Jangan lupa tinggalkan Like dan Komentar ya. Ini double up ya. baca dulu bab 16 nya, baru baca bab ini.
...°°°°°...
"Dia bapak dua anak. Ya Tuhan, bisa-bisanya gue bawa masuk bapak dua anak ke dalam unit?"
Ucapan Dea, sukses membuat Arin kembali menepikan mobilnya. Membawa masuk laki-laki lain ke apartemen ditengah gosip seperti ini. Emang benar-benar sudah tak waras.
"Lo bilang apa barusan? Bawa cowok masuk ke unit lo? Lo gila ya!!!!" Arin tak habis pikir dengan jalan pikiran sahabatnya ini. Meski bukan manager Dea lagi, namun percayalah, Arin terkadang masih meminta beberapa produser atau iklan untuk mencasting Dea. Tak benar-benar lepas sama sekali meski dilakukan sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan agensi. Dan di saat dirinya repot mencarikan pekerjaan, Dea malah memasukan laki-laki ke dalam apartemen yang mana bisa memunculkan gosip baru?.
"Siapa laki-laki itu? Gue harus ketemu dan memastikan nggak akan ada gosip apapun lagi"
"Suaminya mbak Karin" jawab Dea enteng.
Satu jitakan kini mendarat di kepala Dea. Bisa-bisanya dia bercanda di saat seperti ini "Mbak Karin itu single parents. Suaminya udah meninggal karena kecelakaan"
Mata Dea mengerjap beberapa kali. Berusaha untuk mencerna ucapan Arin sekarang "Ah, atau Aska itu suami keduanya?"
"LO BISA NGGAK SIH JANGAN BERCANDA SAAT-SAAT BEGINI?!!!!"
"GUE SERIUS ARIN!!" Jawab Dea ikut tersulut emosi.
"Ada kecoa di rumah gue, pas gue keluar kebetulan ketemu Aska. Ya udah gue minta tolong. Kalau gue tahu dia suaminya mbak Karin, gue juga nggak bakal minta tolong"
"Jadi Aska, laki-laki di kafe tadi yang lo ajak masuk ke apartemen berdua?"
Dea mengangguk "Itu ada kecoa. Bukan hal yang lain. Nggak usaha mikir aneh-aneh"
"Pertama. Dia bukan suami mbak Karin dan sepertinya belum nikah, jadi aman. Tapi yang kedua, berdoa aja nggak ada yang liat lo sama Aska kemarin."
"Suami ke duanya mungkin?"
"Nggak ada, dia single parents. Jadi jangan ngaco atau gue sikat mulut lo"
Dea langsung mengatupkan mulutnya. Jika sudah marah, Arin benar-benar menyeramkan.
***
To Dea:
Sorry, dengan apa yang terjadi. Bisa ketemu sore ini?
Sudah sedari jam makan siang pesan itu ia kirimkan. Namun hingga nyaris pukul 5 sore, belum ada juga tanda-tanda Dea membalas pesannya, jangankan dibalas, dibaca saja nggak sama sekali. Melihat bagaimana tatapan Dea terhadapnya tadi, Aska tak bisa fokus seharian ini. Pulang dari tempat proyek, Aska bahkan tak kembali ke kantor dan langsung menuju kantor agensi Gema.
Gema harus tetap merekrut Dea untuk masuk agensinya, bukan nanti, tapi sekarang. Tatapan Dea tadi membuat hatinya juga terasa sakit.
"Buset dah. Lo masih di sini? Gila dah!!" Gema yang baru saja masuk kedalam kantornya setelah adanya rapat kurang lebih 2 jam tadi karena membahas perihal penggantian pemain di sebuah film secara mendadak, nyaris jantungan melihat Aska masih berada di dalam ruangannya. Saat rapat, Gema mendapat pesan jika Aska datang namun langsung ia balas untuk tak menunggunya karena rapat akan lama, tapi nyatanya laki-laki yang sudah hampir 4 tahun tak tampak frustasi itu kini terlihat mengerikan.
Duduk dengan kaki yang tak tenang sambil membolak-balikan ponselnya.
"Lo kenapa sih? Kay—"
"Kapan lo mau nemuin Dea buat kontrak gabung sama agensi?" sembur Aska langsung.
Gema menghela napasnya "Sumpah, lo bucin banget"
"Terserah. Jadi kapan?"
"Ya nanti. Gila aja lo nyuruh gue ngerekrut sekarang"
"Dia baru dikeluarin dari film terakhirnya"
Gema menganggukkan kepalanya "Gue tahu"
"Lo tahu?. Kalau lo tahu kenapa harus nanti?"
"Gue sledging juga lama-lama kepala lo As. Cinta boleh, tapi jangan jadi goblok"
Aska melotot seketika "Gue nggak mau tahu, dalam waktu dekat lo harus rekrut dia. Ingat, sahabat bucin lo punya cukup saham di sini"
Gema tertawa kencang. Selama hampir 10 tahun agensinya berdiri, baru kali ini ia mendengar Aska mengancam seperti itu "Lo cinta banget sama Dea ya?"
"Berisik. Gue cabut" setelah mengatakan hal itu, Aska langsung keluar dari ruang kerja Gema. Aska tahu Gema paham jika ucapannya barusan bukanlah candaan semata.
***
Sukes. Mandi lewat, makan lewat. Seharian penuh Dea hanya berselancar di internet membaca berita tentangnya dan Ria yang tak akan berkontribusi banyak di film Arsela series ke dua. Bahkan entah sudah berapa kali umpatan keluar dari mulut Dea saat ia membaca komentar-komentar buruk para pembencinya di berita itu.
"Gue udah niat nggak bakal nonton itu film karena ada Dea nya, eh sekarang jadi semangat buat nonton. Tapi kok Ria ikut ilang juga?"
"Dea memang pantas buat keluar dari film ini"
"Wih kabar yang ditunggu muncul juga. Fix gue bakal nonton karena fokus ke Amanda"
"Mampus lo Dea. Makan tuh karma"
"Dea pantes keluar. Tapi Ria jangan dong"
"Ria pasti ngundurin diri karena lagi hamil. Kalau Dea pasti emang di depak. Hahahaha"
Dea mengeram kesal. Lantunan musik dari speaker yang berada di dekat Tv menggema seluruh ruangan. Dari mulai lagu rock hingga balad memutar kencang diselingi tawa Dea yang tampak mengerikan.
Orang yang punya uang dan kedudukan itu memang mengerikan. Kabar Ria yang keluar karena di depak berubah menjadi pengunduran diri karena tengah hamil dan syuting harus di lakukan di luar negeri, naik pesawat tak baik untuk kondisi janinnya. Sedangkan kabar mengenai Dea yang di depak dibiarkan begitu saja. Entah sudah berapa banyak cacian yang Dea baca tadi.
Suara ketukan dari kaca balkon membuat Dea menoleh seketika. Membuka tirai, Dea nyaris menjerit saat melihat Aska berdiri di sana. Dari mana laki-laki ini bisa sampai ke balkon unit nya?.
"Kamu lewat dari mana?"
"Dari sana"
Dea meringis ngeri melihat jalan yang ditunjuk oleh Aska. Balkon mereka memang berada di sisi gedung apartemen yang sama, hanya dibatasi oleh sedikit tembok horizontal sisa dari pot tanaman yang diletakan di sana. Sedikit saja salah melangkah, maka nyawa adalah taruhannya.
"Lo gila ya?" semakin gila lagi karena Aska menanggapi ucapannya dengan cengiran sambil menggaruk leher belakang.
"Sudah ada dua orang yang bilang aku gila hari ini. Emang ya jatuh cinta sama kamu itu buat aku gila"
Dea membeku seketika. Tunggu, bukankah yang barusan itu adalah pengakuan?.
......°°°......
Saat keluar dari lift dilantai dimana unitnya berada. Aska mengerutkan dahinya saat segerombolan ibu-ibu tampak berdiri di depan unit Dea sambil terus menekan bel. lantunan musik terdengar begitu kencang dari arah dalam. Bahkan suara bel hingga gedoran pintu sepertinya tak mampu didengar oleh sang pemilik unit.
Aska berjalan cepat saat satu ibu-ibu hendak menelfon satpam gedung apartemen ini. Dengan senyuman tak enak, ia berdiri didepan para ibu-ibu yang terlihat begitu marah. Jelas suara lantunan musik rock dari dalam unit Dea mengganggu mereka.
"Ada apa ini ya ibu-ibu?" tanya Aska basa-basi.
"Musiknya kurang kenceng. Dia pikir tembok gedung ini kedap udara apa?!!"
"Iya. Saya yang dari lantai bawah kedengaran kenceng banget. Siapa sih yang tinggal di sini. bukannya kemarin masih kosong ya?!! nggak punya adab banget"
"Tau. anak saya juga nggak bisa tidur karena berisik!! Tetangga baru, nyapa nggak. bikin penghuni lain nggak nyaman iya!!" celetuk ibu-ibu yang lain.
Aska mengatupkan tangannya di depan dada tanda meminta maaf "Maaf ya bu, saya punya nomor penghuni unit ini bu. Nanti saya coba telfon ya bu. Ibu-ibu silahkan pulang ke unit masing-masing ya bu. saya pastikan 10 menit dari sekarang musiknya nggak akan kedengaran lagi"
Begitu para ibu-ibu pulang. Aska segera masuk ke dalam unitnya. Di telfon hampir 5 kali, Dea sama sekali tak mengangkat panggilannya. Jalan satu-satunya adalah melewati tembok yang menguji adrenalin nya.
Cinta nggak dibalas. Mati iya.
...°°°°°°...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Is Wanthi
Arin,Dea itu yg di sikat otaknya biar bersih,biar gak asal tebak tentang Aska
2023-04-06
1
Erli Safitri
kok gw kesel dikit ya sama Dea 😐
ayok Thor lanjut 😄💪
2023-04-05
1