Keira baru saja keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk kimono serta rambut yang dibungkus oleh handuk kecil, wanita itu terlihat sangat segar sekali setelah berendam di air cukup lama. Dengan tanpa dosanya Keyra berjalan sambil bersenandung riang melewati Arkan yang bengong menatapnya, Keyra terlihat acuh saja, wanita itu duduk di meja kaca lalu membuka tas make up nya kemudian mengambil screen care yang tak pernah ketinggalan sebelum tidur untuk memanjakan wajah tentunya.
Menyalakan kipas angin kecil kemudian memakai serum ke wajahnya lalu mengusapnya secara rata. Keira melihat suaminya dari pantulan cermin tersebut.
" Katanya mau mandi?" Tanyanya sambil terus meratakan serum di wajahnya.
Arkan mendengus, dia tidak mengerti sebenarnya seperti apa sosok wanita yang menjadi istrinya ini padahal sedari tadi selama di acara pernikahan wanita itu selalu saja menangis, terlihat sangat lemah. Dan sekarang lihatlah, wanita itu berubah drastis 85% sikapnya yang acuh cuek bahkan terlihat ceria. Arkan menjadi bingung, apa sakit hatinya sudah hilang dalam sekejap.
Arkan tak bisa berkomentar apapun dia berjalan ke arah kopernya yang sudah disediakan oleh orang tuanya kemudian Arkan membuka koper tersebut dan mengambil handuk serta mengeluarkan boxer pendek dan baju kaos lalu membawanya ke kamar mandi. Mungkin dengan mengguyur tubuhnya dengan air nasib sialnya akan hilang, beban pikirannya pun menjadi tenang. Karena sudah terbukti Keira yang tadi mewek hampir seharian kini malah berubah menjadi sosok yang tak memiliki beban sama sekali setelah berendam dengan air hangat.
Keira melihat pintu kamar mandi sudah ditutup rapat oleh Arkan dia menghela nafasnya lega ternyata dirinya menyembunyikan sosok kegelisahan hatinya itu dengan berpura-pura menjadi gadis yang ceria dan acuh..
Kemudian kaira cepat-cepat memakai baju tidurnya karena tadi dia kelupaan membawa baju tidur dan malah hanya membawa handuk kimono saja.
" Fiuuuh, aman." Begitu deg-degan, apalagi Keyra mengetahui jika tadi Arkan sempat melihat tubuhnya. Tapi untunglah laki-laki itu sepertinya tidak mesum.
Setelah selesai berpakaian lengkap, Keyra duduk di tempat tidur. Dia mengambil hpnya kemudian membuka aplikasi WhatsApp berharap Keenan sudah membuka kembali blokiran nya.
" Ke mana kamu, Ay. Kenapa kamu tega meninggalkan aku?" Ingin kembali menangis, dia sangat sedih bingung campur aduk dalam dirinya.
" Apa salahku, kenapa kamu tidak mengatakan apapun?"
Sebening kristal keluar dari pelipisnya. Berburu Keira mengusapnya melihat pintu kamar mandi dibuka.
Arkan baru selesai mandi wajahnya tampak terlihat segar dengan berpakaian lengkap akan keluar kemudian menjemur handuknya. Akan menoleh ke tempat tidur di mana kira tengah duduk di sana sambil memainkan ponselnya. Arkan bingung apa dia akan tidur seranjang dengan wanita itu.
" Malam ini kamu tidur di sofa ya."
Tanpa diduga ternyata Keira menyuruhnya tidur di sofa, seumur-umur dia belum pernah tidur di tempat seperti itu. Tetapi daripada dirinya harus tidur satu ranjang dengan wanita lain selain kekasihnya mau tidak mau Arkan tidur di sana walaupun pasti sangat tidak nyaman sekali.
" Ini bantal dan selimutnya terima kasih untuk pengertiannya." Sambil tersenyum Keyra memberikan bantal dan selimut untuk suaminya tersebut.
" Oh ya, aku panggil kamu enaknya apa ya? Secara kamu jauh lebih tua dibandingkan Keenan. Apa aku boleh panggil kamu, Mas?" Tanya Keira, dia duduk di bibir ranjang.
" Terserah kamu saja," jawab Arkan dia membenarkan bantal kemudian menyadarkan tubuhnya.
" Oh ya, Mas apa kamu memiliki kekasih?" Arkan menyipitkan matanya ternyata calon adik ipar yang kini menjadi istrinya itu banyak sekali tanya.
" Punya, sekarang dia berada di Australia. Bulan depan baru kembali ke sini," jawabnya. Keyra manggut-manggut.
" Apa kamu berencana untuk memberitahunya tentang pernikahan kontrak kita?" Keyra kembali bertanya, soalnya dia bingung harus melakukan apa malam ini ingin tidur tapi matanya masih belum ngantuk seharusnya malam pengantin ini dirinya akan melakukan sesuatu yang menyenangkan dengan Keenan, bukan.
Arkan yang tadi merebahkan diri, kini dia kembali duduk lalu bersandar sambil menyilangkan sebelah kakinya.
" Mungkin, daripada dia mengetahui dari orang lain akan lebih baik aku menjelaskannya agar supaya dia tidak merasa sedih jika mendengar penjelasan semuanya."
Keira kembali manggut-manggut. " Baiklah aku tidak akan ikut campur dalam urusan pribadimu. Begitupun juga denganmu. Kita jalani saja pernikahan ini apa adanya sampai masa kontrak kita berakhir. Dan aku harap kita menjadi rekan yang akur dan sepakat."
Keyra bangkit dari duduknya kemudian dia berjalan mendekati Arkan lalu berdiri tepat di hadapannya sambil menyodorkan tangan.
Arkan mendongak, menjadi rekan yang akur dan sepakat. Mungkin tidaklah buruk selama Keyra mau diajak kerjasama sama.
" Baiklah, sepakat." Akan menerima dan menyodorkan tangannya hingga keduanya bersalaman sambil melempar senyum.
" Jadi, dimana kita akan tinggal?" Tentu pertanyaan ini sangat penting, karena mereka sudah menjadi suami istri. Dan lagipula tidak mungkin Keyra dan Arkan akan tinggal di rumah masing-masing. Mungkin jika hanya kamar yang terpisah tidak masalah.
" Besok kita akan bicarakan ini pada keluarga kita. Untuk sementara kau tinggal bersamaku di apartemenku. Apa kamu keberatan?" Sambil membuka botol minumnya lalu Arkan meneguk air putih tersebut karena tenggorokannya terasa sangat haus.
" Tidak masalah yang penting tempatnya nyaman." Keyra mengambil botol yang berisi teh, dia tidak membukanya malah memberikan pada Arkan.
" Tolong bukakan," pintanya, Arkan pun meraih botol tersebut kemudian membukanya dengan begitu mudah lalu ia berikan kembali kepada Keira.
" Terima kasih." Kemudian Keyra meneguk air teh tersebut hingga setengah botol nyaris habis.
" Kamu sepertinya selalu hidup sehat ya," tebak keyra. Dia kembali menutup botol tersebut lalu meletakkannya di atas meja. Keyra melihat tidak ada bungkusan rokok di atas meja, jadi dia yakin jika suaminya ini bukan perokok aktif seperti Keenan.
" Aku seorang Dokter, tentu saja harus hidup sehat jika aku sendiri tidak bisa menjaga diri lalu bagaimana aku menyembuhkan penyakit orang lain," jawabnya santai. Keira pun manggut-manggut.
Malam ini mereka menghabiskan waktu mengobrol ternyata cukup lumayan menyambung bahkan terlihat keduanya sudah agak sedikit akrab terkadang mereka pun tertawa. Keyra tidak menyangka jika sosok Arkan yang dia ketahui jika laki-laki ini memiliki sifat acuh dingin dan irit bicara tetapi kenyataannya tidak sama sekali. Mungkin hanya rumor saja. Dan sekejap dirinya tidak terlalu sedih memikirkan Keenan yang pergi meninggalkan dirinya tepat di hari pernikahan. Dia bahkan terlihat sangat enjoy dan ceria saat berbicara dengan suaminya itu.
" Jadi, apa besok kamu sudah kembali bekerja?" Tanya Arkan dia menoleh kemudian tersenyum ternyata istrinya itu sudah tertidur nyenyak di sofa, di bantal yang akan ia tidur malam ini.
" Kau yang memintaku untuk tidur sofa, tapi kau sendiri yang malah tidur di sini." Arkan menghela nafasnya, tidak mungkin dia membiarkan seorang wanita tidur di sofa karena pasti sangat tidak nyaman sekali dan sangat terpaksa sekali Arkan pun menggendong Keira dan mengangkat tubuhnya untuk dipindahkan di tempat tidur agar istrinya ini bisa tidur dengan nyaman.
" Tubuhmu kecil tapi berat juga ya." Arka memperhatikan wajah Keyra yang tengah tertidur damai itu terlihat sangat cantik sekali, dia bahkan menyingkirkan anak-anak rambut yang menutupi wajahnya.
" Astaga apa yang aku lakukan?" Buru-buru Arkan menarik tangannya secara tidak sadar dia melakukan seperti layaknya seorang suami yang begitu sangat mencintai istrinya. Kemudian bergegas Arkan kembali duduk di sofanya. Apa yang terjadi dengan dirinya Arkan tidak mengerti, bahkan kepada kekasihnya saja dia tidak pernah melakukan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments