"Mbak Dea datang karena diundang mbak?"
"Iya. Saya diundang. Dan kebetulan jadwal saya kosong malam ini, jadi bisa hadir"
"Bagaimana hubungan mbak sama mbak Ria? Apa hubungan kalian baik-baik saja?"
"Tentu saja hubungan kami baik"
Kali ini tawa wanita itu tampak tulus dan licik bersamaan. Mungkin akan ada drama yang Dea buat saat acara nanti. Rasa penasaran Aska muncul seketika dan mungkin dirinya akan lebih lama berada di pesta nanti. Aska merasa tersihir saat melihat tawa Dea. Seakan ada magnet besar dari lantunan tawa yang terdengar begitu renyah di telinganya.
Selama berjalan masuk ke dalam gedung acara, pandangan Aska tak pernah lepas memperhatikan Dea kemanapun wanita itu pergi. Aldo sudah melancarkan aksinya mendekati para wanita di sini, sedangkan Gema tengah bicara dengan beberapa aktor yang Aska tahu berada di naungan Alaska Entertainment.
Ngomong-ngomong mengenai nama agensi Gema yang menggunakan nama belakang miliknya, katanya itu dilakukan karena Aska adalah donatur terbesar diawal pendirian agensi itu.
Kembali ke Dea, pandangan Aska menyipit saat melihat wanita itu berjalan menjauh dengan senyuman merekah setelah menyalami dua mempelai yang berada di atas pelaminan. Mungkin kondisinya sekarang berbalik, disaat semua orang berpikir jika senyuman Dea sekarang yang nampak cerah itu adalah kepalsuan, Aska malah menangkap sebaliknya. Senyuman itu memiliki makna lain bagi Aska.
Saat melihat Dea tengah berjalan kearahnya, lebih tepatnya ke arah pintu keluar yang memang berada di satu garis lurus tempat Gema dan Aska berdiri, Aska menepuk pundak sahabatnya itu "Gem, ayo absen muka dulu sama pesaing kesayangan lo di atas sana" ajaknya.
Alasan terbesarnya adalah karena Aska ingin melihat wajah Dea lebih dekat, ingin menikmati ekspresi senyum misterius dari wanita yang juga tengah berjalan ke arahnya, ingin tahu apa yang sebenarnya direncanakan oleh wanita anggun yang menggunakan gaun dengan panjang selutut itu. Senyuman Dea lagi dan lagi membuat Aska terasa tertarik.
"Upss. Sorry" ucap Aska saat—dengan sengaja— menabrak Dea. Bahkan ia sedikit menumpahkan koktail yang ada ditangannya hingga mengenai dress warna hitam yang Dea kenakan.
Lihat? Warna hitam. Camkan itu. Sekali lagi, warna HITAM. wanita gila namanya yang datang ke acara pernikahan dengan dress berwarna hitam. Dan Aska tertarik dengan wanita gila didepannya ini yang tengah tersenyum sambil mengangguk.
Tersenyum. Ya. Dea tersenyum sambil membersihkan gaunnya yang terkena tumpahan koktail milik Aska, bukan tumpahan, lebih tepatnya cipratan. Aska tak segila itu untuk melakukan hal itu dengan sadar sesadar sadarnya.
Mengeluarkan kartu nama miliknya, Aska menyodorkannya ke arah Dea "Kamu bisa hubungin saya di sini untuk ganti rugi gaun kamu"
Mulus bener modusnya bung.
"Tidak apa-apa. Lagi pula tak terlalu banyak yang mengenai gaun saya. Masih bisa dicuci"
"Kamu bisa menghubungi nomor saya ke sini untuk biaya laundry nya. Gaun mahal harus diperlakukan dengan mahal juga." Aska kembali menyodorkan kartu namanya yang kali ini diterima oleh Dea.
Sedangkan Gema yang sejak tadi menangkap maksud aneh Aska, hanya bisa menahan senyum nya. Sepertinya bukan hanya Aldo saja yang sudah move on, tapi Aska juga sudah kembali membuka hatinya. Hanya saja sasaran sahabatnya kali ini sedikit sulit. Mendekati wanita yang tengah patah hati jelas tak akan mudah untuk ditaklukan.
"Aska" tak peduli dengan ekspresi tak suka yang ditunjukkan oleh Dea, Aska masih tetap mengulurkan tangannya ke arah wanita itu. Beberapa tamu disekitar mereka yang tengah menjadikan mereka berdua tontonan asik sama sekali tak digubris oleh Aska. Satu yang Aska sadari sekarang saat melihat wajah Dea dari jarak dekat, wanita itu tetap terlihat cantik meski tengah memasang wajah tak nyaman ke arahnya.
"Dea. Saya rasa kamu mengenal nama saya meski kita tak perlu berkenalan"
Sesuai dengan rencananya, Aska tersenyum puas saat mendapat Dea menjabat tangannya. Setidaknya wanita ini cerdas dengan tidak membuat masalah lagi hanya karena tidak menjabat tangan orang lain.
"Saya tak suka hutang dengan orang lain. Jadi saya harap anda—ah mbak Dea bisa menghubungi saya ke nomor itu" yakin Aska lagi. Tangan Dea masih ia genggam erat untuk menahan gadis itu sementara.
"Tenang saja. Ini bukan endorse, jadi anda tak perlu repot-repot untuk ganti rugi."
"Tapi sa—"
Alunan musik di ballroom ini yang sebelumnya berputar kini berhenti seketika. Aska yang merasakan Dea berusaha untuk melepaskan tangannya, malah semakin Aska genggam erat tangan mungil wanita itu. Melirik ke arah Dea, Aska menemukan ekspresi kesal wanita ini sekarang. Menurut Aska, menonton drama dengan sutradaranya langsung jelas lebih menyenangkan.
Layar proyektor yang sebelumnya memutar video prewed kedua mempelai kini tiba-tiba mati. Hanya sebentar saja sebelum digantikan dengan foto kedua mempelai yang sering bertemu di diskotik lengkap dengan tanggal dan jam yang tertera di foto, lalu berganti dengan foto USG yang menunjukkan jelas gambar bayi disana. Dari foto USG berubah menjadi video yang sontak membuat para tamu yang datang memekik seketika. Meski di blur, namun semua orang jelas tahu video apa yang tengah diputar sekarang, terlebih di tutup dengan foto Ria yang terlelap dalam pelukan Ardigo.
Gema menepuk punggung Aska saat mendapati temannya itu tersenyum tipis. Dari melirik ke arah Gema, Aska kini menatap lurus ke arah Dea yang langsung berjalan menjauh setelah Aska melepaskan tangan wanita itu. Menatap punggung Dea yang semakin menjauh, meski langkahnya masih nampak anggun dari arah belakang, Aska tahu setiap ketukan dari heels yang Dea kenakan terdengar begitu kesal, mungkin Dea tengah mengumpatinya tanpa suara.
Satu yang Aska janjikan. Wanita itu tak akan pernah Aska izinkan keluar dari orbit miliknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Erli Safitri
aku mampir Thor🥳
2023-03-21
1
Achonx Bonnie
aku mampir kak otor, absen dl biar ga ketinggalan ceritanya
2023-03-21
1