Dea pikir, menjadi seorang selebritis terkenal setelah nekat keluar dari rumah kedua orang tuanya yang menginginkan Dea menjadi penerus perusahaan keluarga alih-alih menggapai cita-citanya, akan membuat hidupnya lebih berharga.
Memiliki uang yang banyak, dikenal banyak orang, mempunyai pacar kaya yang pengertian, dan membuat para wanita tanah air iri padanya memang berhasil Dea raih diusianya yang baru saja menginjak 24 tahun. Namun ada satu hal yang membuat Dea sadar, cinta tak bisa dibeli dengan uang, dan uang tak bisa memastikan seseorang akan setia terhadapnya.
Contohnya saja sosok laki-laki bernama Ardigo, pacarnya selama 4 tahun terakhir sekaligus CEO dari agensi tempatnya bernaung. Laki-laki yang memutuskannya sepihak bahkan lewat media.
Pernikahan Ardigo dan aktris Ria Salsabila yang akan digelar 1 minggu ke depan. Bagaimana nasib Dea Aliska Rahayu?
Dea mengumpat habis-habisan saat melihat berita trending ini tadi sore. Dari kabar Arin—managernya yang kala itu tengah pulang ke rumah untuk mengambil script naskah film yang tertinggal di rumah, para wartawan langsung mendatangi rumahnya dan kini mereka malah berkemah seenak jidad di sana menunggu kedatangan Dea.
Tangan Dea mengepal erat saat pintu restoran ruang VVIP yang ia pesan terbuka dan sosok Ardigo masuk dari sana. Ada umpatan yang sebaik mungkin Dea tahan sekarang. Jika saja Ardigo bukan CEO dari agensi tempatnya bernaung, mungkin akan ada gelas yang melayang dan namannya semakin melambung di udara karena terjerat kasus kekerasan.
"Ayo kita putus"
Tawa Dea menggema seketika. Setelah diputusi lewat media secara sepihak, Ardigo mengulangi kalimat itu dengan nada yang tak bersalah sama sekali. Well, ternyata diputusin secara sepihak begini rasanya tak begitu menyakitkan. Apalagi jika yang perlu dilepas dan dihempaskan ke liang lahat adalah sosok laki-laki rendahan seperti Ardigo.
"Hanya itu yang ingin aku katakan ke kamu. Aku ingin putus dan berharap kamu setuju"
Bolehkan ia menampar pria di depannya ini sekarang?. Ah atau mungkin perlu ia telfon abang gali kubur untuk mempersiapkan tempat indah bagi Ardigo?
"Awalnya aku nggak ingin putus karena aku masih sayang sama kamu. Tapi ternyata Ria hamil setelah kami melakukannya sekali. Dia hamil anak ku, jadi kita harus putus karena aku harus bertanggung jawab"
Jadi, kalau Ria nggak hamil Ardigo akan tetap mengencaninya? Memacari dua wanita sekaligus. Kampret emang ini orang.
"Ini juga semua salah kamu. Coba saja kamu nggak menghindar setiap kali aku ingin sentuh kamu, aku nggak akan mencari wanita lain"
Tawa Dea yang tengah menggema berhenti seketika. Tatapannya menatap lurus ke arah Ardigo yang kini tengah seolah-olah menjadikan dirinya turut andil dalam hancurnya hubungan ini.
Dia bilang apa? Hanya karena menolak disentuh, Ardigo mencari wanita lain? Wanita yang tak lebih adalah sahabat Dea sendiri?.
"Karena aku nggak mau kamu sentuh saat kamu ingin, jadi kamu memacari Ria? Menghamili dia?" sebaik mungkin Dea menjaga emosinya agar tak meledak. Meski rasanya ingin sekali ia menjambak rambut hitam laki-laki ini sekarang.
"Iya. Kamu tahu De? Kamu terlalu jual mahal? Ingin tetap perawan sebelum menikah? Di kota metropolitan seperti ini? Di industri seperti ini? Bullshit De. Kamu tinggal aja di pesantren jika ingin menjaga kehormatanmu sampai nikah nanti"
"Jadi segitu besarannya kamu menginginkan hal itu? Kenapa nggak ke diskotik saja? Banyak wanita yang bersedia di sana!!, aku udah bilang kan, kalau kamu mau hal itu cari di sana. Aku nggak masalah sama sekali"
Ardigo tampak menganggukkan kepalanya dengan seringai yang menurut Dea begitu menyebalkan. "Sesuai saran kamu, aku cari di sana. Aku bahkan melakukannya di sana. Dengan Ria"
Sungguh, bagaimana bisa ada makhluk yang tak sadar diri seperti ini? Dan dari banyaknya orang di dunia, kenapa harus dirinya yang bertemu dengan pria macam seperti Ardigo.
Dea sudah tak bisa lagi menahan amarahnya. Diambilnya gelas miliknya yang masih berisi penuh air putih lalu ia siramkan kepada Ardigo.
Dea kalah, Dea kalah menjaga emosinya agar tak marah. Karena seperti tebakannya, Ardigo tak marah namun merasa puas karena Dea tersulut emosi. Dengan begini Ardigo pasti sudah merasa setimpal. Ia menyakiti Dea dan Dea membalasnya dengan menyiramkan air.
"Kita setimpal sekarang ya De. Aku harap kamu akan selalu bertemu dengan pria yang menginginkan dirimu sebelum pernikahan"
Lihat? Emang rada sinting ini orang!
Bersaman dengan Ardigo yang hendak keluar dari ruangan, Dea langsung berdiri sambil menyiramkan lagi air ke wajah laki-laki itu. Setelahnya ia langsung keluar terlebih dahulu dari Ardigo yang langsung mendapat pekikan keras laki-laki itu. Berpacaran 4 tahun, Dea tahu Ardigo paling tak suka jika ia ditinggal saat sedang bertengkar. Pria itu biasanya akan pergi lebih dahulu, meninggalkan bukan ditinggal.
Dea tersenyum miring sambil menatap pantulannya di cermin, itu adalah pertemuan terakhir mereka 1 minggu yang lalu. Dan hari ini, malam ini lebih tepatnya, beberapa jam lagi akan ada hadiah pernikahan spesial yang Dea berikan pada sang mantan kekasih. 1 minggu penuh Dea mempersiapkannya, maka dari itu malam ini jelas tak boleh gagal sama sekali.
Bukan hanya Ardigo saja hadiah ini akan Dea persembahkan, namun kepada Ria, sahabat yang nyatanya menikungnya dari belakang.
"Fix setelah gue pikir-pikir 3 hari ini. Mending lo nggak usah dateng De"
Dari pantulan cermin, Dea menyeringai ke arah Arin yang berdiri di belakangnya. Awalnya managernya itu mendukung semua rencana yang Dea siapkan, namun 3 hari belakangan sikap Arin berubah total. Wanita itu mati-matian membujuk Dea agar membatalkan saja rencana yang telah di susun.
"Karir lo yang bakal hancur setelah ini. Emang lo yang sekarang menghasilkan paling banyak untuk agensi, tapi tidak menutup kemungkinan lo juga bakal dikeluarkan dari perusahaan kalau rencana lo malam ini masih diterusin"
Duduk di sofa yang berada dekat dengannya, Dea menyilangkan kakinya sambil melipat tangan di depan dada. Mundur tanpa balas dendam? Oh tentu saja hal itu tak mungkin terjadi pada Dea. Sekali ada yang menghancurkan hatinya, maka siap-siap mendapat balasan yang lebih parah dari itu oleh Dea "Perusahaan bakal bangkrut kalau mutusin kontrak sama gue"
Arin tak habis pikir dengan jalan pikiran artisnya itu. Tingkat percaya diri yang Dea milik terkadang membuat Arin takut hal itu yang malah akan menghancurkan Dea sendiri. Duduk di samping Dea, Arin mencubit lengan Dea, kesal "Asal lo tahu. Kemarin gue disuruh jadi manager Alika. Alasannya karena beberapa minggu ke depan lo nggak punya tawaran apapun."
Sudah ditebak. Dea sudah menebaknya sejak ia meninggalkan Ardigo di restoran malam itu. Baguslah, jika seperti ini dia bisa berlibur keluar negeri setelah acara malam ini berhasil. Berbelanja sesuka hati, tidur seharian penuh atau memanjakan dirinya dengan seharian ditempat spa. Oh, Dea menantikan hal itu terjadi.
Lagi pula, Dea yakin agensi tak akan terlalu lama mengosongkan jadwal dirinya. Bisa bangkrut beneran kalau Dea—sang dewi pemasukan terbanyak untuk agensi tak menerima tawaran apapun.
"De, gue serius sekarang. Karier lo benarkan bakal hancur kalau lo ngelakuin hal ini."
Dea menggoda Arin dengan menganggukkan kepala berulang kali. "Tenang aja. Gue juga nggak akan segila itu buat lakuin blak-blakan. Sebelum itu video di puter, gue bakal pergi dari pesta dan kita ngerayain ulang tahun lo di kafe biasa. Jadi kalau banyak orang yang nebak kalau gue pelakunya, gue punya alibi ngerayain ulang tahu lo dan nggak tahu apapun. Sedangkan kalau masalah IP yang mungkin bisa dilacak, temen gue pinter, jadi nggak mungkin bakal ketahuan"
"Emang gila semua artis gue!!" geram Arin yang malah mengundang gelak tawa Dea.
"Jadi, lo tenang aja ya. Cinta ku, manis ku" Dea mencium pipi kanan dan pipi kiri Arin sebelum akhirnya bangkit dan berjalan keluar dari salon langganannya.
Permainan, di mulai!!.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya kawan 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments