"Kira-kira mereka sedang apa ya?" gumam Andreas sambil berjalan masuk ke dalam lift. Demi tak mengganggu pertemuan antara dua sejoli itu, Andreas dengan sadar diri pergi menghindar. Dia juga telah menyiapkan satu alasan jika ditanya oleh sepupunya nanti.
Entah bisikan darimana tiba-tiba saja Andreas mendapat feeling kalau Ilona adalah gadis yang tak sengaja ditiduri oleh Karl. Profesi kedua gadis itu sama, sama-sama seorang pemulung. Siapa tahu dengan bertemunya mereka itu akan membuat sepupunya kembali normal seperti biasa. Andreas pusing melihat pekerjaan yang terbengkalai akibat Karl yang tak bisa berpikir fokus.
Ting
Pintu lift terbuka. Sebelum melangkah keluar, Andreas berdehem beberapa kali untuk menormalkan perasaanya. Setelah itu barulah dia keluar dari sana dan langsung menuju ruangan Karl.
Ceklek
Tepat ketika Andreas hendak membuka pintu, Ilona sudah lebih dulu melakukannya. Raut wajah gadis ini terlihat datar sekali.
"Tuan Andreas, pekerjaanku sudah beres. Sekarang sudah boleh pulang, kan?" tanya Ilona. Tubuh dan pikirannya sudah sangat lelah, butuh istirahat agar tidak gila setelah bertemu dengan pria bajingan di dalam.
"Kau baik-baik saja?" sahut Andreas balik bertanya. Dia merasa ada yang salah di sini.
"Apa aku harus menjawab dengan jujur?"
Tanpa ragu Andreas mengangguk. Benaknya diliputi banyak pertanyaan tentang sikap Ilona yang terkesan biasa saja setelah bertemu dengan Karl. Mungkinkah tebakannya salah?
"Seharian ini aku bekerja tanpa henti. Dan ketika tiba waktunya untuk pulang, kau memintaku untuk bekerja lembur. Dengan keadaan ini masihkah kau berpikir kalau diriku baik-baik saja? Tulang di tubuhku seperti patah semua kalau kau mau tahu, Tuan. Aku overdosis pekerjaan!" ucap Ilona santai menyinggung soal janji Tuan Andreas yang akan memberinya uang tambahan. Biar saja.
"Oh, ini penyebabnya." Andreas tanggap. Segera dia mengambil dompet kemudian menarik beberapa lembar uang dari sana. Sambil tersenyum kecil, Andreas memberikan uang tersebut pada Ilona sebagai bayaran atas kesediaannya membersihkan ruangan milik Karl. "Terima kasih banyak atas bantuanmu. Berkatmu malam ini pekerjaanku jadi sedikit berkurang."
"Terima kasih kembali, Tuan Andreas," sahut Ilona semangat empat lima saat menerima bayaran.
(Ya ampun, uangnya banyak sekali. Ternyata ini alasan kenapa manusia tega saling membunuh demi mendapatkan uang. Pantas saja. Sensasinya benar-benar sangat luar biasa sekali. Jadi ingin punya pacar kaya raya. Hehe)
"Nona Ilona, di dalam tadi tidak terjadi sesuatu yang buruk antara kau dengan bos perusahaan ini, kan?" tanya Andreas mulai memancing.
"Tidak," jawab Ilona. "Walaupun baji ... maksudku bos perusahaan ini terkesan dingin dan mengintimidasi, tapi aku berhasil mengerjakan semua pekerjaan dengan tenang. Dia sama sekali tak mengganggu."
"Benarkah?"
"Iya,"
(Aneh sekali. Kenapa pertemuan mereka tidak seperti yang aku bayangkan ya? Apa mungkin Ilona bukan gadis itu?)
"Ya sudah, Tuan Andreas. Ini sudah sangat malam. Aku harus segera pulang ke rumah."
"Oh, baiklah. Hati-hati. Jika besok masih terlalu lelah, datang sedikit siang juga tak masalah. Kau orang baru. Pasti butuh sedikit waktu untuk beradaptasi dengan pekerjaan di sini. Oke?"
"Baiklah. Kalau begitu aku permisi."
Setelah Ilona berpamitan, Andreas tak langsung masuk ke dalam ruangan. Matanya sibuk mengawasi gadis itu sampai benar-benar masuk ke dalam lift.
"Pecat gadis itu!"
Karl yang mendengar suara orang bercakap-cakap di depan pintu ruangannya memutuskan untuk keluar. Dia lalu mendapati sepupunya yang tengah melamun sambil menatap ke arah lift.
"Jangan begitu, Karl. Susah payah kita mendapatkan pegawai baru. Kalau Ilona sampai dipecat, lalu siapa yang akan membersihkan perusahaan besok?" ucap Andreas kaget sekali saat Karl tiba-tiba sudah berada di belakangnya.
"Cari lagi. Apa susahnya?" sahut Karl dengan begitu enteng. Kekesalan jelas tercetak di wajahnya setelah tadi dikerjai habis-habisan oleh Ilona.
Merasa ada yang salah dengan sikap monster ini, Andreas berinisiatif untuk bertanya. Semoga saja ini terjadi karena ada hubungannya dengan Ilona.
"Ekhmmm! Ngomong-ngomong apa alasanmu ingin memecat Ilona dari perusahaan?"
"Dia gadis yang sangat menyebalkan," jawab Karl dengan cepat. "Gadis itu seperti tidak ada takut-takutnya padaku, Yas. Bahkan dia berani bersikap kurang ajar padaku tadi. Sungguh!"
"Masa sih Ilona berani berbuat seperti itu padamu? Kaukan atasannya. Yakin tak sedang membual?"
Sebelah mata Karl memicing tajam mendengar ucapan Andreas yang terkesan tengah meragukannya. Yang benar saja orang ini. Memangnya kapan Karl pernah bicara bohong?
"Oke, jangan marah. Aku bicara seperti ini karena yang aku tahu Ilona tidak seperti itu. Memang sih lidah dan ucapannya kadang sedikit pedas, tapi tak sampai pada titik di mana dia berani bersikap kurang ajar padaku. Sorry," ucap Andreas sambil menahan tawa.
"Ada sesuatu yang sedang kau rencanakan di belakangku. Katakan sekarang!"
"Rencana apa sih?"
"Jangan kau kira aku tidak tahu ya, Yas. Sekarang kau mau jujur atau aku akan memerintahkan orang untuk menculik Ilona!" ancam Karl. "Satu!"
Andreas berdecak. Sambil bersedekap tangan, dia terpaksa memberitahu Karl tentang rasa penasarannya terhadap Ilona. Daripada gadis itu kenapa-napa, lebih baik jujur saja.
"Akhir-akhir ini aku dibuat pusing oleh sikapmu yang tidak bisa fokus pada pekerjaan. Karena Ilona memiliki profesi yang sama dengan gadis yang malam itu kau perkosa, aku jadi berpikir jangan-jangan Ilona adalah orang yang sama. Makanya tadi aku sengaja memintanya membersihkan ruanganmu dengan tujuan agar kalian bisa saling bertemu. Begitu!"
"Satu profesi bukan berarti orang yang sama, bodoh!"
"Maksudnya Ilona bukan gadis itu?"
Karl mengangguk. Seingatnya gadis pemulung itu berambut panjang, sedangkan Ilona berambut pendek. Dari hal ini saja Karl sudah bisa memastikan kalau mereka adalah orang yang berbeda.
"Kau yakin Ilona bukan gadis malam itu?" tanya Andreas kembali memastikan. Feelingnya mengatakan kalau Ilona adalah orangnya, tapi mengapa Karl memberi pernyataan yang berbeda?
"Ck, kau ini kenapa si, Yas. Yang tidur dengan gadis itu adalah aku. Mengapa jadi kau yang kebakaran jenggot? Kau suka pada Ilona apa bagaimana, hah?"
"Bukan seperti itu, Karl. Coba ingat-ingat lagi apakah Ilona adalah orang yang sama atau bukan," sahut Andreas tak lelah meyakinkan.
Bukannya menjawab, Karl malah melenggang pergi meninggalkan Andreas begitu saja. Terlalu jengah meladeni perkataannya yang terkesan ingin agar dirinya mengakui Ilona.
"Dasar beruang batu," gumam Andreas sembari berjalan cepat menyusul Karl yang sudah masuk ke dalam lift.
Lift bergerak turun ke lantai bawah. Baik Karl maupun Andreas, mereka sama-sama tak ada yang mau mengawali percakapan. Bukan marah, hanya sedang sibuk dengan ponsel di tangan masing-masing. Untuk sementara Andreas lupa dengan pembahas soal Ilona karena sekarang fokusnya sedang tertuju pada mata-mata yang berada di perusahaan.
(Cari mati. Huh!)
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Fahmi Ardiansyah
si beruang batu akan luluh nantinya klu udh berhadapan dgn Ilona.
2024-10-27
0
Fahmi Ardiansyah
iya Krn Ilona Bru potong rambut jdi karl gak mengenali LG
2024-10-27
0
Laili Dwi Agustina
Bern si beruang kutub dan sekarang Karl si beruang batu
2023-09-27
0