Bab 4 : Jangan Lupa Buang Sampah Ditempatnya

"Mbak Dea datang karena diundang mbak?"

Dea melirik ke sumber suara. Seorang reporter yang Dea ketahui bekerja di perusahaan Cabe pedas itu yang mengajukan pertanyaan. Jika dilihat dari prestasi yang ada, maka segala gosip tentang para artis yang merujuk ke hal buruk selalu dikupas oleh wartawan itu. Mungkin sebentar lagi dirinya akan masuk ke trending setelah dia mempublish artikelnya.

Tersenyum ramah, Dea menganggukkan kepalanya. "Iya. Saya diundang. Dan kebetulan jadwal saya kosong malam ini, jadi bisa hadir"

"Bagaimana hubungan mbak sama mbak Ria? Apa hubungan kalian baik-baik saja?" tanyanya lagi. Satu yang perlu Dea waspadai adalah, jangan sampai ia masuk ke perangkap reporter satu ini.

"Tentu saja hubungan kami baik" aku Dea. Baik? Dea merasa dirinya perlu diberi trofi dengan nominasi aktris terbaik lagi tahun ini. Aktingnya benar-benar luar biasa.

Tak mau terjebak dengan terus menjawabi setiap pertanyaan para reporter yang tak ada habisnya. Dea membungkuk sebentar sebelum akhirnya berjalan masuk ke ballroom dengan Arin yang berjalan bersisian dengannya. Arin nampak gugup namun tidak dengan Dea yang malah terlihat santai dengan senyuman mengembang. Senyuman yang menurut pandangan orang terlihat tulus dan tanpa beban sama sekali. Saat di depan tadi, Arin bahkan tak bisa memprediksi jawaban apa yang akan keluar dari mulut Dea karena aktrisnya ini tertawa dan tersenyum lebar seperti biasanya.

"Gue nyaris mati berdiri gara-gara lo. Gaji gue harus ditambah lagi sama lo kalau kita keluar hidup-hidup dari sini"

Dea menepuk santai lengan Arin yang tengah berbisik kepadanya, sekaligus memberikan ancaman yang hanya ditanggapi dengan anggukan kepala oleh Dea.

Begitu masuk ke ruangan dimana acara resepsi diadakan, semua mata tertuju ke arahnya seketika. Beberapa nampak tersenyum melihat kedatangannya dan beberapa orang lain nampak berbisik satu sama lain. Tebakan Dea kurang lebih seperti ini.

"Wah gila. Dea datang"

"Emang bener-benar cewek tangguh"

"Kayanya bakal ada drama deh. Secara Ria dan Dea sama-sama terkenal sebagai ratu drama"

"Gue nggak jadi pulang cepet, gue mau nonton dulu. Seru kayanya"

"Hai mbak Dea"

Dea menoleh ke arah kiri. Seorang wanita dengan gaun panjang berwarna tosca tampak berjalan anggun ke arahnya. Dia Amber Sinatrika Mahendra, aktris pendatang baru sekaligus adik kandung Ardigo.

Untuk sesaat pandangan Dea bukannya bertemu dengan Amber malah bersitatap dengan seorang pria berjas hitam yang tengah berdiri dengan segelas koktail yang ada ditangan. Sejak masuk ke ballroom, Dea sebenarnya sadar jika laki-laki itu juga tampak memperhatikannya sejak tadi, hanya saja Dea hiraukan karena kenyataannya bukan hanya laki-laki itu saja yang melihatnya, melainkan semua orang yang ada disini juga menatapnya secara terang-terangan. Cuman anehnya Dea merasa tatapan laki-laki itu bukan karena merasa takjub dengan kedatangannya di resepsi pacar, melainkan mengandung arti lain yang tida bisa Dea tebak sama sekali.

"Aku kira mbak nggak bakal datang"

Kembali ke Amber, Dea tersenyum sambil mengusap lengan gadis yang berada di kelas 12 sekarang. Ardigo mempunya satu adik perempuan dan sial nya Dea tak memperkirakan kedatangan Amber di acara malam ini. Bodoh sebenarnya, jelas Amber pasti ada mengingat dia adalah adik mempelai laki-laki.

"Mbak gimana kabarnya? Aku sempet takut nggak bisa ketemu mbak lagi, padahal kan kita bisa jadi bestie"

Dea balik memeluk Amber yang kini melingkarkan tangan di pinggang Dea "Mbak baik. Kamu gimana? Nggak usah banyak terima tawaran iklan. Fokus belajar dulu, mau ujian"

"Kabar Amber lebih baik waktu mbak Dea yang jadi pacar mas Ar"

Dea tertawa mendengarnya. "Am, mbak boleh minta tolong sesuatu sama kamu? Boleh ambil tas mbak yang kemarin ketinggalan di rumah kamu?"

"Bisa mbak. Besok aku bawa ke agensi ya mbak"

Dea menggeleng cepat "Nggak besok. Tapi sekarang"

"Sekarang?"

"Iya. Mbak butuh tas itu buat besok. Tolong ya. Kita ketemu di apartemen mbak. Mbak cuman sebentar aja di sini"

Meski ada kerutan di dahi Amber, gadis cantik itu tetap menganggukkan kepalanya. Mencium pipi kanan dan kiri Dea, Amber langsung melesat keluar dari area pesta. Arin yang berdiri di sampingnya hanya bisa tersenyum tipis, meski menyebalkan artis sekaligus sahabatnya ini masih punya hati nurani "Lo sengaja kan nyuruh Amber pergi?"

Mengeringkan satu matanya ke arah Arin sebagai jawaban, Dea berjalan ke arah pelaminan dengan senyuman mengembang. Sengaja? Tentu. Dea sengaja menyuruh Amber pulang karena Dea tak ingin mengotori otak gadis yang baru berusia 18 tahun itu dengan video yang akan di putar sebentar lagi.

Setiap langkah Dea yang menaiki undakan menuju pelaminan, maka semua mata orang di pesta ini langsung berpusat pada Dea. Seolah akan ada pertujukan di atas sana yang tak boleh di lewatkan. Dea bisa menebak kebanyakan dari mereka pasti berharap ada drama tarik rambut atau saling sobek gaun antara Dea dan Ria, yang beritanya akan semakin mereka gosok agar semakin sip. Karena itu saat Dea berhenti di depan Ria, puluhan kamera diam-diam merekam keduanya.

"Selamat ya, untuk pernikahan dan —" Dea melirik ke arah Ardigo lalu beralih ke perut Ria "Kehamilan kamu" bisik Dea dengan seringai mengerikan.

"Kenapa lo dateng ke sini? Gue nggak ngundang lo"

Suara Ria yang bergetar membuat Dea semakin tersenyum lebar. Nyali sekecil ini, Dea yakin Ria akan dibuang oleh keluarga Ardigo setelah anak mereka lahir. Dea beritahu satu rahasia, menghadapi keluarga Ardigo  tak semudah yang dipikirkan, butuh otak dan asal usul keluarga yang mapan untuk bisa bersanding dengan mereka.

"Tapi sayangnya suami lo yang asalnya bekas gue, yang ngundang. Nikmatin sampah dari gue ya Ri, jangan lupa buang ke tong sampah kalau udah selesai dipakai" melihat wajah merah Ria yang menahan amarah, Dea malah cipika cipiki dengan Ria yang membuat tangan wanita itu mengepal.

"Kapan aku ngasih undangan ke kamu De?" Ardigo dengan senyuman yang ditahan sebaik mungkin agar tak kentara dimata para tamu jika mereka bertiga tengah berseteru di atas pelaminan ini, yang bicara. Laki-laki yang menggunakan setelan jas berwana coklat muda itu bertanya dengan nada suara yang membuat Dea ingin tertawa.

Jika berakhir dengan rasa ketakutan akan kehadirannya. Seharusnya sejak awal mereka tak membuat masalah dengan Dea Aliska Rahayu.

"Bukannya motto Ardigo Entertainment itu adalah kekeluargaan? Keluarga nggak perlu undangan kertas untuk datang ke acara nikahan anggota keluarga lain kan? Apalagi pak CEO tercinta kita?" seringai licik Dea tunjukkan kepada keduanya.

Episodes
1 Bab 1 : Ainan Raditya Alaska
2 Bab 2 : Modus Pertama
3 Bab 3 : Dea Aliska Rahayu
4 Bab 4 : Jangan Lupa Buang Sampah Ditempatnya
5 Bab 5 : Laki-laki Bahaya
6 Bab 6 : Cari Sampai Dapat
7 Bab 7 : Adik Rese
8 Bab 8 : Ajakan Kencan Dadakan
9 Bab 9 : Psikiater atau THT?
10 Bab 10 : Emang Dasar Gila
11 Bab 11 : Drama Ponsel Ketinggalan
12 Bab 12 : Apartemen Baru
13 Bab 13 : Hewan Bermetamorfosis Tak Sempurna
14 Bab 14 : Perintah Dibuat Untuk Dilanggar Bukan?
15 Bab 15 : Adik Laknat
16 Bab 16 : Drama Apa Ini?
17 Bab 17 (Arin) : Aktris Gue Gila
18 Bab 18 : Cinta Nggak Dibalas. Mati iya
19 Bab 19 : Seperti Kerbau Yang Dicocok Hidungnya
20 Bab 20 : Obrolan Sambil Menunggu Makanan
21 Bab 21 : Sat Set Sat Set
22 Bab 22 : Wanita 4 Tahun Yang Lalu
23 Bab 23 : Pesan Aska
24 Bab 24 : Dea Tahu
25 Bab 25 : Menggigit Lidah
26 Bab 26 : Hidup VS Karir
27 Bab 27 : Mas?
28 Bab 28 : Mari Tak Saling Kenal
29 Bab 29 : Akting Mamah Ajeng
30 Bab 30 : Musuh
31 Bab 31 : Ayo Menikah
32 Bab 32 : Susah Iya, Bencana Pun Datang
33 Bab 33 : Mamah Ajeng Syok
34 Bab 34 : Garam Air Laut
35 Bab 35 : Jadi Kita Besan Nih?
36 Bab 36 : Rencana Aska Di Luar Nalar
37 Promosi
38 Bab 37 : Aska Memang Gila
39 Bab 38 : Senam Jantung di Pagi Hari
40 Bab 39 : Lo Kira Segampang Itu Bambang !!!!
41 Bab 40 : Dibalik sebuah senyuman
42 Bab 41 : Naget Gosong
43 Bab 42 : Tak Jual Cincin Kamu Aska
44 Bab 43 : Gema
Episodes

Updated 44 Episodes

1
Bab 1 : Ainan Raditya Alaska
2
Bab 2 : Modus Pertama
3
Bab 3 : Dea Aliska Rahayu
4
Bab 4 : Jangan Lupa Buang Sampah Ditempatnya
5
Bab 5 : Laki-laki Bahaya
6
Bab 6 : Cari Sampai Dapat
7
Bab 7 : Adik Rese
8
Bab 8 : Ajakan Kencan Dadakan
9
Bab 9 : Psikiater atau THT?
10
Bab 10 : Emang Dasar Gila
11
Bab 11 : Drama Ponsel Ketinggalan
12
Bab 12 : Apartemen Baru
13
Bab 13 : Hewan Bermetamorfosis Tak Sempurna
14
Bab 14 : Perintah Dibuat Untuk Dilanggar Bukan?
15
Bab 15 : Adik Laknat
16
Bab 16 : Drama Apa Ini?
17
Bab 17 (Arin) : Aktris Gue Gila
18
Bab 18 : Cinta Nggak Dibalas. Mati iya
19
Bab 19 : Seperti Kerbau Yang Dicocok Hidungnya
20
Bab 20 : Obrolan Sambil Menunggu Makanan
21
Bab 21 : Sat Set Sat Set
22
Bab 22 : Wanita 4 Tahun Yang Lalu
23
Bab 23 : Pesan Aska
24
Bab 24 : Dea Tahu
25
Bab 25 : Menggigit Lidah
26
Bab 26 : Hidup VS Karir
27
Bab 27 : Mas?
28
Bab 28 : Mari Tak Saling Kenal
29
Bab 29 : Akting Mamah Ajeng
30
Bab 30 : Musuh
31
Bab 31 : Ayo Menikah
32
Bab 32 : Susah Iya, Bencana Pun Datang
33
Bab 33 : Mamah Ajeng Syok
34
Bab 34 : Garam Air Laut
35
Bab 35 : Jadi Kita Besan Nih?
36
Bab 36 : Rencana Aska Di Luar Nalar
37
Promosi
38
Bab 37 : Aska Memang Gila
39
Bab 38 : Senam Jantung di Pagi Hari
40
Bab 39 : Lo Kira Segampang Itu Bambang !!!!
41
Bab 40 : Dibalik sebuah senyuman
42
Bab 41 : Naget Gosong
43
Bab 42 : Tak Jual Cincin Kamu Aska
44
Bab 43 : Gema

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!