" Wilona! Lu kenapa?" Tanya Rafa saat berjalan hendak kembali ke ruangannya dia melihat Wilona sedang menangis terduduk di lantai. Banyak orang yang melihat tetapi tidak ada yang membantunya.
" Rafa," ucapnya kemudian wanita itu menghapus air matanya lalu berdiri.
" Gue mau tanya sama lo, apa lu tahu wanita yang sedang bersama Arkan tadi?" Tanya Wilona sangat serius sekali, dia yakin jika Rafa tahu mengenai Arkan dan wanita itu secara mereka bersahabat.
" Kenapa?" Tanya Rafa malas pasti ada hubungannya mengenai Arkan dan Keira.
" Siapa sebenarnya wanita itu? Dia nggak mungkin istrinya Arkan kan?" Tanyanya Wilona sangat tidak percaya jadi dia harus mencari tahu melalui sahabatnya itu.
" Gue tidak tahu, tapi setahu gue Arkan memang sudah memiliki kekasih. Jadi sebaiknya lo berhenti mengganggunya," cowok Rafa dia tidak mungkin membocorkan pernikahan kontrak sahabatnya itu terlebih lagi dia sangat mengenal Wilona yang sangat terobsesi kepada Arkan dan dia takut jika Wilona akan menyakiti Keyra.
" Jadi wanita tadi adalah kekasihnya kan, berarti bukan istrinya."
" Gue bilang gue nggak tahu. Dan lagi pula Arkan memiliki kekasih atau istri sebaiknya lu berhenti mengganggunya, nggak ada gunanya Wilona. Arkan tidak suka sama lu, sebaiknya berhenti memaksakan diri," nasehat Rafa.
" Tapi gue bener-bener sangat menyukainya Rafa, sebenarnya apa kurangnya gue? Apa gue kurang cantik, kurang seksi, kurang cerdas?" Heran Wilona padahal di mata di mata laki-laki lain dirinya lebih dari sekedar cantik dan juga seksi mereka bahkan begitu sangat tergoda ingin memilikinya, namun tidak dengan Arkan.
" Lu kurang dari segala-galanya. Jika dibandingkan dengannya tentu saja sangat berbeda bagaikan langit dan bumi. Kamu itu memang cantik Wilona dan juga seksi. Tapi sayang hatimu yang tidak secantik wajahmu, sebaiknya kamu intropeksi diri, dan hargai diri kamu sendiri baru orang lain akan menghargaimu." Kemudian Rafa pergi meninggalkan Wilona yang terdiam mematung dengan mulut yang mengalah.
Sementara itu di dalam mobil Arkan. Keduanya sama-sama saling diam tak mengeluarkan suara lagi hanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Keira yang sedang menatap luar jendela ternyata dirinya tidak sadar jika sadar tadi akan diam-diam melirik ke arahnya.
" Kenapa tadi kamu tidak memberikan nomormu kepada Rafa?" Tanyakan tiba-tiba Keyra pun menoleh ke arahnya.
" Untuk apa? Toh jika mamanya memang ingin menanyakan masalah baju atau pemesanan bisa kok dengan nomor yang tertera di kartu nama," ucapnya.
" Ya mungkin aja sih tadi itu cuman alasan Rafa doang siapa tahu dia minta nomor kamu sebenarnya untuk dirinya sendiri." Arkan memancing kera dia ingin tahu bagaimana reaksi wanita itu saat mengetahui jika ada laki-laki yang ingin meminta nomor telepon nya.
" Kayaknya nggak mungkin deh, kan dia tahu kalau aku sudah menikah apalagi kamu dan dia bersahabat, jadi nggak mungkin dong dia tiba-tiba minta nomor aku," kata Keira dia tidak percaya jika Rafa memang ingin meminta nomornya dan mama hanya sebagai alasan.
" Tapi kan Rafa juga tahu kalau kita hanya menikah kontrak selama 3 bulan saja. Setelah kita berpisah mungkin dia ingin mendekati kamu," ucap Arkan.
Deg … detak jantung kera seakan terhenti benar. Pernikahan ini hanyalah pernikahan kontrak mungkin jika ada orang lain yang ingin mendekatinya akan akan langsung menyetujui bahkan termasuk Rafa pikir Keira. Dan mungkin saja jika Arkan ingin mendekatkan Rafa dengan dirinya, bahkan di saat status mereka masih sah sebagai suami istri.
" Jika memang dia benar-benar ingin mendapatkan nomorku, tentu harus usaha dong. Tidak semudah itu," jawab Keyra dengan senyum paksanya kemudian dia kembali menatap luar jendela.
" Oh ya apa mengenai Keenan sudah ada kabar?" Tanya Keira dia cepet-cepet ingin segera bertemu dengan laki-laki itu.
" Belum Tapi orang-orang ku sedang berusaha." Akan menatapnya.
" Apa kamu masih mengharapkan, Keenan?" Tanya Arkan hati-hati.
Kera tersenyum kecut kemudian dia kembali menatap luar jendela." Entahlah dalam hatiku masih terukir namanya namun rasa benci ku perlahan mulai memudarkan ukiran nama itu."
Arkan tidak lagi bertanya dia fokus menyetir mobil menelusuri jalanan. Tak lama kemudian mereka sampai di depan butik.
" Mbak, ada mobil di depan," kata salah satu karyawan butik mengadu kepada Sofi sahabat Keyra.
Sofi berlari keluar kemudian dia melihat ternyata yang keluar dari mobil itu adalah sahabatnya lalu Shofi kembali masuk ke dalam saat melihat ada laki-laki juga keluar dari dalam mobil itu dan Sofi yakin jika laki-laki itu adalah suami dari sahabatnya.
" Siapa Mbak?" Kepo para karyawan kemudian mereka ikut mengintip dari jendela.
" Eh itu Mbak Keyra kan, tapi sama siapa ya?" Tanyanya.
" Ganteng banget, lebih ganteng dari Mas Kaenan," ucap karyawan satunya.
" Ssstttt, kecilkan suara kalian. Laki-laki itu adalah suaminya Keira menggantinya Keenan dan dia adalah kakaknya Keenan," jelas shofi. Lalu keenam karyawan itu semakin kepo mereka rebutan ingin mengintip laki-laki yang berstatus suami dari bosnya itu.
" Tapi mereka terasa rahasia Mbak aku males setuju yang ini dari pada Mas Keenan," ucapnya kepada Sofi.
" Iya betul, soalnya yang ini jauh lebih dewasa dan lebih tampan," sahut satunya.
" Wajar dong kan dia kakaknya pastilah lebih dewasa dan lebih tampan. Tapi bener sih, aku juga setuju sama yang ini, lihat tuh dia begitu romantis sekali."
Mereka terus memperhatikan saat ini akan tengah mengusap lembut pipi Keyra, mereka benar-benar sangat iri akan keromantisan itu. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah.
" Pipi kamu ada debu," kata Arkan setelah mengusap pipi Keira yang terdapat debu dari mobil tadi.
" Ah, terima kasih." Keira merona walaupun ada debu Tapi tetap saja jantung dan wajahnya tidak bisa diajak kompromi.
" Kamu mau mampir dulu, Mas?" Tawar Keyra.
" Tidak aku harus kembali ke rumah sakit ada beberapa dokumen yang harus aku kerjakan. Nanti kamu pulang jam berapa?"
" Sekitar jam 07.00, tapi mobil Aku ada di rumah sakit!"
" Nanti aku jemput kamu pulang, sekalian kita langsung ke rumah papa ada mama aku untuk membicarakan masalah kamu tinggal di apartemen."
" Oh, oke …" ucapnya jangan senyum manis dan kepala mengangguk.
" Kalau begitu aku ke rumah sakit dulu ya kalau ada apa-apa segera hubungi aku." Arkan mengusap pucuk kepala Keyra dengan lembut.
" Iya Mas kamu hati-hati di jalan ya." Kemudian cairan Manggarai tangan kanan Arkan lalu mengecup pucuk punggungnya.
Arkan tersenyum dia tidak kaget lagi seperti tadi pagi. Kemudian dia masuk ke mobil dan membuka pintu kaca mobil lalu melambaikan tangan ke arah Keyra. Dan Keyra pun membalasnya dengan senang hati, tak lupa senyumnya yang begitu indah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments