Bab 11 : Drama Ponsel Ketinggalan

Berita dengan nama Dea kini kembali muncul. Berita mengenai agensi Ardigo Entertainment yang tidak memperpanjang kontrak gempar sejak pagi tadi. Banyak yang memberikan hujatan ke agensi, banyak juga yang bersyukur sambil berkata jika Dea memang pantas mendapatkannya dan yang mengatakan ini jelas para fans dari Ria Salsabila.

Aska yang tengah duduk di kafe Bianca bersama Gema—menikmati kopi Sabtu pagi—menendang kaki laki-laki itu. Memberikan kode agar sahabatnya itu menoleh sebentar dari ipad yang ada ditangan.

"Nggak mau di rekrut Dea Aliska Rahayu?" tanyanya lebih tepatnya memancing agar Gema bersedia membantunya kali ini. Jika Dea berada di agensi Gema, akan lebih mulus lagi jalannya untuk mendekati wanita itu.

"Banyak gosip nya. Males"

Aska menegakan posisi duduk. Dalam dunia agensi, seharusnya hal itu tak menjadi alasan kuat untuk tidak merekrut orang lain, yang penting adalah bakat akting yang bagus untuk aktris dan suara yang bagus untuk penyanyi "Aktingnya bagus, udah dibuktiin dengan karyanya yang selalu laris dipasaran"

"Hello mas Aska yang budiman. Lo kira kita ngerekrut artis cuman karena dia bagus doang. Kalau banyak scandal nya emang siapa yang nggak pusing kalau bukan agensi nya?"

"Baru kali ini kan scandal nya? Dan itu juga karena diselingkuhi. Banyak masyarakat yang masih dukung Dea"

"Masyarakat emang masih banyak karena fans Dea. Tapi emang banyak produser yang mau casting dia di film mereka? Sedikit coy. Gue nggak mau rugi"

"Ya gimana mau casting, kalau agensinya juga nggak ada" timpal Aska ikut sewot. Sejatinya dia sebenarnya tak tahu apapun perihal dunia entertainment. Aska tak tahu point apa saja yang jadi pertimbangan produser untuk men-casting aktris, Aska juga tak tahu kriteria agensi dalam menggaet aktor ataupun aktris untuk berada dibawah naungan. Aska tak tahu, ia hanya ingin upaya mendekati Dea lancar jaya.

"Banyak kok artis yang nggak dibawah naungan agensi manapun yang di casting produser. Cuman, jelas aktris atau aktor itu nggak punya scandal apapun. Atau setidaknya masalahnya udah mereda. Lah ini lagi panas-panasnya main minta di rekrut aja"

"Kalau balasannya nomor Billa gimana?" tawar Aska. Memang dirinya sekarang terlihat seperti kakak laknat yang menjadi kan  adiknya sebagai ajang tawar menawar. Namun, Gema pria yang baik, mengenalkan Billa dengan Gema bukanlah suatu kesalahan.

"Oke" setuju Gema langsung. Aldo yang baru saja meletakan pesanan mereka di meja, menggeplak punggung Gema keras. Main setuju aja tanpa diskusi dengannya terlebih dahulu.

"Najong, cuman dapet nomor doang langsung setuju aja" Aldo tak terima. Mereka mendirikan agensi bersama-sama, maka keputusan juga harus diambil bersama-sama.

"Undangan acara ulang tahun Karin?" tawar Aska pada Aldo. Dari kabar ibu Sea yang merupakan pemilik salon yang menjadi langganan Karin, Aska tahu Karin akan mengadakan acara ulang tahun yang ke 20 tahun. Ibu Sea diundangkan dan boleh membawa anggota keluarga yang lain.

Aldo langsung menjabat tangan Aska setuju yang diakhiri dengan tawa penuh kegembiraan. Seperti Aska yang kini juga nampak tersenyum saat matanya menatap sosok wanita yang baru saja masuk ke restoran dengan topi dan kaca mata hitam, dibelakang wanita itu ada Arin yang mengekor. Keduanya berhenti didepan kasir. Menampik kasar tangan Aldo, Aska langsung berdiri dan berjalan mendekati Dea, ponsel wanita itu yang tertinggal jelas menjadi alasan keberadaan wanita itu di sini pagi-pagi.

***

"Mbak De.."

Dea langsung meletakan jarinya dibibir sendiri, meminta penjaga kasir di depannya ini agar tak teriak dan mengundang perhatian pengunjung. Kafe yang berada di dekat dengan rumah sakit membuat keadaan kafe ini sudah cukup ramai meski jam masih menunjukkan pukul 8 pagi. Dea harusnya pergi ke kantor agensi sekarang, hanya saja karena ponselnya yang tertinggal kemarin dan ajaibnya baru Dea sadari saat bangun tidur, mau tak mau Dea dan Arin harus datang ke kafe terlebih dahulu. Nomor semua keluarga di Solo ada di sana, Dea yakin ponselnya pasti berdering semalaman sejak  agensi angkat bicara mengenai kontrakan yang tak akan diperpanjang di depan media.

"Ponsel saya kemarin tertinggal" bisik Dea.

"Ponsel?" sang pegawai tampak memanggil temannya yang berada di dapur. Seorang wanita dengan baju biasa dan tas ransel di punggung berjalan mendekat.

Setahu Dea, kafe ini memang buka 24 jam. Syukur Dea tak telat sebelum pergantian Shift terjadi.

"Mbak Dea? Iya mbak, ada yang bisa saya bantu?"

Dea mengangguk "Ponsel saya kemarin tertinggal mbak. Kira-kira bisa saya ambil tidak mbak?" jika saja Dea kehilangan ponselnya di meja biasa yang ada di kafe ini, Dea tak akan mengharapkan ponsel itu akan kembali. Namun, dirinya yakin tak sengaja meninggalkannya di ruangan seperti kantor, seharusnya ia bisa mengambil ponselnya kembali.

"Mbak Dea kemarin duduk dimana? Soalnya dari kami kemarin nggak ada nemuin ponsel mbak?"

Dea menunjuk lantai atas. Membuat mbak-mbak berjaket navy itu ikut mendongak ke atas "Dia ruangan pak Bara?"

"Saya nggak tahu mbak itu ruangan siapa. Tapi saya yakin ninggalin di atas" memalukan? Sungguh Dea merasa jika sekarang dirinya sangat malu. Jika saja pekerjaannya tak hilang, dia tak membayar denda, alih-alih mencari seperti ini, Dea lebih memilih untuk membeli yang baru.

"Kamu nyari ini?"

Suara yang menginterupsi mereka, membuat Dea menoleh ke kanan. Entah keberuntungan dalam hidupnya mungkin sudah habis semua dan yang tersisa hanya ke sialan, Dea kembali bertemu dengan pria itu. Pria bernama Aska yang mengajak hal gila kemarin.

"Terimakasih, itu ponsel saya" Dea hendak mengambil namun tangannya kalah cepat dengan Aska yang menarik ponselnya kembali. Ekspresi kesal jelas terbentuk sempurna dibalik masker Dea.

Dahi Dea berkerut saat Aska malah tertawa kecil, kemudian kembali memberikan ponsel miliknya "Saya bercanda. Ini"

"Terima kasih" hanya itu yang Dea katakan setelah mengambil ponsel dari tangan Aska. Dea enggan untuk terlibat lebih jauh dengan sosok Aska. Maka dari itu setelah mengambil ponsel miliknya, Dea langsung berjalan keluar dari kafe. Namun langkahnya kembali terhenti saat ponsel yang ada ditangannya berdering.

...Ainan Raditya Alaska...

...Calling....

Tubuh Dea langsung berbalik. Aska tengah berdiri dengan tangan yang memegang ponsel di telinga. Tatapan laki-laki itu menatap lurus ke arahnya.

Nggak mungkin dia kan?.

Memberanikan diri dengan tatapan yang masih tertuju pada Aska, Dea mengangkat panggilan itu. Dea berharap Aska akan menurunkan gawai nya saat suara dari sebrang telfon Dea terdengar.

Namun tidak akan mendapat julukan laki-laki bahaya darinya jika itu yang terjadi, Dea mengumpat dalam hati tatkala Aska tersenyum kemudian bibirnya bergerak mengucapkan sesuatu, bersamaan dengan itu suara dari sebrang telfon Dea juga terdengar.

"Senengnya di telfon sama mbak aktris"

Langsung mematikan sambungan, Dea kembali berjalan dengan kaki yang di hentakan kesal.

***

Gedung yang hampir 6 tahun ini menjadi tempatnya bernaung kini tampak menjulang tinggi didepannya. Anehnya jika sebelumnya seolah gedung itu tengah menyapanya, kini malah seolah tengah menertawakannya sambil melambaikan tangan. Oke. Mari kita selesaikan hari ini agar dirinya benar-benar terlepas dari makhluk keparat seperti Ardigo.

"Gue udah dapat apartemen di kawasan Menteng. Dan apartemen lo sekarang juga sudah ada yang nawar."

Langkah lesu Dea yang tinggal 3 langkah lagi masuk ke gedung agensi berhenti seketika. Berbalik badan, Dea menatap Arin yang kini tengah sibuk dengan gawai yang ada di tangan.

"Gue dapet info dari agen properti, katanya yang beli nggak pake nawar dan setuju dengan harga yang lo minta. Bener nih mau dijual?"

Bibir Dea mengerucut sedih. Ia sebenarnya tak ingin menjual apartemen yang di beli susah payah olehnya, namun apa daya, meminta bantuan kakak atau orang tuanya yang di Solo jelas tak mungkin. Jangankan minta tolong, Dea saja tak berani mengangkat telfon dari ayah dan bunda karena takut kena semprot mereka. Anggukan lemas akhirnya Dea lakukan.

"Cih, ngimpinya pengin punya rumah di Andara. Bayar denda aja sampai jual apartemen"

"Emang lo bisa bantu gue bayarin denda?"

"Nggak."

Dea menghela napasnya. Masalah apartemen kelar yang itu berarti masalah denda juga sudah selesai. Hanya tinggal satu masalah lagi yang harus Dea lakukan sekarang. Yaitu keluar dari agensi yang tak tahu terima kasih ini.

***

Pencet LIKE dulu sebelum lanjut bab berikutnya

Terpopuler

Comments

Achonx Bonnie

Achonx Bonnie

apakah yang beli apartemen dea adalah aksa......? bisa jadi....

2023-03-31

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Ainan Raditya Alaska
2 Bab 2 : Modus Pertama
3 Bab 3 : Dea Aliska Rahayu
4 Bab 4 : Jangan Lupa Buang Sampah Ditempatnya
5 Bab 5 : Laki-laki Bahaya
6 Bab 6 : Cari Sampai Dapat
7 Bab 7 : Adik Rese
8 Bab 8 : Ajakan Kencan Dadakan
9 Bab 9 : Psikiater atau THT?
10 Bab 10 : Emang Dasar Gila
11 Bab 11 : Drama Ponsel Ketinggalan
12 Bab 12 : Apartemen Baru
13 Bab 13 : Hewan Bermetamorfosis Tak Sempurna
14 Bab 14 : Perintah Dibuat Untuk Dilanggar Bukan?
15 Bab 15 : Adik Laknat
16 Bab 16 : Drama Apa Ini?
17 Bab 17 (Arin) : Aktris Gue Gila
18 Bab 18 : Cinta Nggak Dibalas. Mati iya
19 Bab 19 : Seperti Kerbau Yang Dicocok Hidungnya
20 Bab 20 : Obrolan Sambil Menunggu Makanan
21 Bab 21 : Sat Set Sat Set
22 Bab 22 : Wanita 4 Tahun Yang Lalu
23 Bab 23 : Pesan Aska
24 Bab 24 : Dea Tahu
25 Bab 25 : Menggigit Lidah
26 Bab 26 : Hidup VS Karir
27 Bab 27 : Mas?
28 Bab 28 : Mari Tak Saling Kenal
29 Bab 29 : Akting Mamah Ajeng
30 Bab 30 : Musuh
31 Bab 31 : Ayo Menikah
32 Bab 32 : Susah Iya, Bencana Pun Datang
33 Bab 33 : Mamah Ajeng Syok
34 Bab 34 : Garam Air Laut
35 Bab 35 : Jadi Kita Besan Nih?
36 Bab 36 : Rencana Aska Di Luar Nalar
37 Promosi
38 Bab 37 : Aska Memang Gila
39 Bab 38 : Senam Jantung di Pagi Hari
40 Bab 39 : Lo Kira Segampang Itu Bambang !!!!
41 Bab 40 : Dibalik sebuah senyuman
42 Bab 41 : Naget Gosong
43 Bab 42 : Tak Jual Cincin Kamu Aska
44 Bab 43 : Gema
Episodes

Updated 44 Episodes

1
Bab 1 : Ainan Raditya Alaska
2
Bab 2 : Modus Pertama
3
Bab 3 : Dea Aliska Rahayu
4
Bab 4 : Jangan Lupa Buang Sampah Ditempatnya
5
Bab 5 : Laki-laki Bahaya
6
Bab 6 : Cari Sampai Dapat
7
Bab 7 : Adik Rese
8
Bab 8 : Ajakan Kencan Dadakan
9
Bab 9 : Psikiater atau THT?
10
Bab 10 : Emang Dasar Gila
11
Bab 11 : Drama Ponsel Ketinggalan
12
Bab 12 : Apartemen Baru
13
Bab 13 : Hewan Bermetamorfosis Tak Sempurna
14
Bab 14 : Perintah Dibuat Untuk Dilanggar Bukan?
15
Bab 15 : Adik Laknat
16
Bab 16 : Drama Apa Ini?
17
Bab 17 (Arin) : Aktris Gue Gila
18
Bab 18 : Cinta Nggak Dibalas. Mati iya
19
Bab 19 : Seperti Kerbau Yang Dicocok Hidungnya
20
Bab 20 : Obrolan Sambil Menunggu Makanan
21
Bab 21 : Sat Set Sat Set
22
Bab 22 : Wanita 4 Tahun Yang Lalu
23
Bab 23 : Pesan Aska
24
Bab 24 : Dea Tahu
25
Bab 25 : Menggigit Lidah
26
Bab 26 : Hidup VS Karir
27
Bab 27 : Mas?
28
Bab 28 : Mari Tak Saling Kenal
29
Bab 29 : Akting Mamah Ajeng
30
Bab 30 : Musuh
31
Bab 31 : Ayo Menikah
32
Bab 32 : Susah Iya, Bencana Pun Datang
33
Bab 33 : Mamah Ajeng Syok
34
Bab 34 : Garam Air Laut
35
Bab 35 : Jadi Kita Besan Nih?
36
Bab 36 : Rencana Aska Di Luar Nalar
37
Promosi
38
Bab 37 : Aska Memang Gila
39
Bab 38 : Senam Jantung di Pagi Hari
40
Bab 39 : Lo Kira Segampang Itu Bambang !!!!
41
Bab 40 : Dibalik sebuah senyuman
42
Bab 41 : Naget Gosong
43
Bab 42 : Tak Jual Cincin Kamu Aska
44
Bab 43 : Gema

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!