Tak tak tak
Karl terus mengetuk meja sambil memikirkan siapa gadis yang telah dia renggut kesuciannya. Ini sudah dua hari terlewat. Namun, sampai sekarang Karl masih belum mendapatkan jawaban yang jelas.
"Siapa kau sebenarnya?" gumam Karl. "Mengapa tidak datang mencariku? Apa kau tidak takut kalau perbuatan kita akan menumbuhkan sesuatu yang lain di tubuhmu?"
Berniat menikahi? Tentu saja tidak. Sekalipun Karl tak pernah terpikir untuk mengikat dirinya dalam suatu hubungan pernikahan. Alasannya? Karena dia tak ingin terikat saja dengan hubungan semacam itu. Hanya akan membuat kepalanya menjadi sakit.
Dan mengenai gadis itu, Karl memang memiliki niat untuk bertanggung jawab. Tetapi dalam konteks tunai, bukan ikatan. Sebanyak apapun jumlah uang yang diminta olehnya Karl pastikan uang tersebut akan dia berikan. Jujur, ada sedikit rasa bersalah di dalam hatinya saat teringat detik-detik gadis itu mulai terbakar efek obat perangsang yang tak sengaja diminumnya.
"Haisshhh, kenapa sih aku jadi memikirkan gadis itu terus. Seperti tidak ada pekerjaan saja," geram Karl sambil mengusap wajah.
Tok tok tok
"Apa aku mengganggu?"
Andreas tersenyum sambil menyembulkan kepala dari balik pintu. Dia kemudian melangkah masuk saat pemilik ruangan menggelengkan kepala.
"Wajahmu kusam sekali. Kurang tidur?"
"Aku tak sengaja meniduri seorang gadis." Karl mend*sah kuat. Dia langsung menatap tajam sepupunya yang tengah menahan tawa. "Catat. Tak sengaja."
"Oke-oke. Mengapa bisa begitu?"
"Seseorang mencampurkan obat perangsang ke dalam minumanku. Aku meminumnya separuh, lalu yang separuhnya lagi diminum oleh gadis itu. Sungguh, aku sama sekali tak berniat melakukan hal gila ini. Semuanya terjadi di luar rencana!"
Andreas berdehem. Gelagatnya menunjukkan kalau dirinya mengetahui sesuatu. Karl yang menyadari hal tersebut segera memajukan wajah untuk mulai mengintimidasi.
"Kau tahu siapa pelakunya. Cepat katakan!"
"Hemmm, tumben sekali anak buahmu tak bisa mencari tahu siapa orang yang telah mencampurkan obat perangsang itu ke dalam minumanmu," cibir Andreas santai.
"Jangan banyak alasan. Cepat beritahu aku siapa pelakunya!" desak Karl kian tak sabar.
"Justin."
"Whaatt? Jangan mengada-ada kau. Justin hanya seorang bocah. Mustahil dia tahu soal obat perangsang. Gila kau ya!"
Rasanya terlalu mengejutkan saat Karl mendengar kalau pelaku dibalik minuman beracun itu adalah keponakannya sendiri. Ini sangat tidak masuk di akal.
"Bern baru saja mengirimiku pesan permintaan maaf untukmu. Dia bilang bukan hanya kau saja yang menjadi korban, tapi dia juga. Bedanya Bern punya Renata, sedangkan kau hanyalah seorang pria tua yang kesepian. Jadi Bern memintaku untuk menanyakan pada siapa kau menyalurkan birahi saat obat perangsang itu mulai bekerja," ucap Andreas sambil menahan tawa. Lawak sekali saudara kembar ini. Bisa-bisanya diracuni oleh anak berusia tiga tahun. Sangat menggelikan.
"Jadi benar Justin pelakunya?"
"Iya. Sebenarnya obat itu sengaja dibeli oleh Bern untuk menghangatkan malamnya bersama Renata. Dia meletakkan obat itu di atas meja kemudian pergi dari rumah karena ada pekerjaan mendadak. Dan kemungkinan saat Bern tidak ada Justin memainkan obat itu lalu mencampurkannya dengan air yang kalian minum."
"Tapi bagaimana bisa? Botol itu kan ....
Ucapan Karl terjeda. Pikirannya melayang pada ingatan di mana Renata memberinya sebotol air saat dia datang berkunjung. Ini, ini dia awal mula musibah itu bisa terjadi. Ternyata bukan orang lain yang memasukkan minuman tersebut ke dalam mobilnya, tapi Karl sendiri lah yang membawanya masuk.
"Jadi aku diracun oleh keponakanku sendiri ceritanya?"
"Benar sekali. Kau dan Bern adalah korban."
"Wahhh, kenapa tanganku jadi gatal ya? Boleh tidak kalau ku hukum bocah nakal itu?"
"Lakukan saja kalau kau ingin kembali bermusuhan dengan Bern. Aku sih terserah dirimu maunya apa!" sahut Andreas santai menanggapi.
"Brengsek!"
Wajah Karl berubah menjadi merah padam. Pantas saja anak buahnya tak bisa menemukan jawaban soal keberadaan botol tersebut. La wong pelakunya adalah dia sendiri. Haihhhh, Justin-Justin. Kenapa sih anak itu bisa terpikir untuk mencampurkan obat perangsang ke dalam minuman. Karl jadi merusak masa depan seorang gadis kan. Astaga.
"Oya, Karl. Ngomong-ngomong siapa gadis yang telah kau renggut kesuciannya?" tanya Andreas tiba-tiba penasaran dengan identitas gadis yang telah ditiduri oleh sepupunya. Pasti orangnya sangat cantik.
"Dia seorang pemulung."
Hening. Mulut Andreas terbuka lebar saat Karl menyebutkan kalau telah meniduri seorang pemulung. Pemulung? Astaga.
"Saat aku keluar dari kantor, aku melihat ada seseorang tengah bersembunyi di belakang mobil. Awalnya aku kira dia penguntit. Tetapi setelah kami saling bicara, sepertinya dia sedang bersembunyi dari kejaran seseorang. Di saat yang bersamaan Justin menelpon dan memintaku untuk datang. Karena tak tahu harus membeli hadiah apa, aku meminta gadis itu yang memilihkan untukku. Aku memberinya satu kartu beserta nomor pinnya dan berkata akan menunggunya di sana. Tapi ....
"Tapi?"
"Tapi ada sedikit masalah. Seseorang ingin mencelakaiku."
"Lalu?" Andreas kian penasaran.
"Aku meminum air pemberian Renata. Tubuhku serasa dibakar, aku tersiksa dan butuh kepuasan. Saat dalam perjalanan pulang aku tak sengaja melihat gadis itu sedang dikejar-kejar oleh beberapa bandit. Tadinya sih aku hanya berniat menonton, tapi desakan na*su memaksaku untuk mendekatinya. Dan ya, kau bisa tebak sendiri apa yang terjadi. Kami bercinta setelah dia tak sengaja meminum sisa air yang ada di dalam botol. Lawak sekali, bukan?" ucap Karl sambil menekan pinggiran kepalanya. Pusing.
Meski sudah berusaha menahan agar suara tawanya tidak bocor keluar, pada akhirnya pertahanan Andreas jebol juga. Dia tertawa terbahak-bahak setelah mendengar cerita Karl yang begitu menguras perasaan. Bayangkan. Bercinta dengan seorang gadis pemulung gara-gara tak sengaja meminum air yang telah dicampur dengan obat perangsang. Lawak, benar-benar sangat lawak. Dan yang lebih lucunya lagi yang mengoplos minuman tersebut adalah anak kecil yang baru berusia tiga tahun lebih. Astaga.
"Hahahaha, Karl. Sorry, aku tidak bisa lagi menahan diri untuk tidak tertawa. Kisahmu terlalu mengocok perut. Aku tidak tahan!" ucap Andreas sambil terbungkuk-bungkuk memegangi perut.
"Sialan kau, Yas!" umpat Karl pasrah dirinya ditertawakan.
"Kalau anak-anak sampai mengetahui hal ini, dijamin kau akan dibully habis-habisan oleh mereka. Bercinta dengan pemulung? Astaga, Karl. Padahal uangmu tak akan habis dimakan tujuh keturunan sekalipun, tapi kenapa kau malah meniduri gadis seperti Nona itu? Sungguh, aku sangat tidak tahan hanya dengan membayangkannya saja. Kau gila, Karl. Kau gila!"
Merajuk, Karl melemparkan sebuah berkas ke arah Andreas yang masih belum berhenti menertawakannya. Setelah itu dia menyenderkan tubuh ke kursi, membiarkan matanya menerawang jauh ke awang-awang.
(Aku tidak percaya seorang bocah berumur tiga tahun mampu membuatku terjebak dalam kesalahan satu malam. Memang benar apa kata orang kalau musuh terbesar adalah orang terdekat. Keponakanku sendiri yang membuatku menjadi bahan tertawaan orang lain. Haihhh, sial-sial!)
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Fahmi Ardiansyah
Krn kmu dulu juga gitu ngasih obat perangsang Ama Bern dgn amora.skrg kmu di bls oleh Justin keponakanmu sendiri.
2024-10-27
1
Fahmi Ardiansyah
iya Justin udah melihatnya Krn itu dia memberi obat dlm minuman itu.
2024-10-27
1
Fahmi Ardiansyah
iya Krn adreas pasti tau pelakunya
2024-10-27
0