Begitu pintu lift terbuka di lantai 9 dimana unit apartemen Dea berada. Wanita itu mendengus sebal saat melihat dua sosok sejoli menjijikan berdiri tepat di depan pintu unitnya.
Setelah membuat beberapa iklan memutuskan kontrak dan dirinya harus membayar denda, apalagi sebenarnya yang dinginkan oleh sepasang manusia tak tahu diri itu.
Mengambil tas dari tangan Arin, Dea berjalan cepat dengan tangan yang mencengkram tas miliknya erat. Seolah dengan satu ayunan saja, dua orang yang berdiri itu bisa tersungkur secara berjamaah.
Semirik menakutkan Dea tunjukkan sekarang, begitu jarak mereka hanya tinggal 3 langkah saja, Dea memasang ancang-ancang dan....
Dan keduanya memekik ketakutan sambil memegangi kepala. Lebih tepatnya Ardigo yang melindungi kepalanya sendiri, sedangkan Ria melindungi perut rata wanita itu.
Dea menarik tas nya kembali. Ia hanya ingin menakuti saja dan itu benar-benar berhasil. "Lihat Ria? Boro-boro ngelindungin lo dan anak lo, dia lebih sayang sama kepalanya sendiri" Dea menunjuk ke arah Ardigo yang langsung berdiri tegak.
Dilihat dari tampang laki-laki itu yang kini memasang wajah datar sambil mengelus perut Ria sebentar, kemudian melemparkan berkas ke arah Arin yang langsung di tangkap oleh wanita itu, Dea tahu ada hal buruk lagi yang Ardigo bawa sekarang.
Satu yang perlu kalian ketahui lagi tentang Ardigo. Jika menyangkut mantan maka Ardigo tak akan melakukannya sesuai dengan prosedur yang benar, tak ada cara formal yang laki-laki itu lakukan seolah ia ingin segera melakukannya untuk menikmati ekspresi kesal dari lawan bicaranya.
"Ini?!!"
Mendengar pekikan Arin, Dea bisa menebak berkas apa yang baru saja diberikan oleh Ardigo barusan. Maka dari itu Dea mengatur ekspresinya sebaik mungkin akan terlihat lega, meski rasanya ingin sekali ia mematahkan kedua tangan laki-laki ini sekarang.
"Kontrak lo dan Ardigo Entertainment selesai sampai sini De. Besok, nggak akan di perpanjang lagi"
Dea menerima berkas dari tangan Arin, membacanya sebentar lalu tertawa terbahak-bahak. Berkas pemberitahuan tidak ada pembaharuan kontrak dengan agensi.
"Karena kebetulan hari ini hari terkahir kontrak lo sama agensi. Gue memutuskan untuk nggak memperpanjang lagi" Ardigo dan Ria yang hendak berjalan ke arah lift, kembali berhenti dan menoleh ke arah Dea "Ah, jangan lupa besok datang ke agensi untuk tanda tangan. Dan... Sedikit pesangon dari gue mungkin? Lumayan bisa buat nutup denda-denda lo itu"
Begitu suara pintu lift terdengar, Dea langsung masuk ke dalam unit lalu melempar berkas itu ke lantai. Karirnya benar-benar hancur sekarang. Bagaimana bisa ia lupa jika kontraknya akan berkahir bulan ini? Lebih tepatnya hari ini?.
"Kampret emang itu orang!!" Dea menjambak rambutnya frustasi. Karma itu memang terkadang datang tak sesuai tempat. Ardigo yang selingkuh, Ria yang menusuknya dari belakang? Tapi, kenapa malah dirinya yang menderita sedangkan dua orang itu tampak baik-baik saja?. Uang dan kedudukan itu memang benar-benar mengerikan.
"Gue bilang apa dulu Dea?!! Karir lo bakal hancur. Hancur beneran kan sekarang?!"
"Terus, gue harus gimana?" Dea duduk melantai di ruang tamu. Otaknya yang biasanya begitu cemerlang kini buntu tiba-tiba. Dea tak bisa memikirkan cara apapun untuk terlepas dari kebangkrutan. Tidak mungkin juga ia kembali ke rumah orang tuanya. Bisa habis-habisan diketawain oleh adiknya itu.
"Mana gue tahu caranya. Makanya kalau gue ngomong itu dengerin"
Bergerak mendekati Arin yang juga ikut duduk melantai, Dea meraih tangan sahabatnya itu lalu ia genggam erat "Lo ikut keluar dari agensi bareng gue kan?" jika artisnya keluar, belum tentu managernya juga harus keluar. Mereka berada di dalam kontrak yang berada. Maka dari itu Dea berharap Arin juga tak akan memperbarui kontrakannya itu. Sungguh jika Arin tak ikut keluar bersamanya, karir Dea benar-benar hanya tinggal melambaikan tangan saja.
"Ogah. Kalau gue keluar, Gimana Cahya bisa kuliah. Dia masuk kuliah tahun ini. Duit dari mana gue kalau harus keluar agensi bareng lo"
Dea melepas tangan Arin lemas. Benar juga, Arin adalah tulang punggung di keluarga, semua keperluan keluarga bahkan hingga sekolah adik kecilnya itu menjadi tanggung jawabnya. Terlalu jahat jika Dea harus meminta Arin ikut keluar bersamanya.
"Bener Ar. Lupain permintaan gue barusan. Jangan keluar dari agensi. Gue juga udah nggak bisa bantu dan jaminin gaji lebih besar dari kantor" Dea harus memikirkan cara lain. Menjual unit apartemen ini mungkin bisa menutup biaya hidup beberapa bulan ke depan setelah dikurangi untuk membayar denda. Dan setelahnya, pilihan terakhir adalah kembali ke rumah orang tuanya yang ada di Solo itu.
Dea menghela napasnya kesal sekali lagi. Kenapa semuanya harus menjadi seberantakan ini?.
"Jadi di jual nih unit lo?"
Kepala Dea mengangguk lemas. Unit apartemen pertama yang ia beli dengan uang hasil keringatnya sendiri kini juga harus ia jual.
"Nggak coba pulang ke Solo dulu De? Biar nggak sampai di jual ini"
"Nggak. Habis gue ditangan nyokap nanti. Jual aja, dan bantu gue cari apartemen yang biaya sewaannya murah. Kalau udah nggak kuat dan melambaikan tangan, baru gue pulang"
"Yang sabar ya De. Pasti ada jalannya " Arin menepuk pundak sahabatnya ikut prihatin. Ia tahu betul bagaimana drama yang terjadi saat Dea memilih untuk menentang dan menjadi selebriti alih-alih menjadi pekerja kantoran. "terus, uang ganti dress dapet?"
Bukan lagi duduk di lantai. Mendengar perihal dress, saking kesalnya Dea tidur telentang sambil menendang udara beberapa kali. Aska masuk ke dalam list laki-laki yang membuat darah tinggi Dea naik.
"Lah, napa nih bocah"
"Dia ngajakin gue kencan" bola mata Dea terarah ke atas guna melihat ekspresi Arin yang duduk di dekat kepala.
"Siapa?"
"Aska. Pak direktur JO Arsitektur"
"Oh.. Itu hal biasa bukannya, fans lo sering ngajak pacaran, jadi kalau pak Direktur..... Ya? Apa?!!" menepuk dada Dea beberapa kali, meminta agar wanita itu kembali duduk. "siapa lo bilang?"
Alih-alih duduk, Dea hanya merubah posisinya menjadi telengkup "Alih-alih meminta ganti rugi dress untuk menutup denda yang harus kamu bayarkan, gimana kalau kita kencan saja? Saya bisa bayarkan denda kamu. Sakit jiwa nggak itu!! Ya langsung gue tolak lah"
"Ide bagus"
"Ya harus bagus dong. Ya kali gue terima. Sok kaya banget dia"
"Bukan penolakan lo yang bagus De. Tapi ajakan kencan itu ide bagus"
Mata Dea sukses membulat seketika "What??!"
"Dengerin" Arin memaksa Dea untuk duduk. Setelah Dea duduk, kedua tangan Arin diletakan di bahu Dea "Dia bilang bisa bayarin denda lo asal mau kencan sama dia kan? Ya udah jalanin aja. Apartemen ini nggak ilang, denda lo lunas, lo nggak perlu balik ke Solo, dan yang terakhir lo dapat cowok ganteng bin tajir. Di atas segala-galanya dari Ardigo"
Dea terdiam sejenak membuat kedua mata Arin berbinar seketika. Menurunkan kedua tangan Arin dari pundaknya, Dea menggeraikan tangannya sendiri menyentuh dahi Arin "Pantes rada anget. Lo lebih gila dari gue" bangkit dari posisi duduknya, Dea langsung menuju ke kulkas yang ada di dapur. Dirinya dan Arin butuh air dingin untuk meredakan kepala yang nyaris ngebul ini sampai-sampai muncul ide gila.
"Coba pertimbangan dulu De" Arin ikut mengekor Dea ke dapur.
"Jangan gila. Lo pikir gue semurahan itu? Mending gue ngemis-ngemis ke mamah daripada pacaran sama orang yang nggak gue kenal" membuka satu botol, Dea langsung menenggukknya tanpa repot-repot menuangkannya ke gelas terlebih dahulu. Jika ada mamah, dirinya pasti sudah dipukul karena dianggap tak sopan langsung minum dari botol seperti itu.
"Iya juga sih. Tapi, ini kesempatan bagus lo buat balas dendam ke Ardigo loh De. Dia pasti nggak nyangka lo bisa dapet cowok yang lebih di atas dia"
"Balas dendam nggak cuman dengan cara itu, lagi pula—" ucapan Dea berhenti saat gawai yang ada di kantong celana nya bergetar. Menandakan satu pesan masuk ke dalam ponselnya.
+62 8976 xxxx xxxx
Tawaran saya masih berlaku ya De. Untuk masalah dress akan saya kirim ke manager kamu.
Ainan Raditya Alaska.
"Lo ngasih nomor gue ke Aska?" tuduh Dea langsung. Mereka tak pernah bertukar nomor sebelumnya. Jadi, darimana dia tahu nomor ini?.
"Nggak"
Dea merinding seketika. Dihadapkannya ponsel miliknya ke depan wajah Arin.
"Lo lihat kan. Ini cowok benar-benar bahaya."
...****************...
Boleh dong kasih saran untuk cerita ini. Kalau cerita baru sepi banget uyy..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Erli Safitri
bagus kok Thor tapi jangan terlalu runyam ya Thor konflik nya hehe😅🫂
2023-03-30
1