Bab 10 : Emang Dasar Gila

Begitu pintu lift terbuka di lantai 9 dimana unit apartemen Dea berada. Wanita itu mendengus sebal saat melihat dua sosok sejoli menjijikan berdiri tepat di depan pintu unitnya.

Setelah membuat beberapa iklan memutuskan kontrak dan dirinya harus membayar denda, apalagi sebenarnya yang dinginkan oleh sepasang manusia tak tahu diri itu.

Mengambil tas dari tangan Arin, Dea berjalan cepat dengan tangan yang mencengkram tas miliknya erat. Seolah dengan satu ayunan saja, dua orang yang berdiri itu bisa tersungkur secara berjamaah.

Semirik menakutkan Dea tunjukkan sekarang, begitu jarak mereka hanya tinggal 3 langkah saja, Dea memasang ancang-ancang dan....

Dan keduanya memekik ketakutan sambil memegangi kepala. Lebih tepatnya Ardigo yang melindungi kepalanya sendiri, sedangkan Ria melindungi perut rata wanita itu.

Dea menarik tas nya kembali. Ia hanya ingin menakuti saja dan itu benar-benar berhasil. "Lihat Ria? Boro-boro ngelindungin lo dan anak lo, dia lebih sayang sama kepalanya sendiri" Dea menunjuk ke arah Ardigo yang langsung berdiri tegak.

Dilihat dari tampang laki-laki itu yang kini memasang wajah datar sambil mengelus perut Ria sebentar, kemudian melemparkan berkas ke arah Arin yang langsung di tangkap oleh wanita itu, Dea tahu ada hal buruk lagi yang Ardigo bawa sekarang.

Satu yang perlu kalian ketahui lagi tentang Ardigo. Jika menyangkut mantan maka Ardigo tak akan melakukannya sesuai dengan prosedur yang benar, tak ada cara formal yang laki-laki itu lakukan seolah ia ingin segera melakukannya untuk menikmati ekspresi kesal dari lawan bicaranya.

"Ini?!!"

Mendengar pekikan Arin, Dea bisa menebak berkas apa yang baru saja diberikan oleh Ardigo barusan. Maka dari itu Dea mengatur ekspresinya sebaik mungkin akan terlihat lega, meski rasanya ingin sekali ia mematahkan kedua tangan laki-laki ini sekarang.

"Kontrak lo dan Ardigo Entertainment selesai sampai sini De. Besok, nggak akan di perpanjang lagi"

Dea menerima berkas dari tangan Arin, membacanya sebentar lalu tertawa terbahak-bahak. Berkas pemberitahuan tidak ada pembaharuan kontrak dengan agensi.

"Karena kebetulan hari ini hari terkahir kontrak lo sama agensi. Gue memutuskan untuk nggak memperpanjang lagi" Ardigo dan Ria yang hendak berjalan ke arah lift, kembali berhenti dan menoleh ke arah Dea "Ah, jangan lupa besok datang ke agensi untuk tanda tangan. Dan... Sedikit pesangon dari gue mungkin? Lumayan bisa buat nutup denda-denda lo itu"

Begitu suara pintu lift terdengar, Dea langsung masuk ke dalam unit lalu melempar berkas itu ke lantai. Karirnya benar-benar hancur sekarang. Bagaimana bisa ia lupa jika kontraknya akan berkahir bulan ini? Lebih tepatnya hari ini?.

"Kampret emang itu orang!!" Dea menjambak rambutnya frustasi. Karma itu memang terkadang datang tak sesuai tempat. Ardigo yang selingkuh, Ria yang menusuknya dari belakang? Tapi, kenapa malah dirinya yang menderita sedangkan dua orang itu tampak baik-baik saja?. Uang dan kedudukan itu memang benar-benar mengerikan.

"Gue bilang apa dulu Dea?!! Karir lo bakal hancur. Hancur beneran kan sekarang?!"

"Terus, gue harus gimana?" Dea duduk melantai di ruang tamu. Otaknya yang biasanya begitu cemerlang kini buntu tiba-tiba. Dea tak bisa memikirkan cara apapun untuk terlepas dari kebangkrutan. Tidak mungkin juga ia kembali ke rumah orang tuanya. Bisa habis-habisan diketawain oleh adiknya itu.

"Mana gue tahu caranya. Makanya kalau gue ngomong itu dengerin"

Bergerak mendekati Arin yang juga ikut duduk melantai, Dea meraih tangan sahabatnya itu lalu ia genggam erat "Lo ikut keluar dari agensi bareng gue kan?" jika artisnya keluar, belum tentu managernya juga harus keluar. Mereka berada di dalam kontrak yang berada. Maka dari itu Dea berharap Arin juga tak akan memperbarui kontrakannya itu. Sungguh jika Arin tak ikut keluar bersamanya, karir Dea benar-benar hanya tinggal melambaikan tangan saja.

"Ogah. Kalau gue keluar, Gimana Cahya bisa kuliah. Dia masuk kuliah tahun ini. Duit dari mana gue kalau harus keluar agensi bareng lo"

Dea melepas tangan Arin lemas. Benar juga, Arin adalah tulang punggung di keluarga, semua keperluan keluarga bahkan hingga sekolah adik kecilnya itu menjadi tanggung jawabnya. Terlalu jahat jika Dea harus meminta Arin ikut keluar bersamanya.

"Bener Ar. Lupain permintaan gue barusan. Jangan keluar dari agensi. Gue juga udah nggak bisa bantu dan jaminin gaji lebih besar dari kantor" Dea harus memikirkan cara lain. Menjual unit apartemen ini mungkin bisa menutup biaya hidup beberapa bulan ke depan setelah dikurangi untuk membayar denda. Dan setelahnya, pilihan terakhir adalah kembali ke rumah orang tuanya yang ada di Solo itu.

Dea menghela napasnya kesal sekali lagi. Kenapa semuanya harus menjadi seberantakan ini?.

"Jadi di jual nih unit lo?"

Kepala Dea mengangguk lemas. Unit apartemen pertama yang ia beli dengan uang hasil keringatnya sendiri kini juga harus ia jual.

"Nggak coba pulang ke Solo dulu De? Biar nggak sampai di jual ini"

"Nggak. Habis gue ditangan nyokap nanti. Jual aja, dan bantu gue cari apartemen yang biaya sewaannya murah. Kalau udah nggak kuat dan melambaikan tangan, baru gue pulang"

"Yang sabar ya De. Pasti ada jalannya " Arin menepuk pundak sahabatnya ikut prihatin. Ia tahu betul bagaimana drama yang terjadi saat Dea memilih untuk menentang dan menjadi selebriti alih-alih menjadi pekerja kantoran. "terus, uang ganti dress dapet?"

Bukan lagi duduk di lantai. Mendengar perihal dress, saking kesalnya Dea tidur telentang sambil menendang udara beberapa kali. Aska masuk ke dalam list laki-laki yang membuat darah tinggi Dea naik.

"Lah, napa nih bocah"

"Dia ngajakin gue kencan" bola mata Dea terarah ke atas guna melihat ekspresi Arin yang duduk di dekat kepala.

"Siapa?"

"Aska. Pak direktur JO Arsitektur"

"Oh.. Itu hal biasa bukannya, fans lo sering ngajak pacaran, jadi kalau pak Direktur..... Ya? Apa?!!" menepuk dada Dea beberapa kali, meminta agar wanita itu kembali duduk. "siapa lo bilang?"

Alih-alih duduk, Dea hanya merubah posisinya menjadi telengkup "Alih-alih meminta ganti rugi dress untuk menutup denda yang harus kamu bayarkan, gimana kalau kita kencan saja? Saya bisa bayarkan denda kamu. Sakit jiwa nggak itu!! Ya langsung gue tolak lah"

"Ide bagus"

"Ya harus bagus dong. Ya kali gue terima. Sok kaya banget dia"

"Bukan penolakan lo yang bagus De. Tapi ajakan kencan itu ide bagus"

Mata Dea sukses membulat seketika "What??!"

"Dengerin" Arin memaksa Dea untuk duduk. Setelah Dea duduk, kedua tangan Arin diletakan di bahu Dea "Dia bilang bisa bayarin denda lo asal mau kencan sama dia kan? Ya udah jalanin aja. Apartemen ini nggak ilang, denda lo lunas, lo nggak perlu balik ke Solo, dan yang terakhir lo dapat cowok ganteng bin tajir. Di atas segala-galanya dari Ardigo"

Dea terdiam sejenak membuat kedua mata Arin berbinar seketika. Menurunkan kedua tangan Arin dari pundaknya, Dea menggeraikan tangannya sendiri menyentuh dahi Arin "Pantes rada anget. Lo lebih gila dari gue" bangkit dari posisi duduknya, Dea langsung menuju ke kulkas yang ada di dapur. Dirinya dan Arin butuh air dingin untuk meredakan kepala yang nyaris ngebul ini sampai-sampai muncul ide gila.

"Coba pertimbangan dulu De" Arin ikut mengekor Dea ke dapur.

"Jangan gila. Lo pikir gue semurahan itu? Mending gue ngemis-ngemis ke mamah daripada pacaran sama orang yang nggak gue kenal" membuka satu botol, Dea langsung menenggukknya tanpa repot-repot menuangkannya ke gelas terlebih dahulu. Jika ada mamah, dirinya pasti sudah dipukul karena dianggap tak sopan langsung minum dari botol seperti itu.

"Iya juga sih. Tapi, ini kesempatan bagus lo buat balas dendam ke Ardigo loh De. Dia pasti nggak nyangka lo bisa dapet cowok yang lebih di atas dia"

"Balas dendam nggak cuman dengan cara itu, lagi pula—" ucapan Dea berhenti saat gawai yang ada di kantong celana nya bergetar. Menandakan satu pesan masuk ke dalam ponselnya.

+62 8976 xxxx xxxx

Tawaran saya masih berlaku ya De. Untuk masalah dress akan saya kirim ke manager kamu.

Ainan Raditya Alaska.

"Lo ngasih nomor gue ke Aska?" tuduh Dea langsung. Mereka tak pernah bertukar nomor sebelumnya. Jadi, darimana dia tahu nomor ini?.

"Nggak"

Dea merinding seketika. Dihadapkannya ponsel miliknya ke depan wajah Arin.

"Lo lihat kan. Ini cowok benar-benar bahaya."

...****************...

Boleh dong kasih saran untuk cerita ini. Kalau cerita baru sepi banget uyy..

Terpopuler

Comments

Erli Safitri

Erli Safitri

bagus kok Thor tapi jangan terlalu runyam ya Thor konflik nya hehe😅🫂

2023-03-30

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Ainan Raditya Alaska
2 Bab 2 : Modus Pertama
3 Bab 3 : Dea Aliska Rahayu
4 Bab 4 : Jangan Lupa Buang Sampah Ditempatnya
5 Bab 5 : Laki-laki Bahaya
6 Bab 6 : Cari Sampai Dapat
7 Bab 7 : Adik Rese
8 Bab 8 : Ajakan Kencan Dadakan
9 Bab 9 : Psikiater atau THT?
10 Bab 10 : Emang Dasar Gila
11 Bab 11 : Drama Ponsel Ketinggalan
12 Bab 12 : Apartemen Baru
13 Bab 13 : Hewan Bermetamorfosis Tak Sempurna
14 Bab 14 : Perintah Dibuat Untuk Dilanggar Bukan?
15 Bab 15 : Adik Laknat
16 Bab 16 : Drama Apa Ini?
17 Bab 17 (Arin) : Aktris Gue Gila
18 Bab 18 : Cinta Nggak Dibalas. Mati iya
19 Bab 19 : Seperti Kerbau Yang Dicocok Hidungnya
20 Bab 20 : Obrolan Sambil Menunggu Makanan
21 Bab 21 : Sat Set Sat Set
22 Bab 22 : Wanita 4 Tahun Yang Lalu
23 Bab 23 : Pesan Aska
24 Bab 24 : Dea Tahu
25 Bab 25 : Menggigit Lidah
26 Bab 26 : Hidup VS Karir
27 Bab 27 : Mas?
28 Bab 28 : Mari Tak Saling Kenal
29 Bab 29 : Akting Mamah Ajeng
30 Bab 30 : Musuh
31 Bab 31 : Ayo Menikah
32 Bab 32 : Susah Iya, Bencana Pun Datang
33 Bab 33 : Mamah Ajeng Syok
34 Bab 34 : Garam Air Laut
35 Bab 35 : Jadi Kita Besan Nih?
36 Bab 36 : Rencana Aska Di Luar Nalar
37 Promosi
38 Bab 37 : Aska Memang Gila
39 Bab 38 : Senam Jantung di Pagi Hari
40 Bab 39 : Lo Kira Segampang Itu Bambang !!!!
41 Bab 40 : Dibalik sebuah senyuman
42 Bab 41 : Naget Gosong
43 Bab 42 : Tak Jual Cincin Kamu Aska
44 Bab 43 : Gema
Episodes

Updated 44 Episodes

1
Bab 1 : Ainan Raditya Alaska
2
Bab 2 : Modus Pertama
3
Bab 3 : Dea Aliska Rahayu
4
Bab 4 : Jangan Lupa Buang Sampah Ditempatnya
5
Bab 5 : Laki-laki Bahaya
6
Bab 6 : Cari Sampai Dapat
7
Bab 7 : Adik Rese
8
Bab 8 : Ajakan Kencan Dadakan
9
Bab 9 : Psikiater atau THT?
10
Bab 10 : Emang Dasar Gila
11
Bab 11 : Drama Ponsel Ketinggalan
12
Bab 12 : Apartemen Baru
13
Bab 13 : Hewan Bermetamorfosis Tak Sempurna
14
Bab 14 : Perintah Dibuat Untuk Dilanggar Bukan?
15
Bab 15 : Adik Laknat
16
Bab 16 : Drama Apa Ini?
17
Bab 17 (Arin) : Aktris Gue Gila
18
Bab 18 : Cinta Nggak Dibalas. Mati iya
19
Bab 19 : Seperti Kerbau Yang Dicocok Hidungnya
20
Bab 20 : Obrolan Sambil Menunggu Makanan
21
Bab 21 : Sat Set Sat Set
22
Bab 22 : Wanita 4 Tahun Yang Lalu
23
Bab 23 : Pesan Aska
24
Bab 24 : Dea Tahu
25
Bab 25 : Menggigit Lidah
26
Bab 26 : Hidup VS Karir
27
Bab 27 : Mas?
28
Bab 28 : Mari Tak Saling Kenal
29
Bab 29 : Akting Mamah Ajeng
30
Bab 30 : Musuh
31
Bab 31 : Ayo Menikah
32
Bab 32 : Susah Iya, Bencana Pun Datang
33
Bab 33 : Mamah Ajeng Syok
34
Bab 34 : Garam Air Laut
35
Bab 35 : Jadi Kita Besan Nih?
36
Bab 36 : Rencana Aska Di Luar Nalar
37
Promosi
38
Bab 37 : Aska Memang Gila
39
Bab 38 : Senam Jantung di Pagi Hari
40
Bab 39 : Lo Kira Segampang Itu Bambang !!!!
41
Bab 40 : Dibalik sebuah senyuman
42
Bab 41 : Naget Gosong
43
Bab 42 : Tak Jual Cincin Kamu Aska
44
Bab 43 : Gema

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!