Tak terasa dua minggu telah terlewat sejak kejadian di mana Ilona berhubungan badan dengan seorang pria asing. Sejak saat itu, dia terus mengurung diri di dalam rumah yang lebih layak disebut gubuk. Rumah tersebut terbuat dari kardus-kardus bekas. Maklum, Ilona kan pemulung.
"Hmmm, akhirnya aku datang bulan juga," gumam Ilona dengan gembira. Dia menatap puas pada gambar benda bersayap yang ada di tangannya. "Setelah dua minggu kucing-kucingan dengan tanggal, hari ini aku akhirnya bisa bernafas lega. Aku tidak hamil. Yeyyy!"
Mendengar suara teriakan Ilona yang cukup kuat membuat seorang pemulung datang memeriksa. Ilona yang melihat hal itupun langsung memicingkan mata. Segera dia menghampiri pemulung tersebut kemudian memarahinya.
"Mau apa kau masuk ke rumahku!"
"Ini bukan rumah, Na. Tapi gubuk."
"Aku juga tahu kok kalau ini gubuk!"
"Lalu?"
"Lalu-lalu! Kenapa kau masuk ke gubuk orang tanpa permisi. Kalau tadi aku sedang tidak memakai baju bagaimana? Bisa rugi dunia akhirat aku!"
"Ilona, aku tahu kau sedang kesulitan karena terus dikejar oleh penagih hutang. Meski begitu, setidaknya tetaplah waras. Coba kau perhatikan baik-baik bentuk tubuhmu ini. Kau kumal, kurus, juga berdada rata. Dibagian mana yang bisa dianggap merugi sekalipun aku melihatmu tanpa pakaian?" ejek si pemulung dengan sarkasnya.
"Kumal-kumal begini aku sudah pernah bercin ....
Kriik kriikk kriikk
Hampir saja Ilona keceplosan mengatakan kalau dirinya sudah pernah bercinta. Kalau pemulung ini sampai mendengarnya, Ilona bisa menjadi bahan gosip para pemulung yang tinggal di tempat ini. Sialan.
(Hati-hati dengan lidahmu, Ilona. Salah sedikit saja kau akan langsung dianggap gadis murahan.)
"Ber apa, hm? Bercinta dengan pria kaya lalu menikah dengannya? Bangun Ilona, bangun. Kau itu cuma anak yatim yang bekerja sebagai pemulung. Jangan bermimpi terlalu tinggi. Nanti sakit saat jatuh."
"Halah, sudah sana pergi. Aku sedang tidak butuh teman bicara!" usir Ilona jengah.
"Siapa juga yang mau menjadi teman bicaramu,"
"Kalau begitu cepat pergi dari sini. Atau kau ingin aku menghajarmu sampai babak belur. Iya?"
"Ck, baru sekali ini aku bertemu seorang gadis yang galaknya minta ampun. Untung kau cuma seorang pemulung. Kalau kau terlahir di keluar kaya, aku yakin kau akan tumbuh menjadi seorang penindas!"
Mendengar ucapan si pemulung membuat emosi Ilona naik ke puncak ubun-ubun. Segera dia melemparkan sandal ke arahnya yang mana membuat pemulung tersebut lari kocar-kacir.
"Hei, apa yang terjadi. Apa yang kau lakukan di rumah Ilona?"
"Menyesal aku pergi ke sana. Dia kembali menggila."
"Dari awal kita semua juga tahu kalau Ilona sedikit bermasalah dengan mentalnya. Lagipula siapa suruh kau datang ke sana. Cari perkara saja."
"Aku mendengarnya berteriak tadi. Makanya aku datang dan bermaksud ....
"Terus saja kalian membicarakan aku. Kalau kesabaranku sampai habis, tombak ini akan langsung melayang menembus dada kalian. Mau!"
Geram mendengar gunjingan para pemulung, Ilona keluar dari dalam gubuk sambil membawa kayu yang ujungnya sudah dia runcingkan. Dia lalu mengancam mereka semua dengan suara yang sangat lantang.
"Ilona, kau itu seorang gadis. Apa tidak bisa bersikap lembut sedikit?" tanya salah satu pemulung sambil beringsut menjauh. Bisa mati konyol dia jika gadis gila ini sampai lepas kendali.
"Tidak ada aturan seorang gadis harus bersikap lembut. Justru yang seperti inilah yang dicari oleh banyak orang," sahut Ilona penuh percaya diri. Iya yang dicari oleh banyak orang sampai-sampai dia kehilangan kegadisan di tangan pria asing yang entah siapa.
"Banyak orang apanya. Dicari oleh rentenir iya," celetuk pemulung lain. Sedetik setelah itu pemulung tersebut langsung mengambil langkah seribu saat ujung tombak diarahkan padanya.
Saat Ilona sedang kesal, seorang anak pemulung tampak berlari kencang ke arahnya. Anak tersebut berlari sambil sesekali menoleh ke belakang.
"Kenapa kau?" tanya Ilona heran.
"Kak Ilona, preman itu datang lagi. Ayo cepat bersembunyi," jawab si anak dengan nafas terengah-engah.
"Brengsek!"
Panik, Ilona kelabakan mencari tempat untuk bersembunyi. Para pemulung yang melihat hal itupun segera menyarankan tempat yang aman untuk Ilona melarikan diri dari kejaran para preman. Walaupun hubungan mereka tak selalu akur, tapi mereka tahu kalau Ilona sebenarnya adalah gadis yang baik. Hanya saja sikapnya yang galak dan suka bicara semaunya membuat mereka kadang menjadi kesal.
"Hei kalian orang-orang miskin, apa yang sedang kalian lakukan di sini? Mana Ilona!" tanya salah satu preman sambil menatap sinis para pemulung di hadapannya.
"Dia sudah pergi,"
"Pergi ke mana?"
"Tuan, kami tidak seberani itu mengganggu Ilona. Bukannya mendapat jawaban, yang ada kami malah kena semprot. Dia baru saja pergi. Mungkin sekitar lima menit yang lalu."
Para preman saling menatap. Sejak satu jam lalu mereka terus berjaga di jalan yang sering dilalui oleh para pemulung di sini. Akan tetapi mereka sama sekali tak melihat pergerakan tikus kecil itu. Sepertinya mereka sedang dipermainkan oleh para pemulung ini. Hmmm.
"Geledah gubuk tikus kecil itu. Apapun caranya, hari ini kita harus bisa membawa Ilona ke hadapann bos. Ayo cepat cari!"
"Oke, bos!"
Di dalam sebuah gentong, ada seorang gadis kumal yang tengah berjuang menahan nafas ketika akan menenggelamkan tubuhnya ke dasar gentong. Sungguh sialan. Para pemulung itu meminta Ilona masuk ke dalam gentong yang penuh dengan air. Karena takut tertangkap, dengan sangat terpaksa Ilona akhirnya masuk dan bersembunyi di sini. Awalnya sih kepalanya masih aman karena air hanya sampai sebatas leher. Tetapi saat dia mendengar kalau preman-preman itu hendak menggeledah gubuknya, dia harus mencari cara agar bisa lolos dari sergapan. Dan satu-satunya hal yang bisa Ilona lakukan adalah dengan menenggelamkan diri ke dasar gentong. Ini Ilona lakukan karena gentong ini berada tepat di samping pintu masuk gubuknya. Sial sekali, bukan?
"Gubuknya kosong, bos!"
"Brengsek! Cari lagi sampai dapat!"
"Baiklah."
Ilona yang mulai sesak nafas karena kekurangan oksigen menjadi panik sekali saat tutup gentong dibuka. Dalam hati dia berdoa semoga mata preman yang membuka gentong ini mengalami katarak. Dengan begitu dia tidak akan ketahuan.
(Ya Tuhan, haruskah aku mati dengan cara tenggelam di dalam gentong? Tidak estetik sekali.)
Sraakkk
"Tidak ada, bos. Seprtinya tikus itu memang sudah pergi dari sini."
"K*parat! Ayo kita cari ke tempat lain saja."
Para pemulung terlihat sangat lega menyaksikan para preman itu pergi dari sana. Setelah itu dengan tergesa-gesa mereka segera membuka tutup gentong untuk memeriksa keadaan Ilona. Dan betapa terkejutnya mereka saat mendapati tubuh Ilona yang sudah mengambang di atas.
"Ya Tuhan, sepertinya Ilona meninggal karena kehabisan nafas. Ayo cepat keluarkan dia dari dalam gentong. Cepat!"
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Fahmi Ardiansyah
hahaha Ilona gak mungkin bisa mati secepat itu.justru kehabisan nafas iya
2024-10-27
0
reza indrayana
kisah yg menyedihkan....😥😥
2024-03-31
0
Lala tsu
lucunya minta ampun aku ketawa-tawa bacanya
2024-01-28
0