Bab 15 : Adik Laknat

"Gimana unit apartemennya? Ada yang perlu di rehab?" Aska bertanya sambil membuka kotak bekal yang diberikan oleh Dea barusan. Baru kali ini Aska mendapat bekal dari sosok perempuan selain ibu dan itu rasanya benar-benar menyenangkan meski Aska belum mencicipinya sama sekali.

Benar kata Gema dulu, tak memiliki hubungan dan tak tertarik kepada wanita selama 4 tahun lebih akan membuat Aska menjadi begitu bucin saat menemukan wanita yang tepat. Dan ya, Aska akui jika ketertarikannya pada Dea bukanlah hanya ketertarikan sekejap saja, tapi Aska benar-benar jatuh cinta pada wanita itu.

Siapa yang nyangka jika malam ini dirinya bisa mengobrol dan berada di satu ruangan dengan Dea setelah kemarin ditolak habis-habisan. Meski hanya sebatas pawang untuk mengusir kecoa, rasa bahagia Aska benar-benar membuncah. Mungkin malam ini ia bisa tidur nyenyak.

"Lo gila sih"

Mengambil sendok. Aska memandangi nasi goreng yang ada di dalam kotak. Warna dan aromanya memang tak sesedap milik mamah, namun cukup untuk menggugah selera makan Aska malam ini.

"Kaya emang gue udah gila Gem. Baru kali ini gue ngeliat nasi goreng sambil senyum-senyum nggak jelas. Napsu makan gue naik, tapi sayang buat dimakan ini nasi goreng"

"Lo ngomong apa sih? Nggak jelas"

"Nasi goreng Gem. Moso lo nggak tahu nasi goreng" mengambil sepotong ayam goreng yang ia beli tadi, Aska mulai memakannya sambil menatap nasi goreng yang berada didepannya. Ingatan bagaimana Dea berdiri di balik kitchen counter dengan apron berwana biru membuat senyuman Aska kembali mengembang. Mungkin jika kelak ia berhasil menikahi Dea, pemandangan seperti itu akan menjadi favoritnya sebelum berangkat ke kantor.

"Sumpah. Ini orang kerasukan apa sih?"

"Gem. Ada nggak yah orang yang melihara kecoa?"

Geraman kesal terdengar dari sebrang telfon. Aska tahu dirinya benar-benar aneh sekarang. Mana ada orang yang melihara kecoa di dunia ini?

"Geli banget sumpah. Mau buat apa? Ah.. Gue tahu"

Menarik kotak bekal berisi nasi goreng, Aska menyendoknya dan memasukannya ke dalam mulut. Rasanya memang tak seenak buatan mamah, nyaris keasinan hingga Aska menyipitkan matanya. Jika saja Billa yang masak, sudah jelas pasti akan ditinggalkan begitu saja oleh Aska. Namun yang masak adalah Gea dan ajaibnya Aska tak merasa keberatan sama sekali dan kembali menyantapnya dengan senyuman mengembang. Besok sepertinya ia harus belanja dan memasak makanan untuk mengisi kotak bekal ini sebelum dikembalikan. Satu cara lagi yang bisa membuat mereka kembali mengobrol.

"Lo kayanya beneran bucin sama Gea sampai lo beli apartemen dengan harga semahal itu cuman buat Bila."

"Siapa yang bucin? Gue cuman mau bantu dia. Gue ngerasa turut adil karena nahan dia waktu di pesta kemarin" elak Aska. Gengsi rasanya jika beneran ketahuan bucin dengan seorang wanita. Lagi pula mereka sekarang telfon biasa, bukan video call, jadi Gema tak bisa melihat jikalau wajah Aska terus saja tersenyum seperti orang gila sejak tadi.

"Jadi, perlu di rehab dalamnya nggak?" balik ke pertanyaan awal. Aska menenggak segelas air guna menghilangkan rasa asin di lidah. Daripada terkena gagal ginjal karena kebanyakan garam, Aska menyingkirkan kotak bekal makan itu yang masih menyisakan setengah bagian.

"Emang mau ditempatin?"

"Kayanya sih nggak dalam waktu dekat. Nyokap nggak bakal ngebolehin Billa tinggal di sana. Apalagi satu gedung sama buaya darat"

"Anjir nih orang. Udah gue bantu juga!!"

Buaya darat yang dimaksud oleh Aska jelas Gema. Laki-laki itu juga tinggal di gedung apartemen yang sama, hanya berbeda dua lantai. Gema berada di lantai 5, sedangkan unit Billa berada di lantai 3.

Aska tertawa, meski tahu jika Gema sering kali gonta ganti pacar dulu dan akhirnya tobat 1 tahun ini karena mengincar Billa, Aska yakin jika sahabatnya itu tak akan main-main dengan adiknya. Jika berani membuat Billa sakit hati, maka lawannya langsung dengan Aska. Lagi pula Billa berbeda dengan sosok wanita yang mantan pacar Gema. Aska yakin Billa yang selalu terlihat dingin dan jutek saat keluar dari ru.ah akan bisa menjaga dirinya sendiri.

"Lo jadi ngerekrut Dea buat gabung sama agensi lo kan Gem?"

"Iya. Tapi nggak sekarang. Nunggu redaan dulu gosipnya. Baru gue ajak gabung"

Aska menganggukkan kepalanya. Jika terlalu terburu-buru juga tak akan baik. Gea juga pasti akan curiga saat tahu Aska berteman dengan Gema. Bisa-bisa wanita itu semakin menjauh darinya.

"Gue denger dari Billa. Lo juga beli unit di daerah Menteng? Buat studio katanya? Studio beneran atau cuman buat ajang PDKT? Karena gue tahu Arin cari unit di sana buat Gea"

Ah. Menyembunyikan segala sesuatu pada Gema memang tidaklah mudah. Tak menjawab, Aska langsung mematikan sambungan telfon sepihak. Bersamaan dengan itu, suara bel unitnya berbunyi. Mengesampingkan chat dari Gema yang baru saja masuk ke gawainya. Aska berdiri dan berjalan menuju pintu saat melihat wajah Dea dari interkom.

Sebelum membuka pintu, Aska mengatur terlebih dahulu ekspresinya agar terlihat datar. Jangan tersenyum kayang anak remaja yang ketahuan di apelin oleh gebetan.

"Kenapa?" tanya Aska begitu pintu terbuka. Satu kotak bekal lagi, terulur ke arahnya. Aska menerimanya dengan dahi berkerut.

"Nasi gorengnya belum dimakan kan? Aku ganti aja sama roti bakar" jawab Dea panik.

Aska tersenyum. Ekspresi Dea yang panik itu benar-benar menggemaskan. Mungkin wanita ini baru menyadari seasin apa nasi goreng yang dia buat barusan.

"Saya terima dua-duanya aja gimana?"

Kali ini dahi Dea yang berkerut "Kamu suka makanan asin?"

"Suka"

"Tapi itu asin banget Ka"

Ka? Aska?. Bukankah jika Dea sudah memanggilnya dengan sebutan nama itu berarti satu langkah untuk mendekat mulai di buka. Bisa mulus jalan PDKT nya kalau begini.

"Aku suka Asin De. Tenang aja. Terima kasih untuk nasi dan roti bakarnya"

"Aku ambil aja ya. Sumpah, aku malu banget sekarang"

Tawa Aska terdengar. Ingin rasanya Aska mencubit pipi merah Dea yang menahan malu sekarang. "It's okay. Besok aku kembali—"

"Ayah"

Panggilan itu membuat baik Aska ataupun Dea menoleh ke sumber suara. Gadis kecil dengan rambut hitam panjang itu berlari mendekat ke arahnya.

Untuk sesaat Aska melirik ke arah Dea yang mengerutkan dahinya dalam. Sungguh, bukan Aska tak menyukai Sea, tapi kenapa gadis itu harus muncul di saat seperti ini? Membuatnya terlihat seperti duda anak satu?. Dan...

"Ayah ganteng"

Itu bukan berasal dari Sea, melainkan dari Bila yang juga ikutan berlari ke arahnya dengan cengiran super jahilnya.

Emang adik laknat.

...°°°°°°...

**setelah diperhatikan beberapa bab sebelumnya. kalau aku double up itu kadang bab sebelumnya pada lupa di LIKE.

jadi aku bakal up 1 bab aja ya. cuman akan sering.

jadwal Rabu, Minggu udah nggak berlaku 😂. akan aku usahain untuk sering up ya. Tapi up malam aja pas udah buka puasa dan trawih bagi yang menjalankan.

jangan lupa LIKE nya ya. dan komentarnya juga**.

Terpopuler

Comments

Is Wanthi

Is Wanthi

Sea itu siapa sih

2023-04-06

0

SeptiGunarto22

SeptiGunarto22

hahahaha mampusssss Aska....emang si Billa gak bisa liat abangnya seneng

2023-04-03

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Ainan Raditya Alaska
2 Bab 2 : Modus Pertama
3 Bab 3 : Dea Aliska Rahayu
4 Bab 4 : Jangan Lupa Buang Sampah Ditempatnya
5 Bab 5 : Laki-laki Bahaya
6 Bab 6 : Cari Sampai Dapat
7 Bab 7 : Adik Rese
8 Bab 8 : Ajakan Kencan Dadakan
9 Bab 9 : Psikiater atau THT?
10 Bab 10 : Emang Dasar Gila
11 Bab 11 : Drama Ponsel Ketinggalan
12 Bab 12 : Apartemen Baru
13 Bab 13 : Hewan Bermetamorfosis Tak Sempurna
14 Bab 14 : Perintah Dibuat Untuk Dilanggar Bukan?
15 Bab 15 : Adik Laknat
16 Bab 16 : Drama Apa Ini?
17 Bab 17 (Arin) : Aktris Gue Gila
18 Bab 18 : Cinta Nggak Dibalas. Mati iya
19 Bab 19 : Seperti Kerbau Yang Dicocok Hidungnya
20 Bab 20 : Obrolan Sambil Menunggu Makanan
21 Bab 21 : Sat Set Sat Set
22 Bab 22 : Wanita 4 Tahun Yang Lalu
23 Bab 23 : Pesan Aska
24 Bab 24 : Dea Tahu
25 Bab 25 : Menggigit Lidah
26 Bab 26 : Hidup VS Karir
27 Bab 27 : Mas?
28 Bab 28 : Mari Tak Saling Kenal
29 Bab 29 : Akting Mamah Ajeng
30 Bab 30 : Musuh
31 Bab 31 : Ayo Menikah
32 Bab 32 : Susah Iya, Bencana Pun Datang
33 Bab 33 : Mamah Ajeng Syok
34 Bab 34 : Garam Air Laut
35 Bab 35 : Jadi Kita Besan Nih?
36 Bab 36 : Rencana Aska Di Luar Nalar
37 Promosi
38 Bab 37 : Aska Memang Gila
39 Bab 38 : Senam Jantung di Pagi Hari
40 Bab 39 : Lo Kira Segampang Itu Bambang !!!!
41 Bab 40 : Dibalik sebuah senyuman
42 Bab 41 : Naget Gosong
43 Bab 42 : Tak Jual Cincin Kamu Aska
44 Bab 43 : Gema
Episodes

Updated 44 Episodes

1
Bab 1 : Ainan Raditya Alaska
2
Bab 2 : Modus Pertama
3
Bab 3 : Dea Aliska Rahayu
4
Bab 4 : Jangan Lupa Buang Sampah Ditempatnya
5
Bab 5 : Laki-laki Bahaya
6
Bab 6 : Cari Sampai Dapat
7
Bab 7 : Adik Rese
8
Bab 8 : Ajakan Kencan Dadakan
9
Bab 9 : Psikiater atau THT?
10
Bab 10 : Emang Dasar Gila
11
Bab 11 : Drama Ponsel Ketinggalan
12
Bab 12 : Apartemen Baru
13
Bab 13 : Hewan Bermetamorfosis Tak Sempurna
14
Bab 14 : Perintah Dibuat Untuk Dilanggar Bukan?
15
Bab 15 : Adik Laknat
16
Bab 16 : Drama Apa Ini?
17
Bab 17 (Arin) : Aktris Gue Gila
18
Bab 18 : Cinta Nggak Dibalas. Mati iya
19
Bab 19 : Seperti Kerbau Yang Dicocok Hidungnya
20
Bab 20 : Obrolan Sambil Menunggu Makanan
21
Bab 21 : Sat Set Sat Set
22
Bab 22 : Wanita 4 Tahun Yang Lalu
23
Bab 23 : Pesan Aska
24
Bab 24 : Dea Tahu
25
Bab 25 : Menggigit Lidah
26
Bab 26 : Hidup VS Karir
27
Bab 27 : Mas?
28
Bab 28 : Mari Tak Saling Kenal
29
Bab 29 : Akting Mamah Ajeng
30
Bab 30 : Musuh
31
Bab 31 : Ayo Menikah
32
Bab 32 : Susah Iya, Bencana Pun Datang
33
Bab 33 : Mamah Ajeng Syok
34
Bab 34 : Garam Air Laut
35
Bab 35 : Jadi Kita Besan Nih?
36
Bab 36 : Rencana Aska Di Luar Nalar
37
Promosi
38
Bab 37 : Aska Memang Gila
39
Bab 38 : Senam Jantung di Pagi Hari
40
Bab 39 : Lo Kira Segampang Itu Bambang !!!!
41
Bab 40 : Dibalik sebuah senyuman
42
Bab 41 : Naget Gosong
43
Bab 42 : Tak Jual Cincin Kamu Aska
44
Bab 43 : Gema

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!