jawab Karen.
"Berarti laptop Kakak sangat canggih dong, mau dong Kak punya laptop canggih." Ucap Adriana.
"Boleh." Jawab Karen singkat dengan wajah yang masih serius sambil masih mengotak-atik laptopnya.
'Ternyata aku salah sangka, maaf Karen.' Ucap Daddy Raka dan Mommy Nicole bersamaan dalam hati.
Mommy Nicole dan Daddy Raka merasa bersalah karena sempat kecewa ketika Karen tidak memakai laptop putranya.
Ceklek
Tiba-tiba pintu ruang cctv terbuka dan mereka tahu siapa yang datang. Siapa lagi kalau bukan Rico, Ronald dan Marcel.
"Kak Adrian, ternyata rumah kita sengaja di bakar oleh mereka." Ucap Adriana tiba-tiba.
"Apa?" Tanya mereka bersamaan dengan wajah terkejut.
"Sebentar aku reply ulang." Ucap Adriana.
Adriana kembali mengotak-atik laptopnya hingga beberapa saat kemudian Adriana memperlihatkan laptopnya ke dokter Adrian.
Dokter Adrian dan yang lainnya ikut melihat ke layar laptop. Di mana ada dua mobil berwarna hitam berhenti tidak jauh dari rumah minimalis milik dokter Adrian.
Sebanyak delapan orang berpakaian serba hitam berjalan sambil membawa derigen. Mereka berhenti tepat di depan rumah minimalis milik dokter Adrian.
Delapan orang pria berpakaian serba hitam tersebut masing-masing membuka tutup dirigen kemudian menuangkan isi dirigen yang diperkirakan bensin ke sekeliling rumah dokter Adrian.
Sekeliling rumah dokter Adrian masih tanah kosong sehingga mereka masing-masing menuangkan bensin tersebut selain itu ada juga yang melempar dirigen tersebut ke dalam rumah dokter Adrian namun sebelumnya kaca jendelanya dipecahkan dengan cara di tendang.
Rumah yang sangat sepi terlebih agak jauh dari penduduk membuat mereka menjalankan rencana jahatnya berjalan lancar. Salah satu dari mereka menyalakan korek dan diarahkan ke kertas yang sudah di persiapkan.
Pria tersebut melempar ke arah rumah tersebut kemudian pergi menjauh begitu pula dengan yang lainnya.
Tidak membutuhkan waktu lama rumah minimalis tersebut langsung terbakar bersamaan delapan orang tersebut meninggalkan tempat tersebut.
Tidak berapa lama terdengar suara teriakan kebakaran dan masyarakat berusaha untuk memadamkan api namun sia-sia karena api menjalar dengan cepat dan menghanguskan segala isi rumah milik dokter Adrian dan juga barang-barang milik Adriana.
Dokter Adrian mengusap wajahnya dengan kasar dan tanpa sadar air matanya mengalir. Dirinya yang ingin meminta istrinya tinggal di rumah minimalis miliknya kini tidak mungkin.
Selama ini gaji dokter Adrian digunakan untuk biaya kuliah adiknya, sebagian lagi untuk hidup sehari - hari dan sebagian lagi di tabung. Tabungan nya bisa membeli rumah tapi tidak sebesar rumah minimalis yang sudah habis terbakar.
"Sayang." Panggil Rani yang melihat dokter Adrian mengeluarkan air matanya membuat Ana menghapus air mata suaminya dengan menggunakan ke dua ibu jarinya.
"Ya." Jawab dokter Adrian singkat.
'Aku tidak bisa melihat suamiku sedih karena hatiku dua kali sangat sakit dan dua kali sangat sedih. Jadi aku mohon sama suamiku untuk lebih kuat apapun yang terjadi.' Bisik Rani tepat di telinga suaminya.
Dokter Adrian tersenyum membuat Rani membalas senyuman suaminya.
"Bisakah di perjelas wajah mereka?" Tanya Daddy Raka mengalihkan pembicaraan sambil menahan amarahnya.
Dirinya sangat marah karena rumah menantunya di bakar oleh delapan orang pria berpakaian serba hitam.
"Sangat sulit Dad kecuali ada alat khusus yang bisa memperjelas wajah mereka ." Jawab Adriana.
"Laptopku bisa tapi aku sedang memperbaiki semua rekaman cctv yang rusak." Ucap Karen.
"Oh iya bukankah Kak Leonard, Kakak senior kita bisa program IT?" Tanya Sandra yang sejak tadi diam.
"Oh ya benar, kamu hubungi Kak Leonard." Pinta Karen.
"Ok." Jawab Sandra singkat sambil menghubungi kakak seniornya.
'Aku harus menjaga istriku baik-baik karena teman-teman istriku ada prianya. Awalnya aku pikir dokter Adrian sainganku tapi aku lega karena dokter Adrian menikah dengan adik kembarku. Tapi kini ada lagi saingan ku yaitu Leonard, apakah dia tampan dan kaya raya sepertiku?' Tanya Rico dalam hati.
'Apakah Leonard mantan kekasih Sandra?' Tanya Marcel dalam hati sambil menahan amarahnya.
Ronald yang melihat wajah Rico dan Marcel berubah seperti menahan amarahnya membuat Ronald mendekati kekasihnya yang bernama dokter Kasandra.
"Leonard itu sudah menikah atau masih jomblo?" Tanya Ronald penasaran.
" Kak Leonard masih jomblo, tampan, kaya, pintar, jago bela diri dan baik hati." Jawab dokter dokter Kasandra menjelaskan.
'Kenapa aku jadi ikut cemburu dan marah ya?' Tanya Ronald pada dirinya sendiri.
"Apakah kamu menyukainya?" Tanya Ronald dengan wajah berbeda.
"Tidak." Jawab dokter dokter Kasandra tanpa banyak berpikir.
"Kenapa? Bukankah Leonard pria yang sangat sempurna? Pasti banyak gadis yang menyukainya." Ucap Ronald dengan wajah terkejut namun terlihat kalau wajah Ronald berbeda.
"Aku dan ke dua sahabatku Karen dan Sandra bukanlah seperti wanita diluaran sana. Kami bertiga sama-sama mempunyai satu tujuan." Jawab dokter dokter Kasandra.
"Satu tujuan, tujuan apa?" Tanya Ronald.
"Kami ingin menemukan seseorang yang sangat tulus, tidak galak sama pasangan dan baik sama kami dalam arti mau bersahabat dengan kami." Jawab dokter Kasandra.
"Apakah kamu dan ke dua sahabat mu sudah menemukannya?" Tanya Ronald penasaran.
"Sudah." Jawab dokter dokter Kasandra.
Deg
Jantung Ronald berdetak kencang ketika mendengar ucapan dokter dokter Kasandra membuat Ronald terlihat jelas wajah kecewa dan marah secara bersamaan karena dirinya telah dipermainkan.
Sandra yang melihat perbedaan di wajah Ronald langsung tersenyum kemudian mendekatkan wajahnya ke arah telinga Ronald dengan cara berjinjit karena Ronald lebih tinggi darinya.
'Karen sudah menikah dengan sahabat Kak Ronald, Sandra dan Marcel yang juga sahabatmu sudah mulai ada perasaan suka dan kita juga sama. Aku sangat mencintaimu Kak dan aku bersyukur bisa memiliki kekasih sebaik dirimu.' Bisik dokter Kasandra.
Grep
Selesai mengatakan hal itu dokter Kasandra memeluk Ronald membuat Ronald membatu beberapa saat ketika mendengar penuturan dokter Kasandra. Ternyata dirinya salah menilai tentang kekasih dan ke dua sahabat nya dokter Kasandra dan dirinya sangat bersyukur bisa memiliki dokter Kasandra.
"Kakak juga sangat mencintaimu." Ucap Ronald sambil membalas pelukan dokter Kasandra.
"Ehem ... Bisakah kalian tidak memamerkan kemesraan?" Tanya Rico dan Marcel bersamaan dengan nada kesal.
"Hehehehe ..." Tawa Ronald sambil melepaskan pelukannya begitu pula dengan dokter Kasandra.
Dokter Kasandra hanya tersenyum malu dan wajahnya memerah sedangkan Sandra yang melihatnya ikut tersenyum hingga dirinya melihat wajah Marcel seperti menahan amarahnya.
Grep
"Ada apa sayang?" Tanya Sandra sambil memeluk tubuh kekar Marcel.
"Sudah selesai telepon kekasihmu?" Tanya Marcel tanpa membalas pelukan kekasihnya dan tidak menjawab pertanyaan Sandra.
"Kekasih? Bukankah kekasihku ada di depanku yang saat ini aku peluk?" Tanya Sandra sambil menyandarkan kepalanya di dada bidang Marcel.
"Jangan berbohong buktinya kamu bicara mesra dengan kekasihmu." Ucap Marcel dengan nada cemburu.
"Maksud Kak Marcel, Leonard?" Tanya Sandra sambil mendongakkan kepalanya ke atas karena Marcel lebih tinggi darinya.
"Betul." Jawab Marcel.
"Ceritanya ada yang cemburu nih." Goda Sandra.
"Siapa yang cemburu?" Tanya Marcel sambil melepaskan pelukan Sandra.
"Syukurlah kalau tidak cemburu nanti kalau Leonard datang aku akan memeluknya dan menciumnya." Ucap Sandra sambil membalikkan badannya membelakangi Marcel.
Grep
"Jangan coba-coba melakukan hal itu." Ucap Marcel sambil memeluk tubuh Sandra dari arah belakang.
"Aku tidak akan melakukannya karena aku sangat mencintai Kak Marcel. Maaf kalau tadi mengobrol dengan Leonard membuat Kak Marcel marah. Jujur aku tidak ada perasaan suka hanya ada perasaan sebagai seorang teman dan tidak lebih." Ucap Sandra sambil melepaskan pelukan Marcel kemudian memeluknya.
"Aku juga minta maaf karena jujur aku takut kehilanganmu." Ucap Marcel sambil membalas pelukan Sandra.
"Di hatiku sudah dipenuhi oleh Kak Marcel jadi sudah tidak ada tempat untuk pria lain. Aku akan pergi menjauh jika Kak Marcel memintaku untuk pergi." Ucap Sandra.
"Terimakasih dan di hatiku juga sudah dipenuhi olehmu dan tidak ada wanita lain yang aku cintai selain dirimu." Ucap Marcel.
"Ehem ... Bisakah kalian tidak memamerkan kemesraan?" Tanya Rico dan Ronald bersamaan dengan nada kesal.
Ronald kesal karena tadi lagi bermesraan di ganggu oleh Marcel karena itulah dirinya membalasnya.
"Hehehehe ..." Tawa Marcel sambil melepaskan pelukannya begitu pula dengan Sandra.
"Yes, berhasil." Ucap Karen tiba-tiba.
Serentak semua menatap ke arah Karen kemudian menatap ke arah laptop di mana di layar laptopnya ada rekaman cctv.
"Kak Karen berhasil memperbaiki rekaman cctv." Ucap Adriana.
"Iya Kakak sudah berhasil memperbaiki rekaman cctv. Semalam aku bangun jam dua belas malam dan keluar dari kamar bersamaan Mommy juga keluar dari kamar." Ucap Karen mengingat terakhir dirinya terbangun.
"Betul sekali, pas Mommy bangun sudah jam dua belas malam dan Daddy tidak ada di ranjang." Ucap Mommy Nicole sambil menatap suaminya dengan tatapan kesal.
Grep
"Maafkan Daddy, Mom." Ucap Daddy Raka sambil memeluk tubuh istrinya dari arah belakang.
"Lain kali jangan ulangi lagi Dad, karena Mommy tidak bisa tidur tanpa Daddy." Ucap Mommy Nicole.
"Iya Mom." Jawab Daddy Raka patuh.
Ketika Mommy Nicole ingin membuka mulutnya bersamaan dirinya mendengarkan suara membuat Mommy Nicole mengurungkan untuk berbicara dan langsung membalikkan badannya untuk menatap ke arah laptop.
Begitu juga dengan Daddy Raka, Rico, Adrian, Rani, Adriana, Marcel, Sandra, Ronald dan dokter dokter Kasandra mereka serempak menatap ke arah laptop.
("Kalian berdua masuk ke dalam kamar Tuan Besar Raka dan tembak Tuan Raka bersama istrinya sedangkan aku dan kamu pergi ke kamar Tuan Rico dan tembak Tuan Rico bersama istrinya setelah itu terakhir putri dan menantunya!" Perintah pria tersebut).
"Bisa diulangi dari pertama mereka masuk ke dalam area parkiran mobil." Pinta Daddy Raka.
"Sebentar Dad." Ucap Karen.
Karen mengotak atik laptopnya setelah beberapa saat kemudian Karen mulai menekan tombol reply.
Mereka melihat dua mobil hitam masuk ke dalam area parkiran mobil kemudian keluarlah delapan orang yang juga berpakaian serba hitam.
Delapan pria tersebut membentuk lingkaran dan salah satu orang pria berbicara namun suaranya tidak terdengar membuat Karen menghentikan rekaman cctv kemudian mengotak atik laptopnya. Setelah beberapa saat terdengar suara pria tersebut.
"Kalian berempat naik lift ke lantai paling atas di mana Tuan Besar Raka bersama keluarganya menginap di hotel itu. Kalian tembak mati Tuan Besar Raka bersama istrinya dan juga ke dua anak kembarnya termasuk ke dua menantunya!" Perintah pria tersebut.
"Baik Tuan." Jawab ke empat pria tersebut secara bersamaan kemudian pergi meninggalkan tempat area parkiran mobil.
"Kalian berdua rusak tempat ruangan rekaman cctv agar apa yang kita lakukan tidak diketahui oleh siapapun!" Perintah pria tersebut.
"Baik Tuan." Jawab ke dua pria tersebut secara bersamaan kemudian pergi meninggalkan tempat area parkiran mobil.
"Area parkiran di sini aman karena yang aku tahu rekaman cctv ini tidak ada suaranya terlebih rekaman cctv sebentar lagi akan di rusak." Ucap pria tersebut dengan penuh percaya diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Teh Neng Johan
bagus cerita nya...dapat di mengerti top markop pokonya lah
2023-04-25
1
nuna jimin🧸🧸
nex...
2023-03-27
1