"Hasilnya normal. Jantungmu juga baik-baik saja," ucap Russel membacakan hasil pemeriksaan sepupunya. Dia lalu menatap datar pada pria yang seperti sedang melamunkan sesuatu. "Tenang saja. Monster sepertimu tidak akan semudah itu meninggal. Pasti Tuhan punya cara terbaik untuk melenyapkanmu suatu saat nanti."
Andreas meng*lum senyum saat mendengar ejekan Russell. Andai saja orang yang diejek tidak sedang melamun, dipastikan dalam ruangan ini akan terjadi acara maki-memaki yang cukup kasar. Haha.
"Sudah?"
"Menurutmu?"
Karl mendengus kasar. Dia memang tak terlalu menyimak ucapan Russell, tapi dia mendengar apa yang dipikirkan oleh Andreas. Sungguh sialan sekali kedua orang ini. Beraninya mereka mengejeknya hingga sedemikian rupa.
"Kalau benar jantungku baik-baik saja lalu darimana asal rasa sakit itu?" tanya Karl mencoba tak terpancing emosi. Pikirannya sedang kacau, jadi dia memilih untuk tenang barang sebentar.
"Aku tidak tahu." Singkat Russell menjawab. "Ragamu ada di sini, tapi pikiranmu entah sedang melayang ke mana. Ada apa?"
"Urus saja masalahmu. Jangan ikut campur dengan hidupku!"
"Sebenarnya aku juga tidak tertarik. Hanya saja sikapmu ini membuatku jadi berpikir kalau rasa sakit itu muncul dari sesuatu yang tengah kau pikirkan. Cerita saja. Siapa tahu aku bisa memberimu solusi."
"Russell benar, Karl. Berbagi cerita dengan keluarga sendiri itu adalah salah satu jalan keluar terbaik. Jangan menutup diri," imbuh Andreas memanas-manasi Karl agar memberitahu Russell soal gadis pemulung yang telah ditidurinya.
Tak ada jawaban. Karl hanya diam tak merespon ucapan Andreas. Rasanya sungguh malas sekali jika harus menceritakan kejadian malam itu. Karena menurutnya ini memalukan, Karl melarang Andreas menceritakan masalah ini pada orang selain Bern. Jadilah Russell cs belum mengetahui soal ini.
(Aku sebenarnya kenapa sih. Kenapa suara gadis itu terus berdengung di telingaku. Bukankah perbuatan kami terjadi karena ketidaksengajaan? Mengapa kesannya seolah aku yang bersalah? Brengsek! Apa yang musti kulakukan untuk menghentikan ketidaktenangan ini? Aku tidak suka berada dalam pikiran yang kacau. Aku ingin tenang dan fokus. Argggggy!)
"Apa ini ada hubungannya dengan wanita?" tanya Russell mencoba menebak.
"Omong kosong. Kau pikir aku ini pria macam apa?!" sahut Karl setengah membentak. Dia lalu menelan ludah saat Russell tersenyum tipis sambil meliriknya.
"Reaksimu cukup menjadi jawaban atas pertanyaanku tadi. Sekarang katakan wanita mana yang telah membuatmu merasakan sakit secara tiba-tiba!"
"Dia pemulung."
(Sialan. Aku keceplosan!)
Sudut bibir Andreas dan Russell sama-sama berkedut karena menahan tawa menyaksikan Karl yang salah tingkah setelah kelepasan bicara. Melalui kode mata, mereka memutuskan untuk tidak mengganggu monster ini dulu. Biar saja. Biar Karl sendiri yang mengatakan semuanya.
"Aku tak sengaja meminum air yang telah tercampur dengan obat perangsang. Lalu saat aku membawa gadis itu masuk ke dalam mobil, dia menghabiskan sisa air minum yang tadi. Kejadian ini sungguh bukan rencanaku. Bern penyebabnya!" ucap Karl tanpa berani menatap kedua sepupunya. Entahlah, rasanya sungguh mendebarkan sekali. Padahal selama ini tak ada satupun masalah yang bisa membuat Karl menjadi panik begini.
"Jadi kau merasa berdosa pada gadis itu?" ledek Russell merasa tergelitik sekali mendengar ceritanya Karl. Tidak disangka dibalik sifatnya yang kejam dan juga bengis, terselip sifat lucu yang cukup mengundang tawa. Seorang Karl gugup saat menceritakan seorang gadis? Ini adalah kabar terbaik yang Russell dengar di bulan ini. Sungguh.
"Tidak sama sekali." Karl menekan pinggiran kepala. Pusing. "Itu semua terjadi karena kami sama-sama dalam keadaan tak berdaya. Baik dia maupun aku, kami tak pernah menginginkan ada kejadian seperti ini. Jadi aku harap kalian jangan berpikir kalau aku menyesal dan ingin bertanggung jawab. Sama sekali tidak. Semua terjadi karena ketidaksengajaan. Titik!"
Setelah berkata seperti itu Karl langsung keluar dari sana. Dia tak mau mendengar olok-olokan kedua sepupunya yang pasti akan terus membahas soal pernikahan. Amit-amit. Sampai matipun Karl tidak akan pernah sudi yang namanya membangun sebuah ikatan. Dia sudah cukup puas dengan hidupnya yang sekarang.
"Apa kau tahu identitas dari gadis itu?"
"Tidak, Russ. Bahkan anak buahnya Karl saja tidak bisa menemukannya. Aneh, bukan?" jawab Andreas.
Kening Russell mengerut. Dia lalu menumpukan kedua tangan di atas meja, berpikir sejenak mengapa kejadian ini terasa sedikit mengganjal. "Apa mungkin gadis itu adalah takdir yang akan dihadapi Karl di masa depan? Jika iya, maka kita harus membantu mendekatkan mereka. Aku yakin bajingan itu pasti tidak akan mau memulai lebih dulu."
"Caranya?"
"Mari kita bahas masalah ini bersama dengan Bern juga. Aku yakin dia pasti sependapat denganku."
"Baiklah, aku ikut apa katamu saja. Sekarang aku pamit dulu. Monster itu sedang kacau. Takutnya akan membuat ulah jika dibiarkan sendirian!" pamit Andreas sembari beranjak dari duduknya. Dia lalu melangkah keluar dari ruangan itu kemudian bergegas pergi ke parkiran menyusul Karl.
Sementara itu di dalam mobil, Karl yang masih kacau terlihat sedang memejamkan mata sambil memijit pinggiran kepalanya. Semakin dia sering membahas tentang gadis itu, semakin banyak bayangan aneh yang berseliweran di dalam kepala. Entah apa maksudnya, Karl tidak tahu. Yang jelas keadaan ini membuatnya merasa sangat tertekan. Cukup menjengkelkan.
"Butuh tempat yang segar?" tanya Andreas sesaat setelah masuk ke dalam mobil. Dia menoleh, memperhatikan sepupunya yang terlihat begitu kacau. "Besok ada meeting penting dengan perusahaan dari luar negeri. Kalau kau terus kacau seperti ini, takutnya akan berdampak pada pertemuan nanti."
"Aku tahu. Dan aku juga tidak mau seperti ini terus," sahut Karl sambil membuang nafas kasar.
"Lalu?"
"Bawa aku ke tempat pertama kali aku bertemu dengan gadis itu. Mungkin cara ini bisa sedikit membantu meredakan kekacauan di diriku."
"Baiklah."
Andreas segera melajukan mobil menuju tempat yang dimaksud oleh Karl. Sebenarnya ini agak aneh. Tapi ya sudahlah, dia tak mau memperpanjang. Yang terpenting sekarang dia harus segera mengembalikan suasana hati Karl seperti semula. Karena jika tidak, itu akan sangat berdampak pada perusahaan. Karl kacau, maka pekerjaan akan menjadi semakin kacau.
"Jadi kalian bertemu di tempat ini?"
"Lebih tepatnya di sinilah kami menghabiskan malam," sahut Karl sambil memandangi semak-semak di sekitar.
"Pintar juga kau mencari tempat. Salut aku," puji Andreas sambil terkekeh pelan.
"Terima kasih untuk pujiannya." Pandangan Karl menggelap. "Malam ini berhati-hatilah. Bisa saja besok pagi kau terbangun di tempat ini juga bersama seorang gadis yang entah siapa. Aku tidak keberatan kok mempersiapkan semua itu untuk sepupuku tersayang."
Glukkk
Andreas diam seribu bahasa. Sialan. Pujiannya malah berbuah ancaman mengerikan. Menyesal sekali dia sudah mencari gara-gara dengan monster satu ini. Huh.
(Dasar sepupu iblis.)
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Fahmi Ardiansyah
😆😆😆hati2 adreas karl bisa membaca pikiranmu.
2024-10-27
0
Fahmi Ardiansyah
kmu bilng TDK tpi klu ayah n ibumu sampai tau kami udh merenggut kesucian seorg gadis tamat riwayatmu karl klu kmu gak mau bertanggung jawab
2024-10-27
0
Dedi Purwanto
aku lupa siapa mereka
2023-11-13
0