“Selamat pagi, Bu Tika.” Sapa Sarah di depan pintu dapur.
Ibu pemilik resto yang masih menyiapkan bahan bahan makanan, hanya tersenyum melihat Sarah sepagi ini sudah datang.
“Kalau kamu sudah tak kuat dengan suami mu, ceraikan saja Sarah. Kenapa harus bertahan, kalau kamu tersiksa seperti ini.”
Disela kesibukannya, Bu Tika masih sempat berkata seperti itu kepada Sarah.
Sarah yang masih merasa kesal, tak membalas perkataan Bu Tika, dia hanya fokus membersihkan peralatan yang ada di resto.
Karena, percuma saja Sarah meminta cerai. Pria gila itu tak akan mau menceraikannya.
Dulu, pernah sekali Sarah meminta cerai. Tetapi, dibalas dengan pukulan dan tendangan bertubi tubi, sampai seluruh badannya membiru dan tak bisa bergerak.
Setelah kejadian mengerikan itu, Sarah jadi tak punya keberanian lagi untuk meminta cerai.
Saat sedang sibuk membersihkan peralatan resto, tiba tiba perut Sarah menjadi semakin sakit.
“Adduhhh..Sakitt sekalii.” Sarah merintih kesakitan sambil memegangi perutnya.
Bu Tika yang masih sibuk di dapur, mendengar Sarah menjerit kesakitan, dia bergegas berlari keluar dapur. Untuk memastikan, ada apa dengan Sarah. Lalu, Bu Tika melangkah menghampiri Sarah.
“Sarah, kamu kenapa?” Bu Tika melihat wajah Sarah yang pucat dan bibirnya yang kering.
“Maag saya kambuh, Bu. Semalam saya kecapekan sampai lupa makan malam.”
Ucap Sarah disertai kebohongan untuk menutupi masalahnya.
“Astaga, Sarah. Kamu kenapa sering sekali tak makan? Kalau sudah begini, siapa juga yang akan susah? Kamu dan saya yang akan susah.” Bu Tika segera mengambilkan obat maag dan memberikannya pada Sarah.
Walaupun Bu Tika galak dan suka mengomel, tetapi dia sebenarnya orang yang baik dan perhatian pada Sarah.
“Nih, kamu minum obat maag dulu, setelah itu kamu sarapan. Pekerjaan itu nanti saja beresinnya, kalo sakit maag kamu sudah mendingan.”
Sarah hanya mengangguk dan melangkah masuk ke dapur mengambil air minum untuk minum obat, lalu dia sarapan. Meskipun hanya sarapan dengan roti, Sarah merasa perutnya lumayan membaik.
Setelah selesai minum obat dan sarapan, Sarah melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
Tak berselang waktu lama, pelanggan resto mulai berdatangan. Dan resto Bu Tika mulai ramai dengan pelanggan.
Pagi pagi, Sarah sudah sibuk melayani pelanggan. Dia merasa senang melihat orang orang tersenyum berterimakasih kepadanya. Daripada harus melihat wajah pria brengsek itu, yang setiap kali membuatnya marah.
Banyak pria dan wanita yang kagum dengan kecantikan dan keramahan Sarah. Dia tak pernah marah, walaupun pelanggan sering protes kepadanya.
Sarah yang berhati lembut, selalu tersenyum ketika menyambut pelanggan.
Tetapi, dibalik senyumannya itu, dia sedang memendam rasa sakit yang teramat dalam.
***
Ketika sedang sibuk melayani pelanggan, tiba tiba ada seorang pria paruh baya memanggilnya untuk membayar makanan yang sudah dipesannya.
Sarah pun melangkah menghampiri pria paruh baya itu. Setibanya di meja pria itu,
“Maaf, jangan seperti ini, Tuan.”
Dengan sabar Sarah memberitahu pria paruh baya itu, yang dengan sengaja memegang jemarinya setelah membayar makanannya.
“Seorang pelayan saja, sok jual mahal. Masih bagus ada yang mau.” Ucapnya sambil mendorong Sarah ke belakang.
Sarah sangat terkejut dan tak bisa menghindar saat didorong pria paruh baya itu. Dia pun hampir terjatuh, tetapi ada tangan yang kuat dan kekar yang menangkapnya dengan cepat.
Sarah pun mendongak ke atas untuk melihat, siapa yang sudah menolongnya.
Pengunjung yang lain pun kaget, dengan perlakuan kasar pria itu. Banyak yang memaki dan menyumpahi pria paruh baya itu, supaya mendapatkan karmanya.
“Te-teerimakasih, Tuan. Anda sudah menolong saya. Hampir saja saya terjatuh.”
Dengan kepala menunduk Sarah berterimakasih kepada pria muda yang menolongnya.
“Sama sama. Lain kali, lebih hati hati dan waspada.” Dengan tersenyum ramah, pria tampan itu menjawab.
“Hei, Pak tua!! Anda sadar tidak, kalau anda hampir saja melukai seorang wanita.”
Dengan gagah berani, pria tampan itu memaki pria paruh baya itu. Suaranya yang berat dan tegas, membuat para pelanggan lain terpesona olehnya.
“Kau, tak perlu ikut campur anak muda!!. Ini urusan aku dan dia. Siapa kau berani memarahiku!!” Mata pria paruh baya itu melotot, dan urat yang ada di pelipis pria itu sampai telihat.
“Apa kau, kekasihnya? Atau, suaminya?” Dengan rasa tak bersalah, pria paruh baya itu terus saja mengomel.
“Kalau aku kekasihnya, anda mau apa Pak tua?”
Mata Sarah membelakak terkejut, mendengar perkataan pria muda itu.
Pelanggan lain yang mendengarnya, saling bertatapan dan menutup mulut mereka dengan kedua tangan mereka. Karena mereka juga ikut terjekut.
Sarah merasa malu dengan ucapan pria muda itu, dan menunduk menyembunyikan wajahnya yang memerah.
“Kalau anda tak juga pergi dari sini, akan ku hajar anda sampai tak bisa bergerak!!” Ancamnya kepada pria paruh baya itu.
Bu Tika yang sedang sibuk di dapur, tiba tiba mendengar kegaduhan di restonya. Dia pun berjalan keluar dapur dan memeriksa tempat kejadian. Apa yang sudah terjadi di restonya. Kenapa, bisa sampai segaduh itu.
"Hei, apa yang sudah terjadi disini? Kenapa, bisa segaduh ini? Mengganggu pelanggan lain yang sedang makan saja!" Bu Tika melotot sambil meletakkan kedua tangannya di pinggang.
Lalu, dia melangkah mengahampiri kerumunan.
"Itu, Bu. Pria paruh baya itu sudah tak sopan pada Sarah." Ucap salah satu pelanggan yang melihat Bu Tika mendekati kerumunan.
"Apa!! Berani sekali kau, pria tua. Apa kau sudah bosan hidup? Hah..Tak habis pikir aku melihat kelakuanmu. Kau tak sadar dengan wajah dan umurmu?" Bu Tika melontarkan kata kata pedas pada pria paruh baya itu.
Pria paruh baya itu semakin merasa malu, karena ucapan Bu Tika yang sangat bar bar. Dia membalikkan badan dan melangkah keluar dari resto.
"Sial!! Awas saja kalian. Tunggu pembalasan dariku. Karena kalian aku sangat malu." Pria paruh baya itu mengomel dan kedua tangannya mengepal.
"Sudah, sudah. Kembali ke meja makan kalian masing masing." Ucap Bu Tika seraya masuk ke dapur untuk membuat pesanan yang belum selesai.
"Sarah, sini." Salah satu pelanggan wanita memanggilnya.
Sarah pun mulai menghampiri wanita itu.
"Ada apa Nona? Apakah mau memesan makanan tambahan?" Dengan tersenyum Sarah menyapa.
"Aku gak pengen pesen makanan lagi. Cuma, aku pengen tanya. Apa bener, pria tampan itu kekasihmu? Sungguh beruntungnya kamu, mendapatkan pria tampan dan baik seperti dia." Mata wanita itu beralih menatap wajah tampan pria muda itu. Matanya berbinar dan bibirnya tersenyum simpul.
"Hemm..Saya, bukan kekasihnya Nona." Sarah tersenyum pada wanita itu.
"Ooh..Baiklah. Terimakasih atas jawabanmu, Sarah." Wanita itu masih saja menatap pria tampan itu.
Sarah mengangguk dan melangkah pergi, untuk menyambut pelanggan yang baru datang di resto.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments