"Jadi, kamu punya obeng atau nggak?"
"Hah?" oke, Dea pasti terlihat bloon sekarang. Hah hoh hah hoh.
Senyuman Aska kembali terbit. Gemas sekali rasanya ingin mencubit pipi Dea yang kini tampak bersemu merah. Aska menahan tangannya sebaik mungkin untuk tak menyentuh pipi Dea sekarang "Punya obeng atau tidak? Kalau nggak, aku ambil di unit aku?"
Ucapan Aska sukses menyadarkan kewarasan Dea. Menahan malu karena Aska nampak tersenyum gemas ke arahnya, Dea buru-buru berdiri dan mengambil perkakas yang ada di bahwa laci meja. Meski benci dengan kecoa, Dea sering membetulkan barang-barang rusak di rumahnya seorang diri. Dea punya perkakas yang tak jauh lengkap dari milik ayahnya.
"Ini" Tak ingin kembali duduk di samping Aska, Dea langsung berbalik dan berjalan ke kamar mandi. Ia belum mandi seharian. Namun, langkahnya kembali terhenti saat Aska memanggilnya.
"Dey?"
"Iya?" secepat ia menjawab, maka secepat itu pula badannya memutar menghadap ke arah Aska. Kenapa jadi salah tingkah begini sih?.
"Udah makan?"
Ah, jangankan mandi. Makan saja Dea lupa seharian ini. "Kamu lapar?"
Aska yang mulai menggabungkan satu per satu bagian meja menganggukkan kepalanya. "Lapar, seharian di proyek jadi cuman makan roti doang"
"tapi pesen makan dari luar aja ya" lanjut Aska.
Tawa Dea menguar. Masalah nasi goreng kemarin memang Dea tak sengaja menuangkan banyak garam karena malah terpukau melihat aktifitas Aska yang tengah memasang pengganjal sela pintu. Dan mungkin jika ia nekat masak juga malam ini, kejadian kemarin mungkin akan terjadi jauh lebih parah lagi. Dea bahkan lebih terpesona lagi malam ini setelah kalimat Aska barusan.
"Nasi gorengnya emang ke asinan itu nggak sengaja kok. Masakan aku juga biasanya enak"
"Bukan masalah masakan kamu enak atau nggak. Cuman ngeliat keadaan kamu sekarang kayanya lagi sama nggak baiknya kaya kemarin. Anggap aja aku traktir buat nasi goreng kemarin"
"Tapi roti bakarnya enak kan?"
"Dimakan Sea"
"Oke" Dea langsung membaliknya badannya dan masuk ke dalam kamar mandi. Siapa lagi juga itu Sea? Dunia Aska sepertinya memang di kelilingi oleh banyak perempuan.
***
Membuka ponselnya, Aska mulai memesan makanan yang sepertinya akan di sukai oleh Dea. Malam ini jelas ada kemajuan, Dea begitu menurut padanya seperti Kucing milik Bila di rumah, tapi jelas, kadar kelucuan Bila jauh jauh jauh lucu diatas kucing Bila.
Selesai memesan makanan, Aska kembali fokus pada perkakas dan bagian-bagian meja di depannya. Meski mustahil selesai sebelum makanan datang, Aska malah ingin merakit dengan super lambat agar tak selesai hari ini dan esok ia masih mempunyai alasan untuk datang lagi ke unit Dea. Jatuh cinta dengan seorang selebritis jelas tak seleluasa jika berkencan dengan rakyat biasa. Aska mungkin sudah harus membuat list tempat tak banyak pengunjung mana saja yang harus ia kunjungi bersama Dea kelak.
Meletakan obeng di tangannya, Aska memilih bersandar pada sofa. Sudah hampir setengahnya jadi, Aska tak ingin cepat-cepat selesai. Sambil menunggu makanan dan Dea yang berada di kamar mandi, Aska mulai berselancar di media sosialnya. Satu pesan dari mamah masuk ke dalam ponselnya.
Mamah:
Di apartemen lagi mas? Nginep lagi di sana? Nggak pulang? Pengin liat mamah kamu kesepian karena anaknya nggak pada ngumpul? Oh, nanti kalau mamah pingsan kamu baru mau pulang ya mas?.
Berbeda dengan Bila yang jahilnya minta ampun, mamah menempati sebagai ratu drama di rumah. Baru juga dua hari dirinya tak pulang, mamah sudah seperti kehilangan dirinya bertahun-tahun.
Mamah:
Mamah mau video call mas, diangkat. Sekalian mamah mau liat apartemen kamu. Besok mamah mau main ke sana.
Sebelum mamah melakukan panggilan, Aska buru-buru mengetik balasan. Jam segini, Bila pasti berada di dekat mamah. Bisa jadi masalah kalau bocah itu sadar dengan interior yang jelas berbeda dengan unitnya.
Aska :
Besok kakak pulang mah. Nggak bisa video call, lagi sambil ngerakit soalnya.
Aska tak bohong sekarang, dirinya memang sedang tak merakit maket seperti yang biasa mamah tahu, tapi dirinya tengah merakit meja dari wanita yang baru saja keluar dari kamar dengan wajah yang jauh lebih segar.
Mamah:
Tumben banget nolak. Kamu pacaran ya mas? Kamu lagi di rumah pacar kamu?
Aska menoleh pada Dea yang kini berjalan menuju dapur. Belum menjadi pacar, baru gebetan.
Mamah:
Inget kak. Yang ketiga itu setan. Jangan macam-macam kamu. Dan bawa pacar kamu ketemu sama mamah malam minggu nanti, kalau nggak dan kamu ketahuan bohong, mamah mau jodohin kamu sama anak teman mamah.
Aska:
Siap
Hanya itu yang Aska balas karena Dea sudah berjalan mendekat ke arahnya dengan satu teko jus jeruk dingin. Buru-buru Aska meletakan kembali ponselnya dan mulai pada kegiatan awalnya, merakit meja makan dengan gerakan yang super lambat.
Dea tahu dan bisa melihat jika Aska sengaja mengulur waktu, tak masalah, lagi pula makanan mereka juga belum datang.
"Makanannya belum datang?"
"Belum. Kamu udah lapar ya?"
"Kamu pesan apa?" geregetan melihat kerja Aska, Dea membatu merakit meja itu.
"Pasta dan cumi goreng kering" Aska melirik ke arah Dea sebentar. Ekspresi wanita itu kembali terlihat menggemaskan karena terlihat ragu-ragu untuk bertanya "Ada yang mau kamu tanyain?"
Dea mendongak. Ah, apa tingkahnya ketahuan sekarang?. Dea selalu pandai berakting karakter apapun, namun selalu gagal menyembunyikan sesuatu dari orang-orang yang membuatnya nyaman.
"Sea itu pacar kamu? Ini aku cuman tanya ya, soalnya ku nggak mau ada gosip kalau aku rebut pacar orang. Apalagi suami orang"
Tangan Aska yang hendak terangkat untuk mengusap kepala Dea, ia tarik kembali saat mengingat ucapan mamah barusan "Dia ponakan aku. Gadis kecil yang panggil aku ayah"
"Oh. Kalau yang manggil kamu 'ayah ganteng' itu siapa?"
Ya Tuhan. Bisa nggak sih Ge, jangan gemesin begini. Udah nggak kuat pengin ngelus kepala kamu ini.
"Dia adik aku. Emang rada jail anaknya"
Aska tersenyum saat melihat raut wajah Dea tampak terlihat lebih lega dari sebelumnya. "Kamu nanya emang karena takut ada gosip, atau emang sudah mulai tertarik sama aku?"
"Cuman gosip. Takut kalau ada gossip. Karir ku bisa tambah hancur kalau dianggap ambil pacar orang" jawab Dea ngotot, bahkan matanya membulat sempurna berusaha meyakinkan Aska yang tengah tertawa.
"Oh, iya iya percaya Dea."
"Bagus kalau gitu. Jadi, Sea itu anaknya mbak Karin? Dan mbak Karin itu kakak ipar kamu?"
Aska mengangguk. Satu yang Aska harapkan sekarang, biarkan waktu berhenti sejenak saja. Ia tak ingin keakraban dengan Dea harus terhenti karena malam yang terus datang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Is Wanthi
lailah Aska,kalo lagi jatuh cinta mah, semua terlihat lucu🙂🙂🙂
2023-04-06
1
Erli Safitri
lanjut thor semangat
seru banget🥳
2023-04-06
1