Dea menghela napasnya lega. "Ada kecoa di dalam. 2. Lagi mau kawin. Pada terbang kejar-kejaran macam remaja aja tarik ulur" Dea bisa melihat Aska tersenyum sekarang.
Bagian mana dari kalimatnya yang lucu?
"Kenapa ketawa?" tanya Dea dengan nada sewotnya.
"Nggak apa-apa. Dimana kecoa nya"
"Di dalam" membuka pintu unitnya, Dea mempersilahkan laki-laki itu untuk masuk terlebih dahulu. Menerima kantong berisi makanan dari tangan Aska, Dea kembali menutup pintu saat Aska sudah masuk ke dalam rumah. Dirinya akan menunggu diluar saja selagi Aska bertempur dengan dua makhluk berwarna coklat itu.
Ikut masuk? Ogah. Alih-alih terbang ke arah Aska, kecoa pasti akan terbang ke arah dirinya.
Di sisi lain, Aska tertawa saat melihat pintu kembali tertutup tanpa ada Dea yang ikut masuk ke dalam rumah. Sebelumnya ia malas berpacaran karena pacar hanya akan membuatnya lengah, membuat kerjaannya kacau karena rengekan mereka hanya untuk hal-hal sepele seperti ada kecoa terbang di apartemen. Siapa yang menyangka jika hal-hal itu benar-benar terjadi, menjadi pawang kecoa dari wanita yang tengah ia kejar mati-matian sampai membeli apartemen.
Perihal apartemen yang diberikan kepada Billa sebagai hadiah, itu memang apartemen Dea yang Aska beli. Kata Bara, jika ingin mendekati seseorang maka harus mencari tahu terlebih dahulu asal-usul dan kehidupan mereka. Dan Aska menemukan jawaban dari pencariannya selama dua hari adalah jika Dea hendak menjual apartemen wanita itu. Aska membelinya setelah meminta Gema yang turun tangan langsung. Sedangkan dimana Dea tinggal sekarang juga merupakan info dari Gema yang mencari tahu kepada Arin. Dunia itu memang sempit, Arin adalah sepupu jauh Gema.
Menangkap dua hewan yang kata Dea seperti anak muda yang tarik ulur untuk kawin dengan tangan kosong, Aska langsung membuangnya lewat jendela. Mencuci tangan, Aska membuka pintu yang langsung menampilkan wajah cantik Dea yang terlihat sedikit ketakutan. Ya Tuhan. Ketakutan aja secantik ini.
"Udah nggak ada?"
Aska menggeser tubuhnya agar Dea bisa melihat kondisi dalam rumah "Udah nggak ada. Bener kata kamu, lagi kawin dan langsung saya buang"
"Buang kemana?"
Aska tertegun seketika saat Dea tiba-tiba mendongak, jarak wajah mereka begitu dekat hingga Aska bisa melihat mata cantik itu membulat sempurna. Satu lagi yang hanya bisa dilihat jika dalam jarak dekat, Dea memiliki tai lalat kecil dipucuk hidungnnya.
Sadar, Aska mundur selangkah agar jarak mereka tak terlalu dekat. "Saya buang ke luar, lewat jendela"
"Di sini emang banyak kecoannya ya?"
Tak jadi keluar, Aska malah mengekor Dea kembali masuk ke dalam rumah tanpa sadar. Memang jiwa-jiwa pria tak beradabnya muncul sekarang. "Lagi musim kawin kayanya, jadi terkadang bisa masuk lewat jendela. Saran, tutup cela-cela pintu dengan karet. Saya masih punya beberapa di rumah, nanti saya kasih besok"
"Kenapa nggak sekarang aja?"
"Ya?" Aska bengong sejenak. Memang otaknya ini kadang suka loading jika sudah berurusan dengan gebetan "Oke. Saya ambil dulu" Aska buru-buru keluar dari rumah. Jangan sampai ia terlihat bodoh kalau sudah berubah menjadi bucin seperti ini.
Mengambil karet miliknya, Aska kembali ke unit Dea dan mulai memasang di celah-celah pintu kaca. Sedangkan wanita itu tampak berada di dapur dengan kompor yang menyala. Rasanya mereka seperti pengantin baru yang baru saja pindah ru.ah dimana suami mengecek keadaan rumah sedangkan istrinya memasak di dapur.
Aduh, Aska, masih jauh buat sampai berpikir begitu.
"Kenapa pindah ke sini? Bukannya biasannya artis itu punya rumah?" Aska memulai pembicaraan. Sekalian tahap kedua agar hubungan mereka semakin dekat. Meski jika melihat sikap Dea kemarin, Aska tak terlalu berharap Dea akan menanggapi pertanyaannya.
Kata Bara, tahap ke dua setelah mencari tahu semuanya adalah komunikasi yang intens, itu akan menumbuhkan rasa nyaman. Sedangkan tahap ke tiga adalah mendekati orang tuanya.
"Punya. Cuman itu rumah kakak dan sekarang malas buat ditempati karena jadi tempat piknik dadakan para reporter yang haus berita"
Waw.. Bambang. Dea jawabbbbbb.
Senyuman tak bisa lagi disembunyikan oleh Aska. Bahkan mungkin sekarang gusi atas dan bawahnya terlihat saking lebarnya ia tersenyum sekarang. Memang, kalau sudah bucin itu susahnya minta ampun.
"Itu busa atau karet"
Merasakan jika Dea berdiri di sampingnya, Aska mendongak menatap Dea "Ini busa buat nutup celah pintu kamar, kalau yang di balkon tadi saya pakai karet"
"Gimana cara pasangnya"
Napas Aska tertahan sejenak saking gugupnya saat Dea tiba-tiba jongkok. Jarak mereka tak terlalu dekat padahal namun rasanya Aska bisa mati jantungan kalau terus seperti ini.
"Gampang, tinggal dimasukin aja di bawah pintu. Hewan nggak akan bisa masuk. Terutama hewan yang kata kamu metamorfosisnya nggak sempurna itu"
Ada tawa renyah yang muncul dari Dea "Lah, emang bener kan?"
Aska mengangguk. Ikut tertawa bersama. "Mau tau caranya? Sinih deketan. Mana bisa kamu liat kalau jongkoknya jauh begitu"
Meski dahinya Dea berkerut curiga, wanita itu tetap mendekat hingga Aska malah dibuat takut jika Dea bisa mendengar detak jantungnya yang kencang.
"Ja..jadi" sial. Kenapa jadi gugup begini? "Jadi, kamu masukin di celah bawah, nah busa depan belakangnya ini yang buat penutup biar hewan nggak bisa masuk. Terus dorong sampai pojok dan yakin nggak ada celah lagi. Habis itu" Aska mengambil gunting di dekatnya "Tinggal di gunting sisanya. Selesai"
Dea nampak menganggukkan kepalanya. "Gampang ternyata. Nanti aku juga mau beli buat nutup semua celah" wanita itu kembali berjalan menuju dapur meninggalkan Aska yang tak tahu harus melakukan apa lagi agar mereka bisa lama mengobrol.
Selesai menutup semua celah, Aska berdiri dan menatap sekitar. Mencari apa saja yang bisa ia kerjakan agar mereka bisa mengobrol lebih lama. Jika ada Gema atau Aldo di sini, mereka pasti sudah bertepuk tangan dengan modus yang tengah Aska luncurkan sekarang.
"Meja itu mau kamu rakit?"
Dea yang baru saja meletakan dua nasi goreng ke atas piring dan box menoleh ke Aska. Dea tahu alasan dibalik Aska yang menanyakan hal itu. Dirinya bukanlah anak remaja lagi yang tak sadar dengan modus yang dilancarkan oleh Aska sekarang. Mungkin tadi, karet pembatas pintu memang permintaan Dea karena dirinya tak ingin ada serangga lagi yang masuk ke dalam rumah. Semuanya sudah selesai maka Dea juga akan mengakhirinya sampai disini hari ini.
"Itu. Nggak sekarang, besok baru mau aku rakit" memasukan bekal berisi nasi goreng ke dalam kantong makanan Aska tadi, Dea menyerahkannya kepada sang pemilik. "Makasih untuk bantuannya. Ada nasi goreng di dalamnya. Makan ayam juga harus pakai nasi biar kenyang"
Aska melirik ke dalam kantong makanannya. Ada satu box bekal yang berada di sana. Kekecewaannya karena tak bisa mengobrol lama dengan Dea hilang seketika. Bukankah mengembalikan kotak makan ini bisa menjadi alasan agar mereka bisa bertemu besok?. Aska menerimanya dengan senyuman mengembang. Mungkin malam ini memang hanya sampai ini, besok masih ada waktu untuk mengobrol lagi.
Berjalan menuju pintu, Aska kembali menghentikan langkahnya begitu sampai diluar unit saat suara Dea kembali terdengar.
"Box nya nggak perlu dikembalikan. Saya punya banyak di rumah. Sekali lagi terima kasih"
Dan pintu itu tertutup yang membuat harapan Aska menguap seketika. Tapi tenang saja, Aska punya banyak cara untuk kembali bicara dengan Dea besok. Bukankah perintah dibuat untuk dilanggar?
...****************...
Jangan lupa LIKE bab 13 dan 14 nya ya.
tinggalkan komentar kalian
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Erli Safitri
semangat Thor💪😘
2023-04-02
1
Septi Wulansari
babang aska..no dirumahku juga banyak kecoa,usir cepetan
2023-04-02
1