Tak tak tak
Ilona menoleh. Dia lalu mengerutkan kening saat mendengar suara langkah kaki seseorang mendekat ke arahnya.
(Siapa ya? Apa Tuan Andreas?)
Karena Elil tak henti menangis, dengan sangat terpaksa Ilona meminta izin pada Tuan Andreas agar mengizinkan temannya pulang lebih dulu. Walaupun Elil hidup di jalanan, tapi mental anak itu tidak sekuat dirinya. Wajar sih. Elil masih sangat baru di dunia pergelandangan. Sedangkan dirinya? Mungkin sedari bayi dirinya sudah dibully. Hanya tak sadar saja.
"Eh, kenapa suara langkah kakinya berhenti?Tidak mungkin setan, kan?" gumam Ilona heran. Memberanikan diri, dia melongokkan kepala dari balik pintu ruangan yang sedang dibersihkan. Lagi-lagi Ilona mengerutkan kening saat tak mendapati siapapun di sana. "Kosong. Apa jangan-jangan itu hantu? Ah, masa sih Group Ma memelihara makhluk seperti itu? Tidak mungkin."
Ingat masih ada ruangan yang harus dibersihkan, Ilona memutuskan untuk tak lagi mempedulikan suara tersebut. Masa bodo lah kalau benar itu adalah hantu. Kelaparan jauh lebih mengerikan ketimbang bertemu dengan makhluk berwajah seram.
Tak tak tak
Lagi. Suara langkah kaki itu kembali terdengar. Sadar ada yang tidak beres, dengan sangat perlahan Ilona menyenderkan alat pengepel ke dinding kemudian merayap di lantai yang setengah basah.
"Benar, Tuan. Besok saya akan membawa salinan dokumen itu ke tempat biasa. Anda atau orang lain yang akan datang mengambil?"
" ... "
"Baiklah. Kabari saya langsung jika orang suruhan Anda sudah siap untuk bertemu."
" ... "
"Jangan khawatir, Tuan. Dijamin rahasia ini hanya kita saja yang tahu. Sekarang saya masih berada di kantor. Sengaja pulang akhir agar monster dingin itu tidak menaruh curiga kepada saya. Tenang saja. Semuanya aman!"
(Monster? Jadi di perusahaan ini ada monsternya? Astaga, mengerikan sekali. Apa yang harus kulakukan?)
Bulu kuduk di tubuh Ilona berdiri semua saat orang itu tak henti membicarakan soal monster jahat yang ternyata begitu berkuasa di Group Ma. Ingin rasanya dia kabur detik itu juga, tapi serasa ada yang menahan tubuhnya agar tetap berada di sana. Sambil terus menguping, pikiran Ilona melayang pada ucapan Elil tentang tumbal proyek. Apa jangan-jangan monster itu adalah dalang dibalik kesuksesan Group Ma? Satu-persatu orang yang bekerja di sini akan berakhir sebagai makanan monster tersebut dan menggantinya dengan kejayaan. Astaga.
"Ekhmm, Tuan. Kalau bisa malam ini uangnya sudah dikirim ke rekening saya ya. Biasalah. Saya butuh mencari yang segar-segar setelah beberapa hari berjuang mencuri ide milik monster itu. Terlalu mengerikan, Tuan. Apalagi hari ini. Monster itu terus menunjukkan taring dan siap melahap siapapun yang berani membuatnya marah. Anda pahamlah apa maksud saya. Hehehe,"
(Apa? Hari ini monster itu sedang marah dan ingin melahap orang? Jangan-jangan itu karena Elil. Bagaimana ini?)
"Aku tidak bisa berdiam diri terus. Kalau tidak segera kabur, bisa-bisa aku yang menjadi santapan monster itu. Hiiii, tidak mau. Aku tidak mau mati dulu. Masih ada janji yang harus kujemput sebelum pergi menyusul Ayah dan Ibu ke surga. Tolong lindungi aku Tuhan," cicit Ilona dengan tubuh menggigil. Andai diperhatikan dari jarak dekat, saat ini wajahnya sudah seputih kertas. Ilona ketakutan.
Ctaakkk
Sedang takut-takutnya, alat pengepel yang Ilona senderkan ke dinding malah tak sengaja tersenggol kaki kemudian jatuh ke lantai. Hal ini membuat Ilona menjaga panik setengah mati.
"Siapa di sana?!"
Khawatir ada yang menguping, orang tersebut bergegas pergi menghampiri sumber suara. Tepat ketika kepalanya hendak melongok ke dalam ruangan, seseorang datang dan menyapa orang tersebut. Ilona yang sedang tegang karena takut ketahuan langsung menarik nafas lega saat suara langkah kaki perlahan menjauh dari lokasi tempat dia berada sekarang. Dia selamat.
"Fyuhhh, untung tidak ketahuan. Kalau ketahuan, bisa jadi sapi panggang aku," ucap Ilona sambil menyeka keringat di kening. Setelah itu dia berbaring telentang di lantai. "Aku harus bagaimana ya. Kalau aku mundur dari pekerjaan ini lalu bagaimana dengan semua uang yang telah Tuan Andreas keluarkan? Mengembalikannya langsung sangat tidak mungkin, tapi masa iya aku harus bertahan di perusahaan yang memelihara monster? Kalau nantinya aku dijadikan korban bagaimana? Kan tidak lucu."
Teringat dengan ucapan orang tadi, Ilona bergegas bangun kemudian lanjut bekerja. Keputusan untuk tetap bekerja atau tidak nanti dia pikirkan di rumah saja. Sekarang lebih baik dia membereskan sisa pekerjaan yang ada kemudian pulang.
Sementara itu di luar gedung, Karl yang baru pulang dari meninjau proyek tampak berjalan beriringan dengan Andreas. Raut wajahnya begitu datar. Hingga membuat penjaga menunduk takut saat akan menyapanya.
"Malam ini apa ada yang lembur?" tanya Andreas pada penjaga.
"Ada sekitar lima orang, Tuan. Juga dengan satu pegawai bagian kebersihan."
"Belum pulang?"
"Belum, Tuan."
(Tahan banting juga gadis itu. Tidak sia-sia aku sudah mengeluarkan banyak uang untuknya. Hmmm)
"Ya sudah, kalian lanjut berjaga saja."
"Baik, Tuan."
Andreas segera menyusul Karl yang tengah menunggunya di depan lift. Sambil memasukkan satu tangan ke saku celana, Andreas menekan tombol menuju ke lantai tempat ruangan Karl berada.
"Senang sekali. Kenapa kau?" tanya Karl agak heran melihat sepupunya yang terlihat gembira.
"Tahu tidak, Karl. Ilona ternyata tidak selemah yang aku pikir. Penjaga bilang dia masih belum pulang, yang artinya dia mendengar ucapanku tentangmu," jawab Andreas kembali memancing rasa penasaran di diri sepupunya.
Karl membuang nafas kasar. Berani sekali pria ini membicarakan tentangnya pada seorang karyawan. Wanita pula.
"Jangan marah. Aku bilang pada Ilona kalau besok kau ingin semua ruangan di kantor ini menjadi bersih. Sekarang waktu menunjukkan pukul sepuluh malam, dan Ilona masih belum pulang. Tidakkah menurutmu dia adalah gadis yang patuh?"
"Sewajarnya dia memang harus patuh. Uangmu sudah banyak terkuras untuk kedua gadis itu."
Andreas tersenyum. Monster ini tidak tahu saja kalau sebenarnya yang bekerja hanya Ilona, sedangkan Elil tidak. Sengaja Andreas tak memberitahu Karl kalau gadis polos itu terpaksa dipulangkan karena tak henti menangis setelah dimarahi oleh HRD yang memang sedikit angkuh dan galak. Tak mau memperpanjang masalah, begitu pikirnya.
"Yas?" Karl menoleh. Dia memasang ekpresi datar saat Andreas menatapnya lekat. "Ada yang tidak beres. Malam ini kita lakukan pembaharuan ulang untuk peluncuran produk yang baru. Ada karyawan yang mencoba menjadi mata-mata di sini. Jangan sampai kecolongan!"
"Hmmm, tidak kusangka masih ada orang yang berani mencari gara-gara denganmu. Mempercepat kematian saja," sahut Andreas seraya menggelengkan kepala.
"Seperti biasa. Uang membuat mata seseorang menjadi silau. Jadi rela menghalalkan segala macam cara demi mendapat kenyamanan dalam waktu singkat. Lucu, bukan?"
"Ya, tapi itu menurutmu. Menurutku sih tidak. Hehe," ....
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Fahmi Ardiansyah
🤣🤣🤣 tu kan belum ada satu hari udh tercium jgn harap bisa selamat.
2024-10-27
0
Fahmi Ardiansyah
🤣🤣 monternya adalah karl Ilona.
2024-10-27
0
Fahmi Ardiansyah
wah rupanya ada penghianat ni di kantor siap2 aja Klian meskipun bosmu gak ada semua akan ketahuan cepat atau lambat.
2024-10-27
0