Bab 7 : Adik Rese

...°°°...

"Kak, lo kerasukan ya? Senyum-senyum sendiri"

Aska hanya melirik sekilas ke arah adik perempuannya sebelum akhirnya fokusnya kembali pada ponsel yang ada ditangan. Berita mengenai orang yang membuat acara pernikahan Ria dan Ardigo gagal total tengah beredar naik-naiknya di media. Baik media sosial maupun media televisi, semuanya memberitakan hal itu dan tersangka utama dari video yang diputar saat acara resepsi adalah Dea.

Ingin sekali Aska mencari keberadaan wanita itu yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar, Aska merindukan senyuman tipis dan tawa renyah dari sosok Dea Aliska Rahayu. Anggap saja Aska sudah jatuh cinta, karena memang itu yang ia rasakan sekarang.

Sebenarnya bukan hanya hujatan netizen saja yang ada hingga membuat gadis itu memilih sembunyi. Di beberapa media sosial, banyak para remaja yang mendukung Dea karena membongkar perselingkuhan itu, bahkan mereka kini balik menghujat Ria yang ternyata hamil di luar nikah. Mana bapak anaknya adalah pacar sahabatnya sendiri.

"Ngeliat apa sih kak? Billa penasaran"

Dengan satu jari telunjuknya, Aska mendorong dahi Billa yang mendekat, berusaha mengintip apa yang tengah kakaknya liat.

"Waw. Kakak liat gosip? Mantep. Hahaha"

Aska memutar bola matanya malas. Ditariknya sang adik lalu didekap mulut nyir-nyir adik satu-satunya ini. Billa menepuk telapak tangan sang kakak sambil menganggukkan kepalanya. Billa tahu, kakaknya ini selalu menjaga image bahkan di rumah sekalipun. Jangankan gosip, nonton tv aja kak Aska tak pernah, maka dari itu Billa cukup terkejut menemukan sang kakak senyam-senyum seperti orang gila hanya karena gosip yang membahas mengenai Dea dan Ria.

"Oke. Billa berhenti ketawa" Billa mengatupkan bibirnya rapat. Tapi jangan harap jika dirinya akan melepaskan sang kakak begitu saja tanpa diintograsi terlebih dahulu. Kemajuan pesat kak Aska melihat gosip, jelas tak boleh Billa sia-siakan begitu saja.

"Yang kakak incer mana nih? Dea atau Ria. Atau jangan-jangan Ardigo?"

Lemparan bantal sang kakak menyambut tawa Bella yang kembali menggema. Sudah 4 tahun lamanya sang kakak tak pernah menunjukkan gelagat menyukai orang lain. Baru kali ini, dan Bella rindu menggoda sang kakak. Aska tampan dan kaya, mungkin jika Bella bukan adik kandung Aska dan tidak juga tahu sisi buruk laki-laki ini, mungkin Bella juga akan menyukainya. Syukur Aska kakak kandungnya.

"Gini-gini kakak kamu masih normal ya Bel. Gila aja, dituduh suka sama cowok nggak tahu adab kaya dia"

"Terus, yang mana nih? Dea atau Ria?"

"Berisik. Udah itu kerjain aja maket kamu. Kapan mau lulus kalau nggak kelar-kelar" meletakan ponsel ditangan, Aska kembali fokus terhadap desain gambar yang ada di laptop. Malam ini, progresnya harus menyentuh angka 70% agar lusa bisa dikirim ke client.

"Ah, pasti yang Dea ya kak?" Bella masih berusaha mengorek informasi dari sang kakak. Lumayan, bisa dia gunakan untuk menambah uang jajan jika hal ini dilaporkan ke bunda.

Menopang dagu dengan satu tangan. Aska menutup laptopnya dan menatap lurus ke sang adik. Perasaan laki-laki dan perempuan saat putus itu katanya berbeda, laki-laki bisa langsung move on dan mendekati wanita lain karena dirinya adalah seorang pria, tapi Aska tak tahu jika dari sisi perempuan. "Kamu pernah patah hati dik?"

Bella menahan senyumnya sebaik mungkin, ingin rasanya dia memekik girang sekarang karena sudah hampir 4 tahun sang kakak tak pernah membahas mengenai perasaan. Bella bahkan berpikir jika hati kakak satu-satunya ini sudah mati. "Ah, jadi Dea yang diincer ya kak"

"Dia lebih tua dari kamu. Panggil yang sopan"

"Cielah" tawa Bella menggema seketika "Belum juga jadi pacar, posesif bener"

Satu toyoran Aska berikan pada Bella. Memang sebenarnya salah bertanya pada gadis yang kewarasannya paling minim di rumah ini setelah ayah. "Itu namanya sopan santun. Mau kakak nanti jadian atau nggak, itu urusan belakangan"

"Emang udah saling kenal? Jangan bila kak Aska halu doang nih. Kaya Bella yang jatuh cinta sama oppa Korea. Bella kenal mereka, tapi udah jelas mereka nggak kenal aku"

Aska tersentil dengan kalimat Bella barusan. Meski sudah memberikan kartu nama, belum tentu juga wanita itu mengenalnya "Namanya usaha dik"

"Oke. Oke. Kita kembali ke topik"

Mata Arsen berputar malas saat melihat adiknya berposisi layaknya duta cinta. Bella duduk tegak dihadapan sang kakak sambil mencoba berwajah serius, meski jelas ada sebuah senyuman tipis yang mati-matian ditahan itu.

"Ada dua tipe cewek yang susah dideketin kak. Satu, yang belum move on sama pacarnya, dalam kata lain mau cowo jungkir balik buat deketin kaya apapun, nggak bakal kecantol. Yang ada hanya capek doang"

Dea sudah move on dari Ardigo. Arsen yakin itu. Karena tak mungkin video itu diputar kalau Dea belum move on. Nggak akan ada balas dendam jika masih punya perasaan.

"Yang kedua. Tipe cewek yang udah move on cuman takut buat mulai hubungan baru. Takut jika yang baru bakal ngasih luka yang sama. Daripada yang pertama, kayanya paling susah ini kak. Karena cewek itu nggak mudah buat percaya sama orang. Apalagi tipe-tipe kaya kakak ini"

"Emang kenapa sama kakak? Kakak ganteng, tinggi, pinter, pekerja keras, kaya lagi. Cewek-cewek suka sama cowok kaya kan"

Kali ini Bella yang memutar bola mata malas. Semuanya memang ada pada sosok kakaknya, hanya saja minus nya adalah terlalu percaya diri, yang ajaibnya paling dihindari oleh para wanita.

"Nah itu minusnya. Kakak terlalu kepedean. Orang ilfill jadinya"

"Ya bukan kepedean Bil. Emang itu kenyataan"

"Iya udah, iya. Karep mu"

Aska menghela napasnya. Apa iya dia terlalu kepedeaan? Sejak kapan mengatakan fakta menjadi hal yang dianggap sombong. Aska tak mengerti jalan pikiran perempuan.

"Kak"

"Bunda, kak-"

Pekikan Bunda dari arah luar kamar, membuat Arsen langsung membekap mulut Billa dengan 5 lembar uang seratusan yang ia keluarkan dari dompet tanpa dihitung sama sekali.

"Mas kamu kemarin jadi kondangan ke Ardigo?"

Wajah wanita berusia setengah abad lebih 1 tahun bernama Mega itu menyumbul dari balik pintu. Meski umurnya sudah tergolong tak lagi muda, namun aura kecantikan masih terpancar dari wajah ibu 3 anak itu. Dari arah belakangnya seorang anak kecil menyembulkan tubuhnya dan langsung berlari ke arah Aska.

"Ayah"

Aska melebarkan kedua tangannya. Memeluk erat Sea yang selama seminggu berada di rumah bundanya itu.

Episodes
1 Bab 1 : Ainan Raditya Alaska
2 Bab 2 : Modus Pertama
3 Bab 3 : Dea Aliska Rahayu
4 Bab 4 : Jangan Lupa Buang Sampah Ditempatnya
5 Bab 5 : Laki-laki Bahaya
6 Bab 6 : Cari Sampai Dapat
7 Bab 7 : Adik Rese
8 Bab 8 : Ajakan Kencan Dadakan
9 Bab 9 : Psikiater atau THT?
10 Bab 10 : Emang Dasar Gila
11 Bab 11 : Drama Ponsel Ketinggalan
12 Bab 12 : Apartemen Baru
13 Bab 13 : Hewan Bermetamorfosis Tak Sempurna
14 Bab 14 : Perintah Dibuat Untuk Dilanggar Bukan?
15 Bab 15 : Adik Laknat
16 Bab 16 : Drama Apa Ini?
17 Bab 17 (Arin) : Aktris Gue Gila
18 Bab 18 : Cinta Nggak Dibalas. Mati iya
19 Bab 19 : Seperti Kerbau Yang Dicocok Hidungnya
20 Bab 20 : Obrolan Sambil Menunggu Makanan
21 Bab 21 : Sat Set Sat Set
22 Bab 22 : Wanita 4 Tahun Yang Lalu
23 Bab 23 : Pesan Aska
24 Bab 24 : Dea Tahu
25 Bab 25 : Menggigit Lidah
26 Bab 26 : Hidup VS Karir
27 Bab 27 : Mas?
28 Bab 28 : Mari Tak Saling Kenal
29 Bab 29 : Akting Mamah Ajeng
30 Bab 30 : Musuh
31 Bab 31 : Ayo Menikah
32 Bab 32 : Susah Iya, Bencana Pun Datang
33 Bab 33 : Mamah Ajeng Syok
34 Bab 34 : Garam Air Laut
35 Bab 35 : Jadi Kita Besan Nih?
36 Bab 36 : Rencana Aska Di Luar Nalar
37 Promosi
38 Bab 37 : Aska Memang Gila
39 Bab 38 : Senam Jantung di Pagi Hari
40 Bab 39 : Lo Kira Segampang Itu Bambang !!!!
41 Bab 40 : Dibalik sebuah senyuman
42 Bab 41 : Naget Gosong
43 Bab 42 : Tak Jual Cincin Kamu Aska
44 Bab 43 : Gema
Episodes

Updated 44 Episodes

1
Bab 1 : Ainan Raditya Alaska
2
Bab 2 : Modus Pertama
3
Bab 3 : Dea Aliska Rahayu
4
Bab 4 : Jangan Lupa Buang Sampah Ditempatnya
5
Bab 5 : Laki-laki Bahaya
6
Bab 6 : Cari Sampai Dapat
7
Bab 7 : Adik Rese
8
Bab 8 : Ajakan Kencan Dadakan
9
Bab 9 : Psikiater atau THT?
10
Bab 10 : Emang Dasar Gila
11
Bab 11 : Drama Ponsel Ketinggalan
12
Bab 12 : Apartemen Baru
13
Bab 13 : Hewan Bermetamorfosis Tak Sempurna
14
Bab 14 : Perintah Dibuat Untuk Dilanggar Bukan?
15
Bab 15 : Adik Laknat
16
Bab 16 : Drama Apa Ini?
17
Bab 17 (Arin) : Aktris Gue Gila
18
Bab 18 : Cinta Nggak Dibalas. Mati iya
19
Bab 19 : Seperti Kerbau Yang Dicocok Hidungnya
20
Bab 20 : Obrolan Sambil Menunggu Makanan
21
Bab 21 : Sat Set Sat Set
22
Bab 22 : Wanita 4 Tahun Yang Lalu
23
Bab 23 : Pesan Aska
24
Bab 24 : Dea Tahu
25
Bab 25 : Menggigit Lidah
26
Bab 26 : Hidup VS Karir
27
Bab 27 : Mas?
28
Bab 28 : Mari Tak Saling Kenal
29
Bab 29 : Akting Mamah Ajeng
30
Bab 30 : Musuh
31
Bab 31 : Ayo Menikah
32
Bab 32 : Susah Iya, Bencana Pun Datang
33
Bab 33 : Mamah Ajeng Syok
34
Bab 34 : Garam Air Laut
35
Bab 35 : Jadi Kita Besan Nih?
36
Bab 36 : Rencana Aska Di Luar Nalar
37
Promosi
38
Bab 37 : Aska Memang Gila
39
Bab 38 : Senam Jantung di Pagi Hari
40
Bab 39 : Lo Kira Segampang Itu Bambang !!!!
41
Bab 40 : Dibalik sebuah senyuman
42
Bab 41 : Naget Gosong
43
Bab 42 : Tak Jual Cincin Kamu Aska
44
Bab 43 : Gema

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!